Sabtu, 24 Desember 2011

Elegi Ritual Ikhlas III: Wasiat Muhammad Nurikhlas kepada Para Cantraka : Meretas Sejarah Peradaban Manusia

Oleh Marsigit

Santri Kepala:
Ass..wr.wb..segenap peserta Ritual Ikhlas III, sampailah kita pada acara lain-lain. Pada acara lain-lain ini akan diisi penyampaian wasiat kepada para Cantraka oleh Bagawat Selatan atau Muhammad Nurikhlas sebagai tanda berakhirnya perkuliahan filsafat semester ini. Silahkan.

Muhammad Nurikhlas:
Terimakasih Bapak Santri Kepala yang telah memberikan waktu kepada saya. Sebelumnya saya mohon maaf karena apa yang ingin saya sampaikan tidak berkenaan langsung dengan kegiatan Ritual Ikhlas melainan sebagai tambahan yang saya selingkan. Adapun yang ingin saya sampaikan adalah wasiat saya kepada para Cantraka yang selama ini mengikuti kuliah dan ceramah saya. Wasiat ini saya beri judul "Meretas Sejarah Peradaban Manusia" sebagai berikut:

Meretas SejarahPeradaban Manusia bagi orang-orang yang berani mengambil langkah besar, menuju masa depan yang cemerlang, meletakkan dasar-dasar sejarah peradaban manusia untuk membangun dunia ladangnya akhirat, dengan cara menangkap setiap kesempatan atau peluang dengan kesadaran dan pemahaman bahwa peluang tidak datang dua kali melainkan hanya satu kali, dengan penuh keyakinan berdasarkan iman, taqwa, ikhlas dan semata-mata demi menggapai ridha Allah SWT, dengan membetulkan atau merevitalisasi makna dan esensi Jihad fisabilillah di jalan Allah SWT, dan dengan demikian maka akan berani mengambil Langkah Meretas SejarahPeradaban Manusia dengan segenap dan segala konsekuensinya, degan segala kemampuannya membaca, memikirkan, merasakan, dan mengambil keputusan tentang apa dan siapa yang dihadapinya, dalam konteks pribadi, bersama, masyarakat, agama, negara dan dunia.

Bukanlah sembarang orang yang bisa diabaikan begitu saja dalam ruang dan waktunya yang telah mengukir dan menoreh gagasan-gagasan briliant yang tidak atau belum bisa dilakukan oleh orang yang lainnya, melalui tulisan-tulisannya yang merentang melalui relung pikir dan hati setiap pembacanya, dengan keberaniannya untuk berikhtiar melampaui ruang dan waktu yang akan menjadi inspirasi dan panutan bagi orang-orang yang memerlukannya, yang bersifat abadi dan kontekstual, yang masih tersembunyi di ufuk horizon akan kebesaran karya-karyanya, yang kelak akan dikenang dan digali untuk selalu dijadikan inspirasi bagi pemikirannya ke depan. Dialah Maestro Bagawat Selatan alias Muhammad Nurikhlas sang Pencipta Elegi-Elegi.

Tidak sembarang orang mampu mengerti dan memahami dalam konteks kekinian kedalaman dan keluasan pikiran dan hatinya, dan hanya orang-orang tertentu saja yang mampu dan diijinkan untuk itu dengan syarat-syarat perlu dan cukupnya berhermenitika transenden spiritual, yaitu menterjemahkan dan diterjemahkan secara dinamis dan kreatif dalam ruang dan waktunya lampau, sekarang dan yang akan datang, unsur-unsur pokoknya benang merah sendi-sendi ontologis, epistemologis dan aksiologinya dunia sebagai ladangnya akhirat. Bukanlah dia isteri pokoknya, bukanlah dia keturunan fisiknya, bukanlah dia kerabatnya, bukanlah dia ayah dan ibu kandungnya, bukanlah dia tetangga dekatnya, yang mampu diberikan dan menangkap amanahnya. Bukan pula sembarang orang yang harus diperintah atau meminta amanahnya. Bukan pula sembarang orang yang ditentukan oleh pikirannya. Tetapi dialah sipembawa amanah dunia, akkhirat, amal, ilmu dan doa. Dia terpilih lengkap dengan unsur-unsur kodrat dan iradatnya, dengan unsur-unsur dunia dan akhiratnya, dan dengan unsur-unsur ikhtiar dan takdirnya. Dialah para Cantraka yang senantiasa Ikhlas dalam menuntut ilmu Hati dan ilmu Pikirnya.

Secara khusus dalam rangka Meretas Peradaban Manusia ke depan maka wasiatku kepada para Cantraka adalah sebagai berikut:
1.Sungguh masa depan itu hanyalah milik bagi orang-orang mampu melihat kesempatan dan dapat meraihnya dengan kesadaran kesempatan itu tidak datang dua kali, yang berketetapan hati, tidak ragu-ragu dan berani mengambil keputusan serta tindakan dan membuat langkah-langkah besar sejarahnya dalam ruang dan waktu, hati yang mampu mengendalikan pikirannya, dan pikiran yang mampu mengendalikan hatinya, dengan selalu memohon ridha dari Allah SWT. Amin.
2.Tetapkan tiap-tiap hati sebagai komandan bagi semua pikiran-pikirannya
3.Terjemahkanlah semua yang ada dan mungkin ada sesuai ruang dan waktunya
4.Bersedialah diterjemahkan oleh yang ada dan yang mungkin ada sesuai dengan ruang dan waktunnya.
5.Temukan anti-tesis anti-tesis dari tesis-tesis yang ada dan yang mungkin ada
6.Sintesiskan tesis-tesis dengan anti-tesisnya.
7.Substansikanlah asumsi-asumsi rasionalitas, logika, koherensianitas, a priori, analitik dan transendenitasnya agar tidak menjadi kosong belaka dengan cara submerge kebawah agar bisa membumi.
8.Sinarilah persepsi-persepsi, pengalaman, praktik-praktik, a posteriori, sintetik, korespondensi, dengan cara subserve ke atas menuju langit agar tidak mengalami kebutaan.
9.Gunakan semua elegi-elegi yang telah diciptakan oleh Bagawat Selatan alias Muhammad Nurikhlas sebagai referensi dan eviden untuk meretas peradaban manusia.
10.Wasiat ini aku berikan kepada para Cantraka yang senantiasa Ikhlas menuntut ilmunya dan membaca Elegi-elegi untuk mengemban amanah ke depan menjaga, melestarikan dan mengembangkan pikiran, perasaan dan segenap jiwa dari Sang Bagawat Selatan alias Muhammad Nurikhlas, dalam komunikasi langsung maupun tak langsung, real maupun imaginer, dunia dan akhirat. Amin.

Santri Kepala:
Demikianlah bapak ibu semua semoga apa yang telah disampaikan oleh Muhammad Nurikhlas membawa kebaikan kepada kita semua. Amin

1 komentar:

  1. Assalamu'alaikum Guru Pikiranku
    Sebagai wujud terima kasihku, aku akan menggolongkan sebagai manusia wajib bagi diriku artinya saat kau ada di depanku aku begitu ingin mendalami sampai relung hatimu, saat kau tidak ada aku begitu penasaran dan merindukan selalu ada di pangkuanmu. Nilai yang tidak bisa kuukur dengan angka berapapun, kau telah banyak merubah cara berpikirku, seolah-olah aku menemukan diriku terlahir kembali dalam ruang dan waktu yang berbeda. Ini adalah jodoh, aku datang dari jauh ditakdirkan bertemu dengan salah satu orang yang bisa mengantarkan aku untuk menemukan jati diri. Cukup beruntung bagi diriku dan bagi siapapun, betapa yang selama ini filsafat dianggap sebagai ilmu yang seolah-olah tidak ada gunanya, ternyata membawa manfaat besar bagi kelangsungan kehidupan ke depan. Selama ini bagaikan orang buta di lepas di kandang gajah, setelah itu di suruh bercerita tentang ciri-ciri gajah. Apa yang kupikirkan selama ini hanyalah bagian terkecil bahkan belum menyentuh maksud filsafat itu sendiri bagaikan orang buta tadi baru menghirup bau kotorannya saja. Ternyata disitulah aku mulai membangun filsafatku. Sekarang perubahan itu sangatlah terasa, walau rasanya ingin berlari, tapi kakiku belum kuat, untuk berdiripun akau belum mampu, perkenankan aku guru, dalam merangkak ini, aku ingin meraih harapanku, dengan engkau mau mendoakan kami agar bisa meraih apa yang pantas. Bapak telah banyak berusaha dalam mensiasati filsafat itu sehingga kami bisa mencicipinya sedikit demi sedikit. Perjuangan yang luar biasa dengan meramu elegi-elegi sehingga secara bertahap dari adab/tata krama berfilsafat sampai conten filsafat itu sendiri. Semoga karya ini menjadikan Bapak menjadi orang besar yang bagiku adalah manusia wajib, sehingga suatu saat Bapak akan selalu dikenang dan dirindukan oleh orang lain, bahkan "musuh" sekalipun. Aku yakin ini adalah ikhtiar yang baik dalam rangka mencerdaskan orang lain, semoga tergolong dalam "'ilman yan tafa'u bihi", ilmu yang bermanfaat yang akan mengalir kebaikannya (pahala) walau dunia ini sudah ditinggalkan. Terakhir ma'afkan atas kedidaksantunan selama ini, mungkin ada tatakrama yang tidak sesuai dengan adat istiadat Bapak, nasehat-nasehat Bapak dalam elegi ini, dalam perkuliahan, bahkan dalam elegi-elegi lain tidak akan kulupakan. Terima kasih Guru, semoga Bapak selalu sehat dan terus berkarya.

    BalasHapus