Selasa, 13 Desember 2011

Elegi Ritual Ikhlas I: Cantraka Sakti belum Ikhlas

Elegi Ritual Ikhlas I: Cantraka Sakti belum Ikhlas
Oleh Marsigit

Cantraka Sakti:
Waha sini saudaraku, Cantraka Awam, bagaimana khabarnya? Engkau dari mana kok bisa sampai kesini untuk mengikuti Ritual Ikhlas? BerZikir ya berZikir, tetapi ngobrol itu ya penting.

Cantraka Awam:
Aku dari jauh. Aku kesini memang ingin meningkatkan keikhlasanku dalam beribadat. Oleh karena itu Ritual Ikhlas ini saya anggap peristiwa yang sangat tepat dan sangat baik bagi diriku untuk belajar ikhlas, dengan cara menerima saran perbaikan dari Santri yang sudah pengalaman. Lha kalau kamu dari mana? Kenapa engkau juga datang kesini? Apa Alasanmu?

Cantraka Sakti:
Wha..aku sebetulnya tidak sengaja mengikuti kegiatan ini. Aku sebetulnya sedang menunggu job atau pesanan karya ilmiah saya. Seraya menunggu sembari mengisi waktu saya ingin melihat apa yang terjadi dalam Ritual Ikhlas.

Cantraka Awam:
Bicaramu kelihatan sangat ilmiah apakah engkau seorang Doktor atau Profesor?

Cantraka Sakti:
Oh bukan, cuma aku memang lulusan Cambridge University baru beberapa bulan. Ngomong bahasa Indonesia atau bahasa Jawa saja masih harus belajar. Wah kegiatan ini menurutku sangat menyiksa. Terlalu banyak peraturan, thethek mbgengek. Di luar negeri aku tidak pernah menemui kegiatan semacam ini. Ah buang-buang waktu saja.

Santri Petugas:
Maaf saudaraku, ini saatnya para peserta sedang berZikir. Mohon toleransinya agar bicaranya diperlemah. Atau kalau bisa saya sarankan, daripada banyak berbicara lebih baik memperbanyak amalan-amalannya dengan cara berZikir yang sebanyak-banyaknya.

Cantraka Sakti:
Waha...asem tenan...seorang Master lulusan Cambridge University baru beberapa bulan..ditegur sama lulusan SMP. Ya...ya...ya...saya diam. Hei Cantraka awam...aku membawa segala macam minuman. Ini pilihlah. Engkau akan minum apa? Kesenanganku adalah minum kopi hangat. Wah kopi hangat kaya gini suegernya bukan main...Dhuot..drut..drut. Apalagi habis minum bisa buang angin, wah rasanya sangat lega. Lalu minum lagi..wah badan terasa seger. Apalagi kalau bisa buang angin lagi...demikian itu seterusnya. Itu kebiasaanku selama di Luar Negeri selama bertahun-tahun. Tidak puas kalau minum tidak sambil buang angin.

Santri Petugas:
Maaf Cantraka Sakti...sesuai dengan kebiasaan dan tata cara melaksanakan Ritual Ikhlas, maka minum sambil buang angin itu tidak sopan. Karena setelah anda membuang angin, itu berarti anda tidak suci lagi. Seyogyanya, setelah anda membuang angin, anda harus bergegas mengambil air wudhlu. Jika tidak berwudu maka itu berarti anda minum dalam keadaan kotor. Artinya, Syaitan itu akan masuk bersama minum kopi anda itu.

Cantraka Sakti:
Wuhaeh...baru kali ini saya mendengar peraturan seperti itu. Ketika aku di Luar Negeri, tidak ada masalah itu minum sambil buang angin, sambil tertawa, sambil menari, sambil bernyanyi, bahkan sambil mabuk sekalipun. Masalah kayak gitu kok diurusi, kayak kurang kerjaan saja, mas...mas...Nanti kalau engkau butuh kerjaan lapor saja sama saya.

Santri Kepala:
Bapak ibu semua, setelah beberapa hari kita melakukan Ritual Ikhlas ini, maka sampailah kita pada penghujung acara yaitu acara penutupan. Pada acara penutupan nanti akan ada ceramah mengenai hakekat Ikhlas dan cara memperolehnya. Namun sebelumnya perkenankanlah kami ingin mengumumkan perihal penilaian transenden spiritual kami tentang siapa saja yang akan saya panggil untuk dapat melakukan atau melanjutkan Ritual Ikhlas selanjutnya. Nama-nama berikut yang yang saya panggil mohon agar dapat menuju ke mimbar tengah untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut. Sedangkan yang belum dipanggil, mohon agar tetap berada ditempat sampai acara selesai. Nama-nama yang dipanggil adalah: Mahammad Nurikhlas, Siti Nurikhlas, Cantraka Ikhlas, dan Cantraka Awam.

Cantraka Sakti:
Lho...lho...aku kok tidak dipangil? Lho..kanapa? Wah malu saya ...seorang Master Lulusan Cambridge University hanya kayak gini saja kok tidak lulus. Mohon..tolong...wah...panitia? Aku protes..kenapa aku tidak dipanggil? Lho ..jadi aku masih belum dianggap Ikhlas? Bagi seorang Master Lulusan Luar Negeri, rasio itu nomor satu. Aku hanya akan ikhlas kalau sesuai dengan pikiranku. Lha buang angin itu kan sehat, masa' nggak boleh. Itu tidak logis. Bagaimana aku akan ikhlas. Aneh pula alasannya. Apa buktinya Syaitan masuk melalui minuman kopiku. Aku tak merasakan apa-apa itu?

Santri Kepala:
Maaf hanya belum dipanggil saja. Mungkin untuk Ritual Ikhlas selanjutnya nanti Bapak akan dipanggil. Untuk sementara tunggulah di sini dengan sabar dan tawakal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar