Rabu, 28 Desember 2011

Forum Tanya Jawab 46: Refleksi Tentang Orang yang Paling Berbahaya di Dunia

Karena menurut saya isinya yang cukup penting, maka saya ingin mempostingkan kembali pendapat Ibu Karina tentang Orang yang Paling Berbahaya berikut ini:

KARINA PPS PSN KIMIA 2010

Karina said...

"Assalamualaikum Wr. Wb.........Bismillah .....

Orang paling berbahaya di dunia.....siapakah dia?

Ternyata berdasarkan pendapat teman - teman diatas sangat variatif dengan berbagai sudut pandang...

Bagi saya orang yang paling berbahaya di dunia adalah orang yang mencetak orang lain menjadi seperti apa yang diinginkannya, dengan demikian orang seperti ini dapat bertindak arogansi dan intimidasi membenarkan berbagai cara untuk mewujudkan apa yang diinginkannya tersebut.

Sebagai contoh seorang orang tua selalu meremote perkembangan anaknya, segala sesuatu yang harus dilakukan anaknya sudah diatur menurut keinginan dan kehendaknya yang menurut orang tua tersebut baik, tapi pada dasarnya belum tentu....tanpa memperhatikan sedikitpun ataupun menanyakan kemauan anak itu sendiri sehingga suatu saat tidak menutup kemungkinan anak tersebut akan menjadi anak yang berontak karena sudah tak mampu mengikuti semua keinginan orang tuanya.

Satu sisi dia juga punya keinginan yang sesuai dengan hatinya, karena pada intinya akan jauh lebih baik jika kita melakukan keputusan hendaknya kita rembukkan bersama sehingga diharapkan apa yang diputuskan nanti tidak berefek buruk kepada siapapun.

Karena harus kita sadari tidak ada jaminan bahwa setiap apa yang kita anggap benar adalah kebenaran bagi orang lain, termasuk orang tua tak bukanlah sosok sempurna tanpa celah salah, maka jangan berpikir apapun yang kita pikirkan dan kita buat adalah BENAR.....

Atau sebagai contoh lain, profesi kita sebagai seorang guru kita punya keinginan siswa kita menyenangi mata pelajaran yang kita ampu sehingga jika hal ini tidak kita dapatkan kita marah, kesal, kecewa yang padahal senang atau tidak siswa adalah sepenuhnya hak mereka kita tidak dapat memaksakan itu....

Tapi pada kenyataannya kan tidak sebagai refleksi diri, kadang kita mau siswa kita bisa memahami pelajaran seperti yang kita harapkan padahal mungkin saja ilmu kita juga belum sempurna....

Marilah kita belajar memasuki kerangka pemikiran anak kita/siswa kita agar kita dapat berjalan seiringan tanpa ada yang merasa ditekan.

Maka dari itu orang yang paling berbahaya di dunia adalah diriku sendiri disaaat aku ingin menjadikan orang sesuai keinginanku sehingga membuat orang lain mati suri tanpa ide, sepi kreatifitas,membuat orang lain berjalan pada papan titian yang rapuh apadahal ada jalan lain yang lebih kokoh, menjadikan orang lain sebagi pelaksana imaginasi dan halusinasi diri....

Astagfirullah ampunankan sifatku yang sedimikian Ya Rabb..........."


Demikianlah selanjutnya bisa ditanggapi.

1 komentar:

  1. Assalamu'alaikum Wr...Wb...
    Kita biasanya kadang hanya terlalu sibuk mengurus urusan orang lain, terlalu sibuk menilai orang, bahkan sampai lupa mengurus diri sendiri. Begitu banyak orang yang terjebak dengan menilai diri sendiri lebih dari orang lain, seolah-olah yang dilakukannya benar-benar sudah sempurna, tidak perlu lagi ada kritikan, tidak perlu lagi ditegur, tidak perlu lagi bantuan orang lain. Ini mungkin penyakit yang diisyaratkan dalam elegi ini. Merasa sempurna atau lebih dari orang lain itu sudah termasuk kronis dan berbahaya, kalau tidak segera diobati akan semakin berbahaya dan akan buas, kalau nanti sudah habis orang yang dimakannya dirinya sendiripun juga akan dimakan. Padahal kita hidup perlu orang lain, benar menurut kita belum tentu benar menurut orang lain, apa yang kita tahu mungkin orang lain lebih tahu dari kita. Bahkan kita pintar mengajar karena banyak belajar dari kekurangan siswa kita, dan tidak menutup kemungkinan siswa kita juga yang akan menunjukkan jalan buat kita. Apa yang kita tahu, apa yang kita miliki, apa yang kita pikirkan hanyalah bagian terkecil dari yang dikatahui, dimiliki, dan dipikirkan oleh orang-orang di sekitar kita. Seorang professor pun mengutip dari apa yang pernah disampaikan hanya 2% dari apa yang ada bahkan yang mungkin ada. Marilah kita menjadi sahabat bagi orang lain, dan sekaligus menjadi sahabat bagi diri sendiri. Yang paling tahu diri kita hanyalah diri kita, Tuhan selalu memberi kesempatan untuk berubah. Kita dihormati, kita dihargai, kita disanjung, karena orang lain belum tahu banyak tentang diri kita, belum tahu keburukuan-keburukan kita.

    BalasHapus