Sabtu, 31 Desember 2011

Aktivitas, Serba-serbi, Problematika Pembelajaran dan Solusinya

Komentar untuk Forum Tanya Jawab 67: Aktivitas, Serba-serbi, Problematika Pembelajaran dan Solusinya

oleh Muhammad Yusuf Bima

Assalamu’alaikum Wr…Wb…
Cerita-cerita ini rasanya hampir setiap daerah mirip-mirip. Asumsi saya mungkin karena standar kita mau disamakan dari Aceh sampai Papua. Agak lucu memang antara pendidikan dikota yang didukung sarana prasarana yang lengkap mau disandingkan dengan yang di sekolah-sekolah pelosok yang jauh dari listrik, jauh dari kendaraan, jauh dari fasilitas yang memadai. Walau alasan itu yang diketengahkan harusnya tidak membuat kita surut dalam memfasilitasi siswa untuk belajar sesuai dengan kondisi di mana kita berada. Jangan sampai seolah-olah ingin memeluk gunung apa daya tangan tak sampai. Memang selama ini kita sebagai guru terlalu banyak menuntut karena yang di ataspun menuntut, akhirnya karena saling menuntut dan tidak ditemukan jalan keluar, melakukan kesalahan berjamaah seperti waktu pelaksanaan UN, daripada tidak lulus katanya lebih baik mencari jalan keluar terlepas itu baik atau buruk. Tidak heran kita dengar ada kesepakatan-kesepakatan yang terjadi untuk menyelamatkan wajah kepala sekolah pada kepala dinas, wajah kepala dinas pada bupati, bupati pada gubernur, gubernur pada menteri diknas, menteri pada presiden, presiden pada dunia internasional. Katanya kalau prestasi meningkat aka nada bonus tertentu yang akan didapat Negara berkembang kalau prestasinya semakin baik. Sungguh saya pikir penyakit ini sudah kronis, entah siapa dulu yang harus diopname, semuanya sangat berpengaruh pada proses pembelajaran. Sampai saya pernah katakana “kambing lewatpun bisa lulus ujian kalau cara-cara yang dilakukan oleh beberapa sekolah yang kita dengar beritanya di TV itu di lestarikan”. Saya pikir itu seperti ice berg, tidak menutup kemungkinan banyak sekolah yang belum terungkap. Bayangkan ada suatu sekolah di daerah pelosok, yang jauh dari kota, tidak ada guru matematikanya, kok lulus semua?
Bagi saya solusinya, kembali ke hati nurani guru, mau menjadi guru atau jadi KS (Kuli Sekolah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar