Jumat, 30 Desember 2011

Forum Tanya Jawab 58: Hidup Adalah Pilihan

Oleh Marsigit

Pertanyaan dari Bapak Irwandi Uncen:

Bapak Irwandi :
Saya ingin bertanya sesuatu kepada Bapak
Hidup adalah pilihan, semua terbentang di depan mata, tinggal kita memilih dan menjalaninya. Biasanya dalam hidup ada beberapa momen, kita harus membuat pilihan berat yang akan menentukan jalan hidup kita dikemudian hari tetapi ada sebuah ungkapan bahwa hal jodoh, terlepas dari benar dan salah atau dosa atau tidak berdosa, "Kita jangan membiarkan orang yang kita cintai itu memilih siapa jodohnya".
Ungkapan tersebut juga didukung oleh pernyataan yang kurang lebih artinya sama, yaitu
Tuhan yang Maha baik memberi kita rezeki, tetapi kita harus menjemput untuk mendapatkannya.
Demikian juga Jika kita terus menunggu waktu yang tepat, mungkin kita tidak akan pernah mulai.
Mulailah sekarang ... mulailah di mana kita berada sekarang dengan apa adanya.
Jangan pernah pikirkan kenapa kita memilih sesuatu untuk dicintai,
tapi sadarilah bahwa cintalah yang memilih kita untuk mencintainya.
Maka tentukanlah pilihanmu untuk masa depanmu !!!.
Pertanyaan saya adalah Bagaimana menurut Bapak tentang kedua pernyatan tersebut berkaitan determinisme?

Tanggapan saya:
Pertanyaan Jawab Singkat saya pada Test Filsafat Ilmu adalah “Hidup adalah pilihan maka apakah Filsafatnya?”
Pertama, ingin saya sampaikan bahwa berfilsafat harus dapat menggunakan bahasa yang sangat dan paling mudah dipahami oleh audience atau pembaca. Jika kita belum mampu menggunakan bahasa yang mudah dipahami, ditengarai bahwa kita masih mempunyai persoalan dengan pemahaman konsep-konsep filsafat dan pengalaman yang mendukungnya.
Kedua, ingin saya sampaikan kembali bahwa obyek filsafat itu meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Artinya, setiap yang ada dan yang mungkin ada dapat diusahakan penjelasan filsafatnya. Yang ada dan yang mungkin ada itu beterbaran dalam Ruang dan Waktu. Sedangkan Ruang dan waktu itu meliputi hidup dan dunia ini. “Hidup adalah pilihan” adalah suatu ungkapan yang tidak asing yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang yang sedang berusaha mempelajari filsafat maka menjadi tantangannya bagaimana bisa menjelaskan secara filosofis setiap yang ada dan yang mungkin ada dari aspek kehidupan sehari-hari. Maka marilah kita mencoba mengambil satu fenomena yaitu ungkapan “Hidup adalah pilihan” sebagai sampel kegiatan sintesis kita.
Berikut uraian atau sisntesis saya:
Kesempurnaan absolute itu hanyalah milik Tuhan yang Maha Kuasa. Sejak dari Takdirnya, manusia itu sudah bersifat Dipilih oleh Tuhan, perihal kapan lahirnya, dimana lahirnya dan melalui perantaraan siapa lahirnya. Itu semua adalah Kehendak atau Pilihan Nya. Jadi saya menemukan paling tidak ada 2 (dua) jenis Pilihan di sini, yaitu Pilihan dari Luar (Ekstrinsik) dan Pilihan dari Dalam (Intrinsik). Kemudian cermatilah apa yang terjadi pada diri manusia setelah penciptaan oleh Nya. Makna Manusia ditentukan oleh sifat yang jenis dan jumlahnya tak hingga, yaitu yang meliputiyang ada dan yang mungkin ada. Karena sifat keterbatasan manusia dalam ruang dan waktu, maka tiadalah dia mampu sekaligus dalam suatu Ruang dan suatu Waktu berelasi dengan semua sifat yang ada dan yang mungkin ada. Jika dia berada di sini sekarang, maka dia tidak bisa berada di sana sekarang. Dia harus memilih apakah di sini ataudi sana. Jika sekarang dia ingin mengatakan A, maka dia tidak mampu mengatakan selain A. Maka dia harus memilih untuk mengatakan A atau selain A. Pilihan manusia itu meliputi semua sifat yang ada pada diri manusia, termasuk pilihan Hati, pilihan Pikir, Pilihan Perkataan, Pilihan Tulisan, dan Pilihan Perbuatan. Dikarenakan terpaksa berkeadaan harus memilih satu atau dua dari yang ada dan yang mungin ada itulah maka itulah suatu sifat yang disebut sebagai Reduksi.
Secara harfiah, Reduksi berarti pengurangan, tetapi bisa berarti juga memilih satu diantara yang ada dan yang mungkin ada. Maka dapat saya katakana bahwa sebenar-benar hidup manusia itu adalah Reduksionism. Jadi makna dari “Hidup adalah pilihan” itu mengandung filsafat “Reduksionism” dan saya belum sampai mengaitkannya sampai ke Determinism.
Jadi menurut saya, Bapak Irwandi memulai pertanyaan dengan Reduksionism tetapi mengakhiri pertanyaan dengan Determinism. Saya ingin meninjau pernyataan Pak Irwandi berikut "Kita jangan membiarkan orang yang kita cintai itu memilih siapa jodohnya". Kalimat ini mengandung 2 (dua) filsafat sekaligus yaitu Reduksionism dan Determinism. Memilih Jodoh itu berarti Reduksi. Tidak membiarkan atau melarang itu berarti Determinism. To determine adalah Menentukan. Jadi dapat dipikirkan bahwa Determinism itu merupakan Derajat atau Degreenya Reduksionism. Artinya, Reduksi itu merentang dari Reduksi Aktif (intrinsik) sampai Reduksi Pasif (ekstrinsik). Jika seseorang mempunyai Potensi melakukan Reduksi Aktif sangat kuat maka dikatakan dia itu melakukan Determiniasi dengan kuatnya. Ketahuilah bahwa Reduksi Absolut dan Determinasi Absolut itu hanyalah Kuasa Tuhan YME. Pertanyaan Bapak Irwandi telah mendorong saya menemukan hubungan antara Reduksionism dan Determinism. Maka ingatlah pertanyaan saya yang lain dalam Test Jawab Singkat, siapakah orang yang paling suka menentukan Nasib orang lain. Itulah dia seorang Diterminism. Menjadi seorang Diterminis itu juga ternyata adalah Pilihan. Jadi Diterminis itu ternyata adalah Reduksionism. Tiadalah yang ada dan yang mungkin ada terbebas dari hukumnya Reduksionism dan Determinism.
Demikianlah sekali lagi kita telah dan sedang membuktikan bahwa Pengetahuan atau Ilmu itu dimulai dari Pertanyaan (nya P Irwandi). Demikian semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar