Sabtu, 17 Desember 2011

Elegi Obrolan Filsafat

Oleh Marsigit

Subyek1:
Dimana bisa beli sate?
Subyek2:
Itu lihat Papan Nama nya, di atas pohon?
Subyek1:
Masa, makan sate harus di atas pohon?
Subyek2:
Berapa sebelas dibagi dua?
Subyek1:
Tergantung bagaimana cara membaginya.
Subyek2:
Maksudnya?
Subyek1:
Jika membaginya membujur maka sebelar dibagi dua hasilnya satu. Jika membaginya dengan cara melintang maka hasilnya sebelas juga.
Subyek2:
Mana yang lebih besar, empat atau tujuh?
Subyek1:
Tergantung cara menulisnya.
Subyek2:
Maksudnya?
Subyek1:
Jika aku tulis empat dengan spidol besar dan tujuh dengan spidol kecil, maka empat lebih besar dari tujuh.
Subyek2:
Berapa empat ditambah lima.
Subyek1:
Tergantung keadaannya.
Subyek 2:
Maksudmu?
Subyek1:
Jika empat nya kurus dan lima nya kurus, maka empat ditambah lima sama dengan sembilan kurus.
Subyek2:
Apakah sikuku ini sudut lancip?
Subyek1:
Bukan, sikumu itu sudut tumpul.
Subyek2:
Kenapa?
Subyek1:
Tidak ada barang lancip di dunia ini.
Subyek2:
Bukankah jarum itu lancip?
Subyek1:
Ujung jarum terdiri dari molekul yang terdiri dari atom, yang lintasannya melingkar.
Subyek2:
Bagaimana membuat lingkaran?
Subyek1:
Tergantung bahannya.
Subyek2:
Maksudmu?
Subyek1:
Jika bahannya terdiri dari epung maka siapkan cetakannya. Jika bahannya dari kayu maka siapkan gergaji.
Subyek2:
Berapakah dua ditambah empat.
Subyek1:
Dua ditambah empat sama dengan dua puluh empat.
Subyek2:
Kenapa?
Subyek1:
Ambil dua, ambil empat kemudian tambahkan atau jajarkan.
Subyek2:
Berapakah lima kali nol?
Subyek1:
Lima kali nol sama dengan satu.
Subyek2:
Mengapa?
Subyek1:
Jika nol adalah ikhlasmu, insyaallah engkau ketemu Tuhan mu yang satu.
Subyek2:
Berapakah sepuluh dibagi tak berhingga?
Subyek1:
Sepuluh dibagi tak berhingga itu diampuni dosamu.
Subyek2:
Mengapa?
Subyek1:
Jika sepuluh adalah dosamu dan tak terhingga adalah permohonan ampunanmu, maka jika Tuhan mengijinkan, dosamu akan diampuni.
Subyek2:
Berapakah seratus pangkat nol itu?
Subyek1:
Mungkin engkau akan ketemu Tuhan mu.
Subyek2:
Mengapa?
Subyek1:
Apapun pangkatmu, jika engkau nol atau ikhlas, insyaallah engkau bisa ketemu Tuhan mu.
Subyek2:
Berapakah tujuh pangkat negatif setengah itu?
Subyek1:
Itu korupsi.
Subyek2:
Mengapa?
Subyek1:
Tujuh pangkat negatif setengah adalah pangkat tak sebenarnya. Bukankah koruptor itu mempunyai pangkat tetapi tidak sebenarnya pangkat. Jadi korupsilah dia.
Subyek2:
Berapa lama engkau sampai ke tujuan?
Subyek1:
Aku tidak pernah bisa mencapai tujuan.
Subyek2:
Mengapa?
Subyek1:
Untuk mencapai tujuan aku harus menempuh separo jalan. Untuk mencapai separoh jalah aku harus menempuh separohnya lagi. ...dst. Aku tdak pernah selesai membagi dua. Jadi aku tak pernah sampai tujuan.
Subyek2:
Cepat manakah becak dengan pesawat?
Subyek1:
Cepat becak
Subyek2:
Kenapa?
Subyek1:
Aku naik becak telah sampai di Bandara. Padahal pesawat belum berangkat.
Subyek2:
Jika kaca aku lempar batu, kemudian pecah. Mengapa kaca pecah?
Subyek1:
Kaca pecah karena kena batu.
Subyek2:
Bukan.
Subyek1:
Kenapa?
Subyek2:
Kaca pecah belum tentu kena batu.
Subyek1:
Kapan Plato lahir?
Subyek2:
Tadi pagi.
Subyek1:
Kenapa?
Subyek2:
Jika waktu aku padatkan.
Subyek1:
Dimana kutub utara.
Subyek2:
Di sini.
Subyek1:
Jika ruang aku mampatkan.
Subyek2:
Di mana dirimu?
Subyek1:
Di dalam dirimu.
Subyek2:
Kenapa?
Subyek1:
Jika engkau memikirkan aku.
Subyek2:
Dari mana engkau lahir?
Subyek1:
Dari rahim ibuku.
Subyek2:
Bukan
Subyek1:
Mengapa?
Subyek2:
Egkau lahir dari jiwa ibumu.
Subyek1:
Apakah itu suara musik?
Subyek2:
Bukan
Subyek1:
Suara apa?
Subyek2:
Itu harmoni alam
Subyek1:
Apa hubungan setiap hal di dunia ini?
Subyek2:
Pikiranmu.
Subyek1:
Kenapa engkau tersenyum melihat batu?
Subyek2:
Aku melihat patung di dalamnya.
Subyek1:
Kenapa engkau diam?
Subyek2:
Enggak. Aku ramai dalam hatiku.
Subyek1:
Kenapa engkau bingung?
Subyek2:
Enggak. Aku hati-hati.
Subyek1:
Kenapa engkau malas?
Subyek2:
Enggak. Aku hati-hati?
Subyek1:
Kenapa engkau protes?
Subyek2:
Enggak. Aku bernyanyi.
Subyek1:
Kenapa engkau tergesa-gesa?
Subyek2:
Enggak. Aku efisien.
Subyek1:
Kenapa engkau pelit?
Subyek2:
Enggak. Aku selektif.
Subyek1:
Kenapa engkau marah?
Subyek2:
Enggak. Aku menasehati.
Subyek1:
Kenapa engkau menjawab?
Subyek2:
Kenapa engkau selalu bertanya?
Subyek1:
Enggak. Aku silaturahim.
Subyek2:
Kenapa engkau selalu mencibir?
Subyek1:
Enggak. Aku sedang membangun.
Subyek2:
Kenapa engkau tidak usul?
Subyek1:
Enggak. Aku memberi kesempatan.
Subyek2:
Kenapa engkau sombong?
Subyek1:
Enggak. Aku membela diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar