Jumat, 16 Desember 2011

Elegi Jebakan Filsafat

Oleh Marsigit

Subyek:
Wahai sesuatu. Aku sedikit merasakan ada sesuatu di hadapanku. Siapakah dirimu itu.

Jebakan:
Aku adalah jebakan. Sesungguhnya aku adalah jebakan filsafat. Sesuai dengan hakekat filsafat, maka aku sangatlah halus, lembut dan tersembunyi. Hanya orang-orang tertentu aku perkenankan untuk menemuiku. Itupun dengan syarat-syaratnya yang sangat ketat.

Subyek:
Aku belum jelas siapakah engkau. Jika engkau jebakan filsafat maka apakah ciri-cimu itu?

Jebakan:
Aku adalah jebakan. Aku dapat sebutkan bahwa tempat tinggalku adalah pada batas dimensimu. Fungsiku adalah untuk menaikkan dimensimu. Sedangkan diriku itu beraneka ragam. Ragamku sebanyak batas dimensimu. Maka aku terdiri dari Jebakan1, Jebakan2, Jebakan3,... dst.

Subyek:
Wahai sesuatu. Aku sedikit merasakan ada sesuatu di hadapanku. Siapakah dirimu itu.

Jebakan kesadaran:
Aku adalah jebakan. Aku melihat bahwa dirimu sedang menggapai kesadaranmu, maka sebenar-benar diriku adalah jebakan kesadaranmu. Sebenar-benar kesadaran adalah dirimu yang terjaga. Maka agar engkau memahami sesuatu engkau harus letakkan kesadaranmu pada obyek yang akan engkau sadari. Kesadaranmu itu bersifat merdeka. Maka sebenar-benar ilmu itu memerlukan kesadaranmu. Jika engkau melupakan akan hal demikian maka itulah bahwa keadaanmu itu sudah masuk ke dalam perangkap kesadaranmu. Itulah jebakan kesadaranmu. Ciri-ciri bahwa engkau terjebak dalam jebakan kesadaran adalah engkau berpura-pura sadar padahal engkau belum menyadarinya.

Subyek:
Wahai sesuatu. Aku sedikit merasakan ada sesuatu di hadapanku. Siapakah dirimu itu.

Jebakan Keikhlasan:
Aku adalah jebakan. Aku melihat bahwa dirimu sedang menggapai keikhlasan maka sebenar-benar diriku adalah jebakan keikhlasanmu. Setinggi-tinggi hatimu adalah ikhlasmu. Maka tempat tinggalku adalah di dalam hatimu. Aku adalah bersih tak bersyarat. Keikhlasanmu adalah merdeka. . Maka sebenar-benar ilmu itu memerlukan keikhlasanmu. Jika hal yang demikian engkau lupakan, maka itulah sebenar-benar engkau telah terjebak oleh jebakan keikhlasan. Ciri-ciri bahwa engkau terjebak dalam jebakan keikhlasan adalah engkau berpura-pura ikhlas, padahal engkau sebetulnya tidak ikhlas.

Subyek:
Wahai sesuatu. Aku sedikit merasakan ada sesuatu di hadapanku. Siapakah dirimu itu.

Jebakan Perhatian:
Aku adalah jebakan. Aku melihat bahwa dirimu sedang menggapai perhatian, maka sebenar-benar diriku adalah jebakan perhatian. Sebenar perhatian itu memerlukan kesadaran dan keikhlasan. Bergabungnya parhatian, kesadaran dan keikhlasan merupakan langkah untuk menerima sesuatu sebagai hal yang memang patut diterima. Segala macam ilmumu itulah memerlukan perhatianmu. Jika hal yang demikian engkau lupakan, maka itulah sebenar-benar engkau telah terjebak oleh jebakan perhatian. Ciri-ciri bahwa engkau terjebak oleh jebakan perhatian adalah engkau berpura-pura memerhatikan, padahal engkau sebetulnya tidak memperhatikan.

Subyek:
Wahai sesuatu. Aku sedikit merasakan ada sesuatu di hadapanku. Siapakah dirimu itu.

Jebakan Minat:
Aku adalah jebakan. Aku melihat bahwa dirimu sedang menggapai minat maka sebenar-benar diriku adalah jebakan minat. Minatmu itu terdiri dari penerimaanmu, responmu dan sikap postitifmu. Sebenar-benar ilmumu itulah memerlukan minatmu. Jika hal yang demikian engkau lupakan, maka itulah sebenar-benar engkau telah terjebak oleh jebakan minat. Ciri-ciri bahwa engkau terjebak oleh jebakan minat adalah engkau berpura-pura berminat, padahal engkau sebetulnya tidak berminat.

Subyek:
Wahai sesuatu. Aku sedikit merasakan ada sesuatu di hadapanku. Siapakah dirimu itu.

Jebakan Pengertian:
Aku adalah jebakan. Aku melihat bahwa dirimu sedang menggapai pengertian, maka sebenar-benar diriku adalah jebakan pengertian. Pengertianmu itu engkau bangun berdasarkan minatmu dan penilaianmu terhadap ilmu. Maka sebenar-benar pengertianmu itulah akan membangun ilmumu. Jika hal yang demikian engkau lupakan, maka itulah sebenar-benar engkau telah terjebak oleh jebakan pengertian. Ciri-ciri bahwa engkau terjebak oleh jebakan pengertian adalah engkau berpura-pura mengerti, padahal engkau sebetulnya tidak mengerti.

Subyek:
Wahai sesuatu. Aku sedikit merasakan ada sesuatu di hadapanku. Siapakah dirimu itu.

Jebakan Sikap:
Aku adalah jebakan. Aku melihat bahwa dirimu sedang menggapai sikap, maka sebenar-benar diriku adalah jebakan sikap. Sikapmu itu engkau bangun berdasarkan pengertian dan penilaianmu terhadap ilmu. Maka sebenar-benar sikapmu itulah akan menentukan ilmumu. Jika hal yang demikian engkau lupakan, maka itulah sebenar-benar engkau telah terjebak oleh jebakan sikap. Ciri-ciri bahwa engkau terjebak oleh jebakan sikap adalah engkau berpura-pura bersikap, padahal engkau sebetulnya tidak bersikap.

Subyek:
Wahai sesuatu. Aku sedikit merasakan ada sesuatu di hadapanku. Siapakah dirimu itu.

Jebakan Karakter:
Aku adalah jebakan. Aku melihat bahwa dirimu sedang menggapai karakter, maka sebenar-benar diriku adalah jebakan karakter. Karaktermu itu engkau bangun berdasarkan sikap dan penilaianmu. Maka sebenar-benar karaktermu itulah akan menentukan ilmumu. Jika hal yang demikian engkau lupakan, maka itulah sebenar-benar engkau telah terjebak oleh jebakan karakter. Ciri-ciri bahwa engkau terjebak oleh jebakan karakter adalah engkau berpura-pura berkarakter, padahal engkau sebetulnya belum berkarakter.

Subyek:
Wahai orang tua berambut putih. Apalah sebenarnya yang dimaksud dengan jebakan filsafat itu?

Orang tua berambut putih:
Jebakan filsafat adalah lawan dari keadaan dimana seharusnya engkau berada. Yang telah disebut tadi itu hanyalah sebagian dari jebakan yang ada. Jebakan yang lain masih banyak misalnya: jebakan disiplin, jebakan kejujuran, jebakan kebaikkan, jebakan tanggung jawab, jebakan kepatuhan. Ketahuilah bahwa dari semua itu dapat aku katakan bahwa sebenar-benar jebakan adalah jebakan ruang dan waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar