Senin, 05 Desember 2011

Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 8: Architectonic Mathematics (1)

Oleh Marsigit

Pada Axiomatic Mathematics di Perguruan Tinggi, yang bercirikan sebagai formal abstrak, maka Architectonic Mathematics sebagai suatu produk, tampak sangat jelas pada Struktur Matematika.

Oleh karena itu pembudayaan matematika di Perguruan Tinggi dapat dilakukan dengan cara mendorong kemandirian mahasiswa untuk membangun sendiri (tentu dengan bantuan dosen), struktur-struktur matematika nya.

Aspek membangun sendiri matematika atau "to construct their own knowledge of mathematics", dapat dilakukan dengan berbagai cara, utamanya adalah melalui kegiatan RISET MATEMATIKA seperti yang pernah Pak Wono sebutkan.

Maka Kegiatan Riset Matematika dapat dipandang sebagai prosesnya Architectonic Mathematics. Artinya, selama ini yang dilakukan oleh teman-teman di ITB, UGM dan PT yang lain menurut saya sudah selaras dengan Architectonic Mathematics; kecuali pada nuansa promosi kemandirian mahasiswa yang mungkin masih merupakan tantangan kita bersama.

Sedangkan yang masih menjadi persoalan besar adalah bagaimana menampakan atau mempromosikan Architectonic Mathematics pada proses belajar matematika di sekolah? Hal ini tidaklah mudah dilakukan karena kita menghadapi apa yang saya sebut sebagai Transforming Phenomena antara belajar matematika bagi orang dewasa di Perguruan Tinggi dan belajar matematika bagi anak-anak di Sekolah.

Artinya, secara pedagogis dan secara psikologis, karakter belajar matematika orang dewasa dan anak-anak, is totally diferent. Oleh karena itu, agar Architectonic Mathematics dapat dikembangkan di SD kita harus melakukan Transforming Phenomena secara besar-besaran untuk semua aspek belajar matematika termasuk subyek belajar matematika dan matematika nya itu sendiri.

Transforming Phenomena meliputi transfer the ideas, transfor the theories, transform the paradigm, transfor the philosophy, transform the concept of mathematics, trasnform the method of mathematics, transform the attitude of mathematics, trasnform the resources of learning mathematics, trasform the method of teaching mathematics, transform the perception what is called the competences of mathematics.

Namun jangan sampai salah paham. Sekali lagi jangan sampai salah paham. Transformasi yang dimaksud adalah Transformasi Internal dikarenakan Potensi Internal dalam kerangka kemandirian untuk mengembangkan Wadah atau Dimensinya agar mampu menyadari Ruang dan Waktu Matematika dan Pendidikan Matematika. Singkat kata maka Self Transformation dari setiap Subyek atau Pelaku belajar dan mengajar itulah yang diperlukan. Dengan kata lain, diperlukan keadaan PINDAH, atau HIJRAH atau INOVASI bagi siapapun yang ingin mempelajari Matematika, pada segala dimensinya. Bagaimana mungkin seorang anak kecil melakukan PINDAH, atau HIJRAH atau INOVASI? Hal demikian tidak akan dipahami kecuali kita memahami HAKEKAT CONSTRUCTIVISME.

Implikasinya, maka untuk anak SD kita tidak bisa dan memang harus tidak mungkin mengajarkan Matematika sebagai Axiomatic Mathematics. Artinya....STOP DULU wahai Pure Mathematician jika engkau ingin bergaul dengan the Younger Learner of Mathematics. Jika engka lanjutkan atau engkau paksakan beserta Paradigma-paradigmamu, maka TUNGGULAH akibat-akibat yang tak terkirakan dan tak terperikan.

PEMBERONTAKAN PENDIDIKAN MATEMATIKA beresensi bahwa UNTUK MEMPERBAIKI PENDIDIKAN MATEMATIKA DI SEKOLAH kita harus mentrasformir atau menemukan "THE KIND OF MATHEMATICS THAT SUITABLE FOR YOUNGER LEARNER".

Satu-satunya solusi kita "HARUS MENGINTRODUCIR APA YANG KITA SEBUT SEBAGAI 'SCHOOL MATHEMATICS'".

Apakah yang disebut sebagai School Mathematics?

Saya uraikan di posting berikutnya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar