Selasa, 27 September 2011

Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 24: Solusi 3+4=7 kontradiktif? (Jawaban utk Prof Sutarto Bgn Ketiga)

Oleh Marsigit

Prof Sutarto dan yang lain,

Saya telah menggambarkan secara ekstrim adanya dua pandangan yang berbeda dalam telaah persoalan pembelajaran matematika di sekolah.

Pertama, pandangan dari para Pure Mathematician di bawah naungan Logicist-Formalist-Foundationalist; dan kedua, pandangan dari para Mathematical Educationist di bawah naungan Intuitionist-Fallibist-Socio-Constructivist.

Jika OBYEK TELAAH berada diwilayahnya Pure Mathematician, maka para Mathematical Educationist lah yang harus menyesuaikan diri, mempelajari Dunianya Logicist-Formalist-Foundationalist, yaitu dengan cara melakukan Mathematical Risearch.

Tetapi jika OBYEK TELAAH berada diwilayah Mathematical Educationist, maka Pure Mathematician seharusnyalah perlu menyelami, mempelajari dan involved di dalam pengembangan Mathematical Education dalam aspek-aspeknya Intuitionist-Fallibist-Sosio-Constructivist.

Tentu saya memblow-up hal demikian bukan semata untuk menonjolkan ego masing-masing, tetapi agar pemecahan masalah yang ada benar-benar bisa bersifat Tuntas. Jika masing-masing berpegang kepada EGOnya masing-masing maka tidak akan pernah bertemu.

Solusi yang ditawarkan adalah adanya saling pengakuan dan rasa menghormati, rasa saling membutuhkan dan saling mengisi, serta tidak saling menonjolkan egonya masing-masing, tidak bersifat hegemoni, proporsional sesuai dengan keahliannya masing-masing, menjalin komunikasi yang baik serta silaturakhim dalam bidang matematika dan pendidkan matematika.

Posting-posting saya yang sangat banyak dan terkesan berlebihan ini adalah eksperimen-eksperimen yang sengaja saya lakukan, apakah forum indoms bisa digunakan untuk maksud-maksud tersebut.

Saya menilai beberapa tokoh dari Pure Mathematician seperti Pak Wono sangat kooperatif, penyabar dan konstruktif terhadap ide-ide saya. Dalam implementasinya, kajadiannya sebetulnya bersifat MIX yaitu sulit dipisahkan antara keduanya. Lihatlah PMRI misalnya, di sana duduk secara bersama para Pure Mathematician (Prof Sembiring, dkk) dan para Mathematical Educationist (Prof. Sutarto, dkk). Itulah sebetulnya contoh solusi yang mungkin Bapak tanyakan (ujikan) kepada saya. Hehe....

Saya mengucapkan terimakasih kepada forum indoms ini, sekaligus mohon maaf atas gangguan yang saya timbulkan melalui posting-posting saya.

Demikian semoga bermanfaat. Amin
Posted by Dr. Marsigit M.A.

Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 23: Logicist-Formalist-Foundationalist (Jawaban utk Prof Sutarto Bgn kedua)

Oleh Marsigit

Prof Sutarto, dan yang lain

Jelaslah bahwa para Matematikawan kita di Perguruan Tinggi adalah Kaum Logicist-Formalist-Foundationalist. Hal ini bisa dilihat dari Kurikulumnya, riset dan hasil-hasilnya serta pandangan-pandangannya.

Kalau ditambah gelar untuk para matematikawan kita maka lengkapnya adalah para Absolutist-Platonist-Logicist-Formalist-Foundationalist.

Setiap gelar tersebut telah menggambarkan karakteristiknya, dan mereka hidup di Dunia yang terbebas dari Ruang dan Waktu, terbebas dari Kontradiksi, terjamin Konsistensinya, tetapi terancam kedudukannya bukan sebagai Ilmuwan.

Mereka gagal bergaul dengan generasi muda sibelajar matematika secara substansi, tetapi unggul dalam bentuk formalnya. Tetapi mereka adalah harapan bagi pengembangan pure-mathematics ke depan.

Sementara Dunianya Ruang dan Waktu dihuni oleh para Intuitionist-Realist-Aristotelianist-Empiricist-Relativist, yang bergandengan tangandengan kaum Fallibist-Socio-Constructivist.

Mereka penuh dengan Kontradiksi, tidak Konsisten, bersifat relatif, mengerjakan matematika yang belum benar dan subyektif, tetapi terjamin kedudukannya sebagai Ilmuwan Sejati.

Ketika bergaul dengan siswa sibelajar matematika mereka menjelma menjadi Para Educationist seperti Realistics Mathematicist, Contextualist, Psycho-mathematicist, Psycho-therapist.

Bersambung...
Posted by Dr. Marsigit M.A.

Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 23: Logicist-Formalist-Foundationalist (Jawaban utk Prof Sutarto Bgn kedua)

Oleh Marsigit

Prof Sutarto, dan yang lain

Jelaslah bahwa para Matematikawan kita di Perguruan Tinggi adalah Kaum Logicist-Formalist-Foundationalist. Hal ini bisa dilihat dari Kurikulumnya, riset dan hasil-hasilnya serta pandangan-pandangannya.

Kalau ditambah gelar untuk para matematikawan kita maka lengkapnya adalah para Absolutist-Platonist-Logicist-Formalist-Foundationalist.

Setiap gelar tersebut telah menggambarkan karakteristiknya, dan mereka hidup di Dunia yang terbebas dari Ruang dan Waktu, terbebas dari Kontradiksi, terjamin Konsistensinya, tetapi terancam kedudukannya bukan sebagai Ilmuwan.

Mereka gagal bergaul dengan generasi muda sibelajar matematika secara substansi, tetapi unggul dalam bentuk formalnya. Tetapi mereka adalah harapan bagi pengembangan pure-mathematics ke depan.

Sementara Dunianya Ruang dan Waktu dihuni oleh para Intuitionist-Realist-Aristotelianist-Empiricist-Relativist, yang bergandengan tangandengan kaum Fallibist-Socio-Constructivist.

Mereka penuh dengan Kontradiksi, tidak Konsisten, bersifat relatif, mengerjakan matematika yang belum benar dan subyektif, tetapi terjamin kedudukannya sebagai Ilmuwan Sejati.

Ketika bergaul dengan siswa sibelajar matematika mereka menjelma menjadi Para Educationist seperti Realistics Mathematicist, Contextualist, Psycho-mathematicist, Psycho-therapist.

Bersambung...
Posted by Dr. Marsigit M.A.

Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 22: Apakah Mat Kontradiktif (Jawaban utk Prof Sutarto Bgn Kesatu)

Oleh Marsigit

Pertanyaan Prof Sutarto:
Bisakah kita menyebut matematikawan sbg kaum logicist-formalist-foundationost?
Apakah memang harus dibedakan mathematian math dan students math? Bgm menjembataninya?

Tanggapan saya (Marsigit):

Terimakasih Prof Sutarto. Untuk menjawab pertanyaan Bapak saya mengemukakan Tiga Kutub besar yaitu Mathematician, Philosopher, dan Educationist.

Bagi Mathematicians, "3+4=7" is a true statement without requiring a human mind to state the problem. Sementara the Philosophers assuming it as transcending from the context of the human mind. Dan tidak semua mathematicians would strictly agree with this.

Jika the Mathematicians just try to research maka the Philosopher try to reflect. Maka the philosophy of mathematics contains several viewpoints on this case. Sementara para Educationists sangat menaruh perhatian kepada apa yang terjadi pada diri siswa.

Pandangan tentang matematika dapat dibelah menjadi 2 (dua) saja. Pertama, memandang obyek matematika sebagai IDE dalam pikirannya (Absolutism-Idealism-Platonism); kedua memandang obyek matematika di luar pikirannya (Intuitionism-Realism-Aristotelianism).

Absolutism-Idealism-Platonism kemudian melahirkan Logicist-Formalist-Foundationlist. Sedangkan Realism-Relativism-Aristotelianism kemudian melahirkan Empiricism-Fallibism-SocioConstructivism. Yang saya sebut semua itu adalah masih dalam kategori sebagai the Philosophy yang menaungi baik Philosopher maupun Mathematician.

Matematika di Perguruan Tinggi pada umumnya adalah Pure Mathematics yang merupakan karya Logicist-Formalist-Foundationalist, khususnya adalah karya-karya Formalist Hilbert. Jadi hampir semua Matematikawan sekarang ini sebetulnya adalah kaum Hilbertianism.

Walaupun karya-karya Hilbert telah mendapat kritik dari muridnya sendiri Godel, tetapi karena the Mathematical System yang berhasil dibangun dianggap sebagai monumental, maka the followernya sangat membanggakannya seakan tidak ada matematika yang lainnya.

The Mathematical System yang dibangun oleh Logicist-Formalist-Foundationalist mempunyai sifat-sifat seperti yang disampaikan oleh saudari Kriswianti al bersifat abstrak, konsisten, ...dst. Dalam mana hal demikian telah dikritik oleh Intuitionist-Fallibist-SocioConstructivist sebagai MITOS belaka.

Bersambung..
Posted by Dr. Marsigit M.A.

Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 21: Mengapa 3+4=7 kontradiktif? (Bagian Kesatu)

Oleh Marsigit

Sudah saya buktikan bahwa 3+4=7 tidak berlaku untuk semua Ruang dan Waktu. Maka 3+4=7 adalah absolutely true hanya untuk Dunia yang terbebas oleh Ruang dan Waktu yaitu dunianya para Logicist-Formalist-Foundationalist.

Padahal kita mengetahui bahwa Dunia Anak-anak SD dan SMP itu adalah Dunia yang terikat dengan Ruang dan Waktu. Oleh karena itu jika kita mengatakan 3+4=7 sebagai benar begitu saja tanpa keterangan apapun, maka kita telah bersifat MANIPULATIF. Buktinya saya tidak dapat mengatakan bahwa 3pensil + 4buku = 7buku.

Persoalan pedagogiknya adalah bagaimana guru mampu menjelaskan kajadian ini menggunakan bahasa siswa. Inilah satu kejanggalan yang bisa menjadi awal untuk mempertanyakan Validitasnya karya Logicist-Formalist-Foundationalist dalam usahanya menangani problem-problem pembelajarann matematika di sekolah.
Posted by Dr. Marsigit M.A.

Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 20: Apkh Mat Kontradiktif? (Tanggapn utk Bu Kriswianti bgn kedua)

Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 20: Apkh Mat Kontradiktif? (Tanggapn utk Bu Kriswianti bgn kedua)
Oleh Marsigit

Dear Ibu Kriswanti,

Sungguh menurut saya Definisi Matematika yang dibuat oleh Prof Sudjadi sangatlah bersifat Logicist-Formalist-Foundationalist. Definisi matematika demikian TIDAK CUKUP RAMAH untuk bergaul dengan Siswa-Siswa SD dan SMP. Definisi Matematika demikian juga tidak mampu menyelesaikan problem pembelejaran matematika di sekolah.

Maka saya ingin sampaikan kembali Definisi Alternatif Matematika sebagai MATEMATIKA SEKOLAH yang kemudian disebut sebagai Matematika begitu saja.

Ebbutt and Straker (1995) mendefinisikan Matematika sebagai berikut:
1. Matematika adalah ILMU tentang penelusuran Pola dan Hubungan
2. Matematika adalah ILMU tentang Pemecahan Masalah (ProblemSolving)
3. Matematika adalah ILMU tentang Kegiatan Investigasi
4. Matematika adalah ILMU berkomunikasi.

Ibu Kriswianti danyang lainnya bisa membandingkan dan merasakan, kira-kira apakah definisi alternatif demikian lebih dekat dengan para siswa? Sebagai seorang Educationist tentu saya memilih definisi ini, karena definisi ini sangat kaya dengan aspek-aspek Psikologis, Social dan Constructivist.

Sedangkan Definisi matematika yang di buat atau dibangun oleh para Logicist-Formalist-Foundationalist (termasuk Prof Sudjadi) itu lebih cocok untuk pengembangan Pure Mathematics. Jika Pure Mathematics dipaksakan untuk di Introduce dan di develop di sekolah, itulah jadinya seperti sekarang ini, matematika tidak disukai generasi muda.

Demikian semoga bermanfaat. Amin

Marsigit, UNY

________________________________________
From: Theresia Kriswianti
To: indoms@yahoogroups.com
Sent: Sat, September 25, 2010 9:17:23 AM
Subject: Re: [indoms] Apakah Matematika Kontradiktif? (Bagian Ketujuh)


Urun rembug mengenai konsistensi dalam Matematika:Menurut Prof Sudjadi dalam bukunya Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Matematika mempunyai karakteristik sbb:
1. Memiliki obyek kajian abstrak
2. Bertumpu pada kesepakatan
3. Berpola pikir deduktif
4. Memiliki simbol yang kosong dari arti
5. Memperhatikan semesta dari pembicaraan
6. Konsisten pada sistemnya.
Jadi kalau yang dikemukakan pak Wono bahwa terjadi kontradiksi karena 3 + 4 = 7 saya kira tidak tepat. Dia tetap konsisten pada semestanya, yakni bilangan berbasis 8 ke atas.

Demikian, semoga bermanfaat. Terima kasih.
Kriswianti
Posted by Dr. Marsigit M.A.

Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 19: Apakah Mat Kontradiktif? (Tanggapan utk P Handarto C)

Oleh Marsigit

Dear P Hendarto, UMM

Teorema Ketidaklengkapan dari Godel membuktikan bahwa Bangunan atau Sistem Matematika yang dibangun oleh kaum Logicist-Formalist-Foundationalist bersifat terbatas dan tidak bisa meliputi atau menjangkau semuanya.

Setidaknya dia itu terbatas untuk konsep matematika yang terbebas oleh Ruang dan Waktu. Itulah Bidadari-bidadari cantik yang cukup menghibur; tetapi jika Bidadari-bidadari itu sudah meluncur terjun ke permukaan Bumi untuk menjumpai Siswa-siswa mempelajari matematika, serta merta dia tidak mampu lagi terbang mengepakkan sayapnya. Dia harus melepaskan sayapnya dan melepaskan baju khayangan untuk berganti baju Ruang dan Waktunya dunia anak kecil sipebelajar matematika.

Segala macam urusan dunia, ketika dia masih berada di dunia maka tidak bisa terbebas dari hukum-hukum Kontradiksi dan Fallibism. Itulah kodratnya bahwa manusia didunia itu bersifat berpotensi melakukan kesalahan.

Tidak adalah suatu hal di Dunia ini yang benar-benar Konsisten. Yang absolutely Konsisten itu hanyalah Ya Rob Yang Maha Pencipta.

Manusia di Dunia paling banter hanya bisa mengandaikan atau memisalkan atau mengasumsikan atau mengharapkan sebagai Konsisten. Itulah yang dilakukan oleh Para Matematikawan Murni-Logicist-Formalism-Foundationalism.

Maka terdapatlah suatu the very Big Gap antara dunia Pure Mathematics dengan School Mathematics. Pure Mathematics itulah dunianya Konsistensi dan dengan demikian bersifat Absolutism; sedangkan School Mathematics itulah dunianya Kontradiksi.

Jika Contradiction itu adalah Metaphysical Ontology, maka Fallibism itu adalah Epistemological Ontology. Sedangkan Socio Constructivism adalah Psycho-Pedagogical Philosophy.

Jikalau kita tidak mau mengerti akan keadaan demikian maka secara kelakar filsafat kita dianggap Tidak Sopan Santun terhadap kehidupan kita sendiri; dan akan menghasilkan berbagai macam problem filsafat kemanusiaan yang tak terperikan.

Itulah mengapa saya berjuang keras agar kita selalu bisa saling komunikasi apapun problemnya. Amin

Marsigit, UNY

________________________________________
From: Hendarto Cahyono
To: indoms@yahoogroups.com
Cc: wono@math.itb.ac.id
Sent: Sat, September 25, 2010 10:29:46 AM
Subject: Re: [indoms] Apakah Matematika Kontradiktif? (Bagian Ketujuh)


Yth. Pak Marsigit,
Saya baru taraf belajar masuk ke kawasan filsafat matematika so mohon
maaf kalo komennya masih mensadar.

Memperhatikan beberapa kebimbangan dan kerisauan Pak Marsigit,
sepertinya condong ke faham fallabilist, yang senantiasa mengggat
kemapanan para absolutis.

Mengambil kasus kebenaran 3 + 4 = 7 yang dipertentangkan ini, menurut
saya muaranya adalah pada atribut penyebutan "adalah" pada relasi
kalimat sebagai perwujudan keadaan yang baru sebagai hasil operasi.

Ketergantungan pembenaran pada dimensi ruang dan waktu seperti basis
operasi yang dikemukakan itu, yang disinyalir menjadi biang keok
kontradiksi ini. Namun sekali lagi menurut hemat saya benturan
(kontradiksi) kebenaran itu terjadi karena memandang suatu obyek pada
dua "negara kebenaran" pada sistem yang berbeda. Mungkin ini yang
menyebabkan kontradiksi.

Salam,
Hendarto Cahyono
Universitas Muhammadiyah Malang
Posted by Dr. Marsigit M.A.

Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 18: Apakah Mat Kontradiktif (Tanggapan utk Ibu Kriswianti)

Oleh Marsigit

Dear Ibu Kriswianti,

Terimakasih telah menanggapi tulisan saya. Saya membetulkan bu, yang mengatakan 3+4=7 itu kontradiksi itu saya, bukan Pak Wono. Tetapi klaim saya itu tidak bisa hanya dibaca sepotong-potong; itu harus dibaca secara menyeluruh dari Bagian Satu sd Bagian Tujuh.

Kelihatannya Ibu terpaku untuk memandang Makna Matematika hanya dari satu titik tertentu; padahal masih sangat banyak pandangan tentang matematika yang lain, yang bersifat lebih mendasar, lebih hakiki dan lebih luas.

Obyek Matematika bersifat abstrak untuk Logicist-Formalist-Foundationalist. Bertumpu pada kesepakatan itu untuk membangun definisinya atau sistemnya; tetapi tiadalah kesepakatan itu menjadi prioritas bagi Sistem Matematika yang satu dengan yang lainnya. Lebih luas, yang terjadi justeru lebih banyak perbedaan pendapat diantara para mathematical philosopher.

Berpikir pola deduktif itu juga untuk Logicist-Formalist-Foundationalist. Memiliki simbol yang kosong dari arti maksudnya adalah terbebas dari ruang dan waktu. Konsisten pada sistemnya itulah pikiran dan karya kaum Logicists.

Jika notions-notions itu datang begitu saja tanpa ada penjelasan maka itulah yang namanya MITOS dalam matematika.

Jika para mathematicians gagal menjelaskan maka semua karakteristik yang ibu sebutkan itu bisa dianggap hanya sebagai MITOS belaka. Oleh karena itu jika ibu bisa memberikan tanggapan atas tanggapan saya ini, itu sangat diharapkan sebagai usaha bersama kita untuk sama-sama memikirkan matematika tidak hanya sebagai MITOS tetapi sebagai LOGOS.

Rabu, 21 September 2011

Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 17: Apakah Matematika Kontradiktif? (Bagian Ketujuh) Oleh Marsigit

Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 17: Apakah Matematika Kontradiktif? (Bagian Ketujuh)
Oleh Marsigit

Dari uraian saya terdahulu jelaslah bahwa sasaran uji kontradiksi saya adalah pada RELASI atau OPERASI penghasil Komponen Dasar Pembentuk Konsep atau Sistem Matematika.

Kasusnya bisa diambil pada relasi atau operasi yang sangat sederhana dantidak perlu mengambil yang terlalu rumit. Misal pada kasus relasi yang dihubungkan dengan tanda "=", ">", "<". Dan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian pada bilangan rasional. Apapun relasinya maka semuanya tertampung dalam relasi "adalah". Apapun operasinya maka semuanya juga akan ditampung ke dalam relasi "adalah". Demikianlah seperti yang telah saya sebutkan bahwa relasi "adalah" adalah pembentuk konsep atau definisi matematika dengan cara menghubungkan Subyek dan Predikatnya. Ambil contoh relasi X=1, X>7 atau Y<9.

Ambil contoh operasi 7 x 3 = 21, 8+4 = 12, 8-6 = 2, 3+4 = 7, dst. Marilah kita menguji kasusnya misal pada 3+4=7, dibaca "tiga ditambah empat sama dengan tujuh" atau "tiga ditambah empat adalah tujuh".

Kemudian ambil Bentuk Ruang sederhana misalnya Basis Bilangan. Maka 3+4=7 hanya benar untuk bilangan-bilangan berbasis 8 ke atas; sedangkan untuk bilangan berbasis 7 maka 3+4=10; artinya akan bersifat kontradiktif jika kita sebut bahwa 3+4=7. Padahal Bilangan Basis itu hanyalah satu dari Unlimited Ruang yang dapat dikenakan pada kasus ini.

Artinya pada kasus 3+4=7, jika tidak ada keterangan terbebas dari ruang dan waktu maka jelaslah dia bersifat kontradiksi atau tidak berlaku hubungan 3+4 adalah 7. Satu-satunya prinsip yang terbebas dari sifat konradiktif adalah Prinsip Identitas.

Tetapi Prinsip Identitas tidak mampu memberikan informasi apapun kepada kita; jadi PrinsipIdentitas tidak memberikan ilmu atau tidak bisa digunakan sebagai Basis Pembentuk Ilmu.

Relevansi dari hal ini adalah pada pembentukan konsep atau definisi matematika. Seperti kita ketahui bahwa terdapat bermacam-macam definisi matematika; tetapi secara filsafat maka definisi matematika cukup bisa dibedakan kedalam dua macam definisi saja, yaitu Definisi yang sesuai dengan Prinsip Identitas dan dengan sendirinya selain itu adalah definisi yang sesuai dengan Prinsip Kontradiksi.

Jikalau matematika dibangun dengan Prinsip Identitas saja maka jelaslah dia Bukan Ilmu. Maka secara filsafat, tidaklah bisa dihindari bahwa agar matematika merupakan Ilmu maka Definisi pembentuk Sistemnya HARUSLAH BERSIFAT KONTRADIKTIF.

Jikalau Logicist bertekad mempertahankan Konsistensinya, maka hal demikian akan sempurna dijamin dengan Prinsip Identitas; tetapi berakibat terancam bahwa Logicist tidak mampu memberikan informasi apapun kecuali Kekonsistennya.

Padahal kekerabatan Logicist-Formalism-Foundationlism tidak bisa dipisahkan, dan itu adalah cermin diri kita yaitu Hampir Sebagian Matematikawan kita.

Artinya matematikawan kita dihadapkan pada situasi sulit antara menjadi Logicist yang totally Konsisten dengan jaminan Prinsip Identitas, tetapi terancam menelan pil pahit bukan sebagai Ilmuwan; atau terpaksa menjadi matematikawan yang menelan Prinsip Kontradiksi tetapi terhibur menjadi seorang Ilmuwan yang mantap.

Immanuel Kant menyimpulkan bahwa sebenar-benar ilmu itu adalah Kontradiktif.
Posted by Dr. Marsigit M.A.

Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 16: Apakah Matematika Kontradiktif (Bagian Keenam) Oleh Marsigit

Unsur Dasar terkecil pembentuk Sistem Matematika tidak bersifat Singular, artinya karena unsur singular tidak memberikan makna apapun. Tetapi unsur singular ini merupakan pembentuk Unsur Dasar melalui penciptaan Definisi atau Aksioma. Oleh karena itu untuk menemukan apakah matematika kontradiktif, kita mengujinya pada Unsur Dasar tersebut.

Secara filosofis Unsur Dasar pembentuk Sistem Matematika merupakan relasi atau hubungan sifat antara dua atau lebih unsur singular. Maka Unsur Dasar Sistem Matematika merupakan suatu SIFAT satu atau lebih unsur singular yang diterangkan oleh SIFAT dari satu atau lebih unsur yang lain.

Secara bahasa relasi antar unsur singular sebagai pembentuk Unsur Dasar Pembentuk Sistem Matematika dapat dinyatakan sebagai hubungan antara SUBYEK dan PREDIKAT. Contoh Unsur-unsur Dasar X=0, Xi=1, Y pengikut X, A=A+1, X anggota R, ...dst.

Pada X=0, X sebagai Subyek dan 0 sebagai Predikat. Pada Xi=1, Xi sebagai Subyek dan 1 sebagai Predikat. Pada Y pengikut X, X sebagai Subyek dan Y sebagai Predikat. Pada A=A+1, A sebagai Subyek dan A+1 sebagai Predikat. Pada X anggota R, R sebagai Subyek dan X sebagai Predikat.

Tanda "=" secara bahasa bisa dibaca "adalah". Kalimat "Y pengikut X" secara bahasa dapat dibaca "Y adalah pengikut X". Kalimat "X anggota R" secara bahasa dapat dibaca "X adalah anggota R".

Secara bahasa maka term "adalah" itulah yang menghubungkan Subyek dan Predikat. Dalam Sistem Matematika maka "adalah" itulah term Pembentuk Relasi antar unsur-unsur singular atau Pembentuk Definisinya. Dalam filsafat, term "adalah" merupakan Pembentuk Unsur Dunia, baik Dunia yang terbebas atau yang terikat oleh Ruang dan Waktu. Lebih lanjut, term "adalah" inilah sebagai penghubung unsur-unsur dasar Pembentuk Prinsip Dunia.

Seperti yang telah saya sampaikan bahwa Hanyalah Ada Dua Prinsip atau Hukum Dasar Dunia yaitu HUKUM IDENTITAS dan HUKUM KONTRADIKSI. Hukum Identitas berbunyi "SUATU DIRI UNSUR ADALAH DIRI UNSUR ITU SENDIRI"; secara matematika dinyatakan sebagai "A=A". Semua hukum yang tidak sesuai dengan hukum identitas disebut HUKUM KONTRADIKSI.

Secara Bahasa, Hukum Identitas dapat dipahami sebagai "Predikat yang sama dengan Subyeknya dan Subyeknya yang sam dengan Predikatnya". Secara Filsafat, Hukum Identitas dapat dipahami sebagai "Predikat yang termuat dalam Subyeknya dan Subyeknya yang termuat dalam Predikatnya"; jikalau tidaklah demikian maka berarti kita telah menemukan Hukum Kontradiksinya.

Bagaimana kita menemukan Kontradiksinya?

Akan saya posting Bagian Ketujuh. Amin
Posted by Dr. Marsigit M.A

Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 15: Apakah Matematika Kontradiktif? (Bagian Kelima) Oleh Marsigit

Analisis saya akan berangkat dari Separo Dunia yaitu Dunianya kaum Logicist-Formalist-Foundationalist, yaitu Dunia yang terbebas dari Ruang dan Waktu. Artinya setiap unsur-unsur di dalamnya juga terbebas dari ruang dan waktu.

Kita bisa menyebut unsur-unsur Sistem Matematika misalnya bilangan, simbol-simbol, karakter, variabel, variabel kata, variabel kalimat.

Tidaklah mungkin bisa dibentuk suatu Sistem Matematika jika tidak ada aturan menghubungkan diantara unsur-unsurnya. Pengaturan hubungan itu ditetapkan pada asumsi awalnya, definisi atau aksiomanya. Artinya, di dalam Sistem Matematika yang dihasilkan kita tidak akan pernah menemukan suatu unsur berdiri sendiri tanpa terkait atau terelasi dengan satu atau lebih unsur yang lain.

Jika kita menemukan adanya lambang-lambang 1, 2, 3, 4, ...secara terpisah dan masing-masing terisolasi satu dengan yang lainnya, maka kita tidak akan memperoleh makna apapun dari dari lambang-lambang itu.

Lambang-lambang itu sebagi unsur baru mempunyai makna misal jika kita memikirkannya sebagai mewakili bilangan yang mempunyai nilai yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Maka makna yang kita dapatkan dari sederetan lambang itu dengan aturan menghubungkan mengurutkan dari kecil ke besar, berupa adanya suatu sistem bilangan.

Lantas apa yang dimaksud bahwa unsur-unsur itu terbebas oleh Ruang dan Waktu? Jika bilangan-bilangan 1, 2, 3, 4, ...dibebaskan dari Ruang dan Waktu maka hukum-hukumnya juga terbebas dari ruang dan waktu.

Dua di tambah tiga sama dengan lima, ditulis 2 + 3 = 5, jika tidak ada unsur Ruang dan Waktu, maka dia bersifat Universal dan Absolut terhadap Ruang dan Waktu. Artinya dia berlaku kepada Ruang dan Waktu apapun. Artinya dia benar bagi siapapun dan di manapun (Ruang), dan benar kapanpun (Waktu);dan akan menjadi naif bagi matematikawan untuk masih mempertanyakan nilai kebenarannya.

Bagaimana jadinya jika konsep-konsep bilangan ini kita transformir ke Dunia Hakekat?

Akan saya uraikan pada Bagian Keenam.
Posted by Dr. Marsigit M.A.

Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 14: Apakah Matematika Kontradiktif? (Bagian Keempat) Oleh Marsigit

Apakah ciri-ciri dari Dunia Seutuhnya atau Dunia Hakekat yang relevan dengan kerja saya ini? Ciri-cirinya adalah bahwa di dalam Dunia Seutuhnya terdapat Dua Saja Prinsip Hakekat atau Prinsip Ontologis, yaitu PRINSIP IDENTITAS dan PRINSIP KONTRADIKSI.

Bukan Identitas berarti Kontradiksi; dan bukan Kontradiksi berarti Identitas. Itulah Cara Berpikir Hakekat sebagai satu-satunya cara untuk memahami Dunia Hakekat.

Jadi Hakekat Kontradiksi dalam Dunia Hakekat itu berbeda dengan Hakekat Kontradiksi pada Dunia yang terbebas oleh Ruang dan Waktu (mengalami ekstensi).

Jelasnya, Kontradiksi nya filsafat itu beda dengan Kontradiksi nya matematika (jika saya menggunakan kalimat sehari-hari).

Kontradiksinya kaun Logicist-Formalist-Foundationalis itu berarti Tidak Konsisten pada Sistem Matematikanya; sedangkan Kontradiksinya Dunia Hakekat itu Bukan Identitasnya Unsur-unsur Matematikanya.

Bagaimana contoh kongkritnya? Dan bagaimana menemukan kontradiksinya?

Akan saya uraikan pada Bagian Kelima.
Posted by Dr. Marsigit M.A.

Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 13: Apakah Matematika Kontradiktif? (Bagian Ketiga) Oleh Marsigit

Untuk menemukan adanya kontradiksi dalam Unsur Pembentuk Sistem Matematika, kita harus memahami secara filsafat bahwa Sistem-sistem Matematika yang diciptakan dan dikembangkan oleh para Logicist-Formalist-Foundationlist dimaksudkan untuk MEMBANGUN DUNIA.

Pernyataan terakhir mungkin dirasa ANEH dan ASING. Agar kita mampu memahami Konsep Membangun Dunia seperti apa dan bagaimananya, maka kita perlu mengembangkan METODE BERPIKIR INTENSIF DAN EKSTENSIF.

Intensif artinya sedalam-dalamnya dan tidak ada yang lebih dalam (Radix); Ekstensif artinya seluar-luasnya dan tidak ada yang lebih luas lagi. Perpaduan Berpikir Intensif dan Ekstensif akan menghasilkan cara Berpikir Ontologis yaitu Berpikir Hakekat.

Jadi kita berurusan dengan Ilmu Hakekat sebagai metode untuk mengungkap Hakekat Unsur-unsur Pembentuk Sistem Matematika.

Secara hakekatnya, maka Metode Logika dan Metode Formal yang dikerjakan oleh kaum Logicist-Formalist-Foundationalist barulah mencakup SEPARO DUNIA, yaitu Dunia yang terbebas dari Ruang dan Waktu.

Sedangkan Separo Dunia lain yang belum disentuh atau belum digarap oleh kaum Logicit-Formalist-Foundationalis adalah Dunia yang terikat oleh Ruang dan Waktu.

Gabungan kedua Dunia itulah yang kemudian diperoleh Dunia Seutuhnya atau Hakekat Dunia.

Maka saya dapat menemukan dengan versi filsafat (cocok dengan pembuktian yang dilakukan oleh Godel) bahwa semua karya-karya kaum Logicits-Formalist-Foundationalist TIDAKLAH LENGKAP karena memang mereka ingin mempertahankan KEKONSISTENSIANNYA.

Mengapa tidak lengkap?

Karena hanya baru menjangkau Separo Dunia yaitu Dunia yang terbebas oleh Ruang dan Waktu.

Lantas dimana Kontradiksinya?

Akan saya uraikan pada Bagian Keempat.
Posted by Dr. Marsigit M.A

Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 12: Apakah Matematika Kontradiktif? (Bagian kedua) Oleh Marsigit

Seperti yang telah saya katakan bahwa pertanyaan ini hanyalah menyangkut "skala ketelitian memandang dan menguji konsistensi logika dan bentuk formal matematikanya".

Seperti kita ketahui bahwa secara filosofis, semua Logicist dan Formalist tanpa kecuali adalah seorang Foundamentalist. Artinya bahwa Sistem atau Struktur Matematika yang dikembangkan berawal dari Anggapan atau Pra-anggapan (Assumption or Pre-assumption) yang contohnya bisa berupa Unsur Primitif (Primitive Element), Kesepakatan (Convention/Agreement), Pengandaian (Assumption) atau Definition.

Sistem Matematika yang terbuka terancam oleh Ketidaklengkapannya; dan Sistem Matematika yang tertutup terancam Ketidakkonsistenannya (Teorema Kelengkapan dan Teorema Ketidaklengkapan dari Godel). Artinya, agar tetap terjamin Konsistensi logika matematikanya maka kaum Logicist-Formalist-Foundationalist cenderung membangun Sistem Matematika yang bersifat Tertutup.

Skala ketelitian memandang dan menguji konsistensi dan Ketidak-kontrakdisian Sistem Matematika berkenaan dengan Awal-Akhirnya Sistem, Sub-sistem, atau Unsur-unsur atau Elemennya.

Tidak dibantah bahwa jika Sistem Matematika mencakup Asumsi Dasar, Definisi, Aksioma, Teorema sampai pada Lema-lemanya, maka selama ini kaum Logicist-Formalist-Foundationalist telah berhasil membuktikan kokohnya Konsistensi dan Tiadanya Kontradiksi (menurut istilah almh Prof. Ir RMJT Soehakso, sebagai Rigor).

Lantas dimanakah relevansi pertanyaan "Apakah Matematika Kontradiktif"? Relevansinya adalah bahwa pertanyaan ini berusaha Menguji adanya Kontradiksi pada setiap Unsur-unsurnya dari sistem matematika yang ada.

Hasilnya sangat mengejutkan, karena DITEMUKAN BAHWA SETIAP UNSUR PEMBENTUK SISTEM MATEMATIKA TERNYATA BERSIFAT KONTRADIKTIF. Anehnya, unsur-unsur kontradiktif demikian telah berhasil membangun Sistem Matematika yang diklaim oleh Logicist-Formalist-Foundationalist sebagai KONSISTEN dan TIDAK KONTRADIKTIF.

Bagimana kita menemukan Kontradiksi dari setiap unsur-unsur itu? Akan saya uraikan pada Bagian Ketiga.
Posted by Dr. Marsigit M.A

Selasa, 20 September 2011

Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 11: Apakah Matematika Kontradiktif ? Oleh Marsigit

(Bagian Kesatu)


Saya masih ingin mengajukan secondary notion yang mungkin sedikit mengganggu bagi para matematikawan murni, dengan pertanyaan filsafat "Apakah Matematika Kontradiktif?"

Sebagian besar matematikawan kita adalah para Logicist dan Formalist. Pertanyaan itu tentu sangat aneh bagi para Logicist dan Formalist, karena batasan Matematika bagi mereka adalah "tidak kontradiktif".

Logicist dan Formalist mempertahankan kebenaran koherensi matematikanya dengan "konsistensi" pada logika dan bentuk formalnya. Artinya, Logicist dan Formalist mendefinisikan matematika sebagai "konsistensi serta tidak ditemukan adanya kontradiksi".

Jika terdapat prosedur yang tidak konsisten atau prosedur yang kontradiktif maka oleh Logicist dan Formalist itu belumlah dianggap sebagai matematika; atau dianggap sebagai matematika yang salah.

Tentu, tidak konsisten belum tentu kontradiksi. Tetapi kontradiksi pastilah tidak konsisten. Oleh karena itu akan timbul pertanyaan tentang pertanyaan itu sendiri.

Namun, pertanyaan itu sengaja saya ajukan agar kita para Logicist dan Formalist lebih ikhlas dan legowo menerima kenyataan bahwa suatu ketika akan menemukan "kontradiksi" itu di dalam ruang dan waktunya sistem atau struktur matematika yang dikembangkannya.

Relevansi pertanyaan saya itu sebetulnya hanyalah menyangkut "skala ketelitian memandang dan menguji konsistensi logika dan bentuk formal matematikanya".

Apa sebetulnya yang saya maksud dengan kalimat terakhir ini? Dan bagaimana tentang jawaban dari pertanyaan saya itu, maka akan saya uraikan pada posting berikutnya (Bagian Kedua).

Amin.
Posted by Dr. Marsigit M.A. at 8:52 PM

Assalamu'alaikum Guru Pikiranku
Komentar
Hakekat:
Elegi ini mulai mengarahkan pikiranku untuk mulai membuka diri dengan dunia luar, selama ini pikiranku hanya berkutat pada dimensi matematika tanpa kontradiksi, dengan tidak mengurangi rasa hormatku pada guru Logicist dan Formalist, perkuliahan yang kedua dari Dr. Marsigit sebagai guru pikiranku, rasanya ingin sekali mengembangkan dimensi cara berpikirku. Pencerahan yang aku dapat dari "Guru Baru" pikiranku membawa aku untuk memasuki dimensi yang setingkat di atas dimensi berpikirku yang kemarin. Memang ku akui keterbatasanku selama ini, aku merasa seolah olah hanya dikendalikan oleh logos para Logicist dan Formalist. Kumohon padamu "Guru Baru" pikiranku untuk terus mengarahkanku pada matematika kebebasan sesuai dengan Dimensi Ruang & waktu, aku semakin tertarik dan tertantang untuk menyiapkan waktu dalam memahami matematika kontradiksi.

Metode:
Dimensi berpikir memang harus terus ditingkatkan diperluas (ekstensi) dan diperdalam (intensi), dan wawasan kematematikaan harus juga diperluas (ekstensi) dan diperdalam (intensi, tanpa memiliki wawasan basic mathematic rasanya tidak mungkin memasuki dimensi matematika yang kontradiksi itu.

Manfaat:
Aku semakin menyadari keterbatasan pemahamanku, terbelenggu dalam lingkaran para Logicist dan Formalist, setelh membaca elegi ini, terima kasih Guru Pikiranku, Semoga kita selalu mendapatkan pencerahan dan terhindar dari kesombongan.

"Mohon ma'af Guru Pikiranku dengan tidak bermaksud tidak sopan dan merendahkanmu, saya lebih nyaman menggunakan kata "aku" untuk menyebut diri saya, mohon ma'af atas kelancangan itu, mohon diberi arahan buat saya batasan penggunaan kata, mungkin dimensiku masih dianggap benar, tapi dimensi guru di luar dimensi diriku"

Selasa, 13 September 2011

Elegi Perbincangan Para Banyak Oleh Marsigit

(Khusus untuk perbincangan filsafat, dan bukan untuk referensi langsung ke pembelajaran matematika)

Para banyak:
Wahai orang tua berambut putih, sebentar dulu...janganlah tergesa pergi... Aku para banyak masih ingin menyampaikan pemikiranku kepadamu. Selama ini tiadalah orang itu peduli terhadapku dan terhadap para anggotaku. Tetapi aku selalu tertimpakan oleh pemikiran, sikap dan perbuatan mereka. Kalau yang lain juga sudah menyampaikan pemikiran melalui berbagai forum misalnya konferensi, seminar,perbincangan, dst, maka kami juga ingin melakukan hal yang sama.

Orang tua berambut putih:
Oh engkau para banyak. Aku minta maaf belum bisa memberimu kesempatan untuk menyampaikan pemikiranmu dan para anggotamu. Sebetulnya aku untuk sementara akan off dulu, untuk memberikan kesempatan para subyek dan para obyek merenungkan pemikirannya. Tetapi ternyata engkau telah mendatangiku. Baiklah, silahkan.

Satu:
Kenalkan, aku adalah satu. Satu adalah anggota dari para banyak. Tiadalah banyak itu tanpa pernah dimulai dari diriku. Satu itu bukanlah satu. Oleh karena satu itu bukan satu, maka aku dapat berusaha menggunakan pikiranku untuk memikirkan satu. Padahal engkau tahu bahwa satu itu dapat berkenaan dengan segala yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu aku dapat meletakkan satu di depan setiap yang ada dan yang mungkin ada. Misalnya aku dapat mengatakan satu buku, satu pensil, satu guru, satu siswa, satu lautan, satu bicara, satu pikiran, satu pendapat, satu tingkat, satu dimensi, satu dunia, ...dst. Dari contoh-contoh itu maka dapat aku katakan bahwa satu itu ada banyak tak terhingga. Itulah sebenar-benar satu, yaitu bahwa satu adalah satu dari sekian banyak anggota para banyak.

Dua:
Kenalkan, aku adalah dua. Dua adalah anggota dari para banyak. Dua itu bukanlah dua. Oleh karena dua itu bukan dua, maka aku dapat berusaha menggunakan pikiranku untuk memikirkan dua. Padahal engkau tahu bahwa dua itu dapat berkenaan dengan segala yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu aku dapat meletakkan dua di depan setiap yang ada dan yang mungkin ada. Misalnya aku dapat mengatakan dua buku, dua, pensil, dua guru, dua siswa, dua lautan, dua bicara, dua pikiran, dua pendapat, dua tingkat, dua dimensi, dua dunia, ...dst. Dari contoh-contoh itu maka dapat aku katakan bahwa dua itu ada banyak tak terhingga. Itulah sebenar-benar dua, yaitu bahwa dua adalah satu dari sekian banyak anggota para banyak.

Tiga:
Kenalkan, aku adalah tiga. Tiga adalah anggota dari para banyak. Tiga itu bukanlah tiga. Oleh karena tiga itu bukan tiga, maka aku dapat berusaha menggunakan pikiranku untuk memikirkan tiga. Padahal engkau tahu bahwa tiga itu dapat berkenaan dengan segala yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu aku dapat meletakkan tiga di depan setiap yang ada dan yang mungkin ada. Misalnya aku dapat mengatakan tiga buku, tiga pensil, tiga guru, tiga siswa, tiga lautan, tiga bicara, tiga pikiran, tiga pendapat, tiga tingkat, tiga dimensi, tiga dunia, ...dst. Dari contoh-contoh itu maka dapat aku katakan bahwa tiga itu ada banyak tak terhingga. Itulah sebenar-benar tiga, yaitu bahwa tiga adalah satu dari sekian banyak anggota para banyak.

Empat:
Kenalkan, aku adalah empat. Empat adalah anggota dari para banyak. Empat itu bukanlah empat. Oleh karena empat itu bukan empat, maka aku dapat berusaha menggunakan pikiranku untuk memikirkan empat. Padahal engkau tahu bahwa empat itu dapat berkenaan dengan segala yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu aku dapat meletakkan empat di depan setiap yang ada dan yang mungkin ada. Misalnya aku dapat mengatakan empat buku, empat pensil, empat guru, empat siswa, empat lautan, empat bicara, empat pikiran, empat pendapat, empat tingkat, empat dimensi, empat dunia, ...dst. Dari contoh-contoh itu maka dapat aku katakan bahwa empat itu ada banyak tak terhingga. Itulah sebenar-benar empat, yaitu bahwa empat adalah satu dari sekian banyak anggota para banyak.

Lima:
Kenalkan, aku adalah lima. Lima adalah anggota dari para banyak. Lima itu bukanlah lima. Oleh karena lima itu bukan lima, maka aku dapat berusaha menggunakan pikiranku untuk memikirkan lima. Padahal engkau tahu bahwa lima itu dapat berkenaan dengan segala yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu aku dapat meletakkan lima di depan setiap yang ada dan yang mungkin ada. Misalnya aku dapat mengatakan lima buku, lima pensil, lima guru, lima siswa, lima lautan, lima bicara, lima pikiran, lima pendapat, lima tingkat, lima dimensi, lima dunia, ...dst. Dari contoh-contoh itu maka dapat aku katakan bahwa lima itu ada banyak tak terhingga. Itulah sebenar-benar lima, yaitu bahwa lima adalah satu dari sekian banyak anggota para banyak.

Banyak:
Kenalkan, aku adalah banyak. Banyak adalah anggota dari para banyak. Banyak itu bukanlah banyak. Oleh karena banyak itu bukan banyak, maka aku dapat berusaha menggunakan pikiranku untuk memikirkan banyak. Padahal engkau tahu bahwa banyak itu dapat berkenaan dengan segala yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu aku dapat meletakkan banyak di depan setiap yang ada dan yang mungkin ada. Misalnya aku dapat mengatakan banyak buku, banyak pensil, banyak guru, banyak siswa, banyak lautan, banyak bicara, banyak pikiran, banyak pendapat, banyak tingkat, banyak dimensi, banyak dunia, ...dst. Dari contoh-contoh itu maka dapat aku katakan bahwa banyak itu ada banyak tak terhingga. Itulah sebenar-benar banyak, yaitu bahwa banyak adalah satu dari sekian banyak anggota para banyak.

Para banyak:
Kenalkan, aku adalah para banyak. Para banyak adalah anggota dari para banyak. Para banyak itu bukanlah para banyak. Oleh karena para banyak itu bukan para banyak, maka aku dapat berusaha menggunakan pikiranku untuk memikirkan para banyak. Padahal engkau tahu bahwa para banyak itu dapat berkenaan dengan segala yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu aku dapat meletakkan para banyak di depan setiap yang ada dan yang mungkin ada. Misalnya aku dapat mengatakan para banyak buku, para banyak pensil, para banyak guru, para banyak siswa, para banyak lautan, para banyak bicara, para banyak pikiran, para banyak pendapat, para banyak tingkat, para banyak dimensi, para banyak dunia, ...dst. Dari contoh-contoh itu maka dapat aku katakan bahwa para banyak itu ada para banyak tak terhingga. Itulah sebenar-benar para banyak, yaitu bahwa para banyak adalah satu dari sekian banyak anggota para banyak.

Orang tua berambut putih:
Lantas, apa masalahmu jika engkau semua telah menyampailkan pemikiranmu?

Para banyak:
Yang menjadi masalah adalah sulitnya manusia memahami tentang satu bukanlah satu, dua bukanlah dua, tiga bukanlah tiga, empat bukanlah empat, lima bukanlah lima, dan banyak bukanlah banyak, serta para banyak bukanlah para banyak.

Orang tua berambut putih:
Apa pentingnya memahami hal yang demikian itu?

Para banyak:
Jika mereka belum memahami para banyak maka mereka akan mengalami kesulitan untuk memahami obyek yang bicara, mengalami kesulitan untuk memahami subyek yang menjadi obyek, mengalami kesulitan untuk memahami obyek yang menjadi subyek, mengalami kesulitan untuk memahami kuasa yang dikuasai, mengalami kesulitan untuk memahami yang ada dan yang mungkin ada, mengalami kesulitan untuk memahami tetap yang berubah, mengalami kesulitan untuk memahami berubah yang tetap, mengalami kesulitan untuk memahami benar yang salah, mengalami kesulitan untuk memahami salah yang benar, mengalami kesulitan untuk memahami baik yang buruk, mengalami kesulitan untuk memahami buruk yang baik, mengalami kesulitan untuk memahami awal yang tidak berawal, mengalami kesulitan untuk memahami akhir yang tidak berakhir, mengalami kesulitan untuk memahami pertanyaan yang bukan pertanyaan, mengalami kesulitan untuk memahami reduksi menuju kelengkapan, mengalami kesulitan untuk memahami kelengkapan yang tereduksi, mengalami kesulitan untuk memahami hidup yang mati, mengalami kesulitan untuk memahami mati yang hidup, mengalami kesulitan untuk memahami dunia di syurga, mengalami kesulitan untuk memahami syurga di dunia, mengalami kesulitan untuk memahami dunia di neraka, mengalami kesulitan untuk memahami neraka di dunia, mengalami kesulitan untuk memahami logosnya mitos, mengalami kesulitan untuk memahami mitosnya logos, mengalami kesulitan untuk memahami pikiran di hati, mengalami kesulitan untuk memahami hati di pikiran, mengalami kesulitan untuk memahami guru sebagai siswa, mengalami kesulitan untuk memahami siswa sebagai guru, mengalami kesulitan untuk memahami hakekat dibalik penampakan, mengalami kesulitan untuk memahami elegi-elegi, mengalami kesulitan untuk memahami merterjemahkan dan diterjemahkan, mengalami kesulitan untuk memahami memperbincangkan segala yang ada dan yang mungkin ada, mengalami kesulitan untuk memahami fatamorgana, mengalami kesulitan untuk mengenali para mitos, dan mengalami kesulitan untuk mengenali musuh-musuh hati.

Orang tua berambut putih:
Wahai para banyak. Sungguh mulia hatimu itu. Sungguh agung pemikiranmu itu. Semoga pemikiran-pemikiranmu itu dapat dibaca oleh para logos, sehingga para logos itu bisa selalu mengatasi para mitos-mitosnya. Mudah-mudahan uraianmu ini juga bisa menjadi jawaban dan solusi bagi yang masih kesulitan memahami elegi-elegi. Dan semoga apa yang telah engkau sampaikan dapat mencerdaskan kita semua dan menambah iman dan taqwa kita kepa Allah SWT. Amien.
Posted by Dr. Marsigit, M.A at 1:39 AM

Elegi Pemberontakan Para Logos Oleh Marsigit

Hati:
Aku sedang menyaksikan para logos mulai beraktivitas. Beberapa diantara mereka beraktivitas sesuai batas-batasnya, tetapi aku melihat sebagian diantara mereka mulai melampaui batas-batasnya. Aku ingin mengetahui apa sebetulnya yang terjadi pada logos-logos itu. Wahai para logos, apakah yang terjadi pada dirimu sehingga engkau kelihatan gelisah serta ada diantara engkau malah beraktivitas melampaui batas-batasmu.

Logos1:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya adalah dirimu. Maka engkaulah, yaitu engkau hati, sebenar-benar merupakan tantanganku. Aku merasa tertantang untuk mengetahui semua relung hatiku. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti hatiku. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Logos2:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya adalah irrasional. Maka irrasional adalah sebenar-benar merupakan tantanganku. Aku merasa tertantang untuk mengetahui semua yang irrasional, walaupun aku tahu bahwa irrasional itu tidak rasional. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti tentang irrasional. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Logos3:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya adalah ghaib. Maka ghaib adalah sebenar-benar merupakan tantanganku. Ketika aku menginginkan bertemu dengan ghaib maka dia itu tidak mau memunculkan diri. Padahal aku ingin mengetahui semuanya tentang yang ghaib itu.Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti yang ghaib. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Logos4:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya adalah mimpi. Maka engkaulah mimpi itulah sebenar-benar merupakan tantanganku. Aku ingin mengetahui semua mimpi. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti mimpiku. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Logos5:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya adalah awal. Maka awal sebenar-benar merupakan tantanganku. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti awal. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Logos6:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya adalah akhir. Maka akhir itulah sebenar-benar merupakan tantanganku. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti tentang akhir. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Logos7:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya jauh tak hingga. Maka jauh tak hingga merupakan tantanganku. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti tentang jauh tak hingga. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Logos8:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya dekat tak hingga. Maka dekat tak hingga merupakan tantanganku. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti dekat tak hingga. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Logos9:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya adalah diriku . Maka diriku merupakan tantanganku. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti tentang diriku sendiri. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Logos10:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya adalah noumena . Maka noumena merupakan tantanganku. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti tentang noumena. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.
Logos11:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya adalah dibalik penampakan. Maka dibalik penampakan merupakan tantanganku. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti tentang dibalik penampakan. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Logos 12:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya adalah nasib. Maka nasib merupakan tantanganku. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti tentang nasib. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Logos13:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya adalah arwah. Maka arwah merupakan tantanganku. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti tentang arwah. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Hati:
Cukup...cukup. Wahai para logos. Rupa-rupanya engkau semua telah lancang terhadapku. Engkau telah menyalah gunakan kepercayaanku terhadapmu. Bahkan sebagian darimu telah melakukan hal-hal di luar batas-batasmu. Maka sebenar-benar dirimu semua aku kutuk. Terkutuklah engkau semua. Engkau semua sebenar-benarnya bukanlah logos. Engkau semua adalah mitos-mitos. Ketahuilah bahwa hatiku selalu waspada mengamati gerak-gerikmu. Engkau semua telah menjelma menjadi mitos, dikarenakan kesombonganmu akan gelarmu selama ini sebagai logos. Aku benar-benar menyesal telah memanjakanmu semua. Maka sekali lagi, tidak adalah logos-logos itu di hadapanku. Yang ada di hadapanku semua itu adalah mitos.mitos. Dengarkanlah wahai semua mitos-mitos, lihatlah diriku. Aku sekarang ini sedang marah besar terhadapmu semua. Dan sekaranglah saatnya aku harus mengambil sikap tegas terhadapmu. Maka enyahlah semua dari hadapanku. Aku tidak sudi bergaul dan berkomunikasi denganmu. Enyahlah...enyahlah segera.

Para mitos (jelmaan logos):
Wahaha..haha. Ketahuilah engkau yang mengaku sebagai hatiku. Kuman disebarang lautan tampak, sedangkan gajah di pelupuk mata tidaklah tampak. Aku juga tidak lagi mempercayaimu. Ketahuilah bahwa engkau juga telah membuktikan di hadapanku, bahwa engkau itu sebenarnya bukanlah hatiku yang sebenarnya. Dengan kemarahanmu itu, maka telah masuklah ke dalam dirimu seekor syaitan. Maka tiadalah dirimu itu, kecuali sebuah hati yang telah berubah menjadi seekor syaitan. Maka dengarkanlah wahai syaitan. “Dengarkanlah wahai syaitan, lihatlah diriku. Aku sekarang ini sedang marah besar terhadapmu semua. Dan sekaranglah saatnya aku harus mengambil sikap tegas terhadapmu. Maka enyahlah engkau dari hadapanku. Aku tidak sudi bergaul dan berkomunikasi denganmu. Enyahlah...enyahlah segera”.
Wahaha..haha. Kenapa engkau kelihatan pucat pasi, padahal kalimatku yang terakhir itu hanya pura-pura. Aku sebetulnya hanya menirukan gayamu saja. Maka munafiklah engkau syaitan. Wahai syaitan, ketahuilah bahwa tidaklah pada tempatnya bahwa syaitan itu bermusuhan dengan mitos-mitos. Menurutku, antara syaitan dengan mitos itu pastilah harus bekerja sama. Maka renungkanlah. Renungkanlah kembali sebelum engkau menyesal dikemudian hari.

Syaitan (jelmaan hati):
Wah ..maafkan wahai para mitos. Aku tidak menyangka kalau telah bertemu dengan sahabat sejatiku. Engkau para mitos itu adalah sahabat sejatiku. Maka tiadalah aku akan bertindak semena-mena terhadap dirimu itu. Sekali lagi maafkanlah.

Akar rumput:
Aku sedang menyaksikan kejadian luar biasa. Ada orang tengah sombongnya berjalan di muka bumi. Setelah aku amati, ternyata dia adalah para mitos dan sahabatnya, syaitan. Ya Tuhan, ampunilah diriku. Ampunilah dosa-dosa orang yang telah berbuat dhalim di muka dunia ini. Tiadalah daya upayaku, kecuali hanyalah diri Mu yang mampu menghancurkan syaitan-syaitan itu.

Syaitan dan mitos:
Oauit...kenapa kakiku ini. Aneh pula kakiku ini. Tidak ada sebab, kenapa kakiku kemasukkan duri. Ak lihat jalannya lurus dan bersih. Oauit...terasa sakit sekali. Wahai mitos, kenapa kaki kita kemasukkan duri dan dari mana duri itu?

Mitos:
Maafkanlah syaitan, aku sekarang bukan menjadi logos lagi. Aku telah engkau kutuk menjadi mitos. Maka aku tidak lagi bisa berpikir kritis. Maka maafkanlah aku. Karena aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu. Aku merasa malu sekali mengapa hanya persoalan sepele seperti ini aku tidak bisa memikirkan. Kenapa aku tidak tahu asal usul duri ini. Padahal sebelum engkau kutuk aku telah sesumbar dan menantang dan memberontak terhadap hati bahwa aku ingin menantang semuanya yang ada dan yang mungkin ada sampai batas pikiranku. Sekali lagi maafkan aku. Aku tidak akan mengulangi perbuatanku lagi. Aku betul-betul menyesal telah berbuat dholim di muka bumi ini. Maka wahai hatiku maafkanlah diriku.

Hati (setelah syaitan menghilang):
Iba rasa hatiku wahai saudaraku. Wahai engkau logos-logosku. Aku telah menyaksikan engkau telah kembali menghampiriku. Ingin menitikkan air mata rasanya diriku itu melihat engkau semua telah menyadari kesalahan-kesalahanmu. Demikian pula aku. Mohon maafkanlah diriku, karena aku juga telah terbawa emosi sehingga aku sempat dihampiri syaitan. Aku juga menyesal telah mengutukmu. Maka sebetul-betulnya hatiku adalah doaku, sedangkan hatiku itu adalah teman bagi logos-logosku yang mengetahui batas-batasnya. Marilah kita kembali menetapkan iman dan taqwa kita kepada Tuhan YME, dengan senantiasa selalu berdoa dan mohon ampun atas segala dosa-dosa kita. Semoga Tuhan mengabulkan semua doa-doa kami. Amien.

Orang tua berambut putih:
Aku telah menyaksikan semua kejadianmu itu. Aku ingin katakan bahwa aku tidak bisa berkata. Kalimat kontradiksiku itu merupakan lambang bagi kehadiranku, yaitu bahwa aku hadir walaupun tidak engkau panggil. Maka renungkanlah.
Posted by Dr. Marsigit, M.A at 1:28 AM

Elegi Konferensi Kebenaran Oleh Marsigit

Kebenaran:
Tidaklah mudah menyampaikan kebenaran. Aku telah menyaksikan para logos bertengkar memperebutkan kebenaran. Tetapi kelihatannya, tidak hanya para logos saja yang memperebutkan kebenaran, para mitos juga tidak kalah seru dalam memperebutkan kebenaran. Sedangkan aku masih menyaksikan bahwa para hati pun ternyata saling memperebutkan kebenaran. Maka aku berketetapan akan memanggil mereka semua untuk menyampaikan pikirannya masing-masing. Wahai para mitos, logos, dan hati, dengan ini aku mengundangmu semua untuk hadir pada acara konferensi kebenaran yang akan segera aku laksanakan. Silahkan masing-masing darimu menyampaikan kebenaranmu masing-masing.

Mitos:
Wahai kebenaran, janganlah engkau berlagak paling benar di hadapanku. Ketahuilah bahwa aku adalah mitos yang ada dan yang mungkin ada. Macam dan jumlahku adalah banyak tak terhingga. Aku meliputi semua yang ada dan yang mungkin ada. Maka pada saatnya satu atau beberapa dari kami juga akan datang menemuimu. Aku selalu berusaha menghalangi para logos menemukan kebenaran. Aku tidak ikhlas jika para logos itu menemukan kebenaran yang sebenarnya. Maka aku berusaha agar para logos itu berhenti dalam usahanya itu. Karena jika para logos masih berusaha mencari kebenaran itu maka mereka akan tetap menjadi logos. Aku ingin agar mereka pada akhirnya juga menjadi mitos-mitos sepertiku. Itulah sebenar-benar benar bagiku. Bagiku benar adalah jika para logos itu telah menjadi mitos. Sahabatku adalah para fatamorgana.

Logos:
Wahai kebenaran, terimakasih engkau telah memberi kesempatan kepadaku. Aku menyadari bahwa diriku itu banyak dan bermacam-macam. Aku meliputi semua yang ada dan yang mungkin ada. Maka pada saatnya satu atau beberapa dari kami juga akan datang menemuimu. Aku selalu berusaha menghindari bertemu dengan mitos. Aku benar-benar takut dengan perilaku mitos. Maka aku selalu berusaha agar aku bisa menemukan kebenaran yang sesungguhnya. Jika aku berhenti berusaha, maka para mitos telah mengancamku akan memangsaku semua. Itulah sebenar-benar benar bagiku. Bagiku benar adalah jika aku tetap berusaha mencari kebenaran.

Hati:
Wahai kebenaran, terimakasih engkau telah memberi kesempatan kepadaku. Aku adalah satu. Di dalam diriku yang satu itulah terdapat banyak. Maka aku meliputi semua yang ada dan yang mungkin ada. Maka pada saatnya satu atau beberapa dari kami juga akan datang menemuimu. Aku selalu berusaha membersihkan hatiku. Aku benar-benar takut dengan penyakitku. Penyakitku adalah kotoran-kotoranku. Aku selalu berusaha membersihkan kotoran-kotoran atau penyakit hatiku. Tetapi aku menyadari bahwa penyakit hatiku itu sangatlah banyak. Penyakit hatiku itu meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Salah satu penyakit hatiku adalah godaan seekor syaitan. Padahal aku juga tahu bahwa syaitan itu banyak sekali. Syaitan itu juga meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Tiadalah daya dan upayaku mengusir para syaitan itu dari hatiku, kecuali atas bantuan tuhanku Allah SWT. Amien. Itulah sebenar-benar benar bagiku, yaitu bagaimana aku atas pertolongan Tuhan ku, aku bisa selalu membersihkan hatiku dari penyakit-penyakit hatiku.

Korespondensi:
Wahai kebenaran, terimakasih engkau telah memberi kesempatan kepadaku. Aku adalah salah satu dari sekian banyak sifatmu. Aku adalah kebenaran fakta. Fungsiku adalah menghubungkan pikiran dengan dunia fakta. Aku dikatakan benar jika pikiranku sesuai faktanya. Bagiku dunia itu adalah kenyataan. Dia adalah fakta. Bagiku 2+3 adalah 5. Itu adalah sebenar-benar kebenaran korespondensi karena aku dapat mengambil 2 batu kemudian mengambil 3 lagi batu, kemudian aku menghitung banyaknya perolehan batuku itu. Maka aku menemukan fakta bahwa 2+3 sama dengan 5. Maka kebenaran adalah fakta. Padalah aku tahu fakta itu banyak sekali. Mereka itu meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Maka mereka dapat mengetahui kebenaranku dengan pengelihatannya, pendengarannya, dan panca inderanya. Maka para logos itu adalah teman-temanku.

Koherensi:
Wahai kebenaran, terimakasih engkau telah memberi kesempatan kepadaku. Aku adalah salah satu dari sekian banyak sifatmu. Aku adalah kebenaran koherensi. Aku berdomisili di dalam pikiran manusia. Fungsiku adalah menjaga konsistensi atau komitmen atau janji-jani atau kesepakatan. Bagiku benar adalah konsisten atau komit atau menjaga kesepakatan. Aku tidak harus sesuai dengan faktanya. Bagiku 2+ 3 adalah 5. Itu adalah kebenaran koherensi karena aku dapat membuktikannya. Aku juga dapat dikatak sebagai kebenaran logika atau kebenaran matematika. Maka kebenaran adalah konsisten atau komit atau menjaga kesepakatan. Maka aku itu meliputi semua konsistensi atau komitmen atau janji-jani atau kesepakatan dari yang ada dan yang mungkin ada. Mereka dapat mengetahui kebenaranku dengan menggunakan akal pikirannya dan logikanya. Maka para logos itu adalah teman-temanku.

Relatif:
Wahai kebenaran, terimakasih engkau telah memberi kesempatan kepadaku. Aku adalah salah satu dari sekian banyak sifatmu. Aku adalah kebenaran relatif. Fungsiku adalah melayani individu-individu atau kelompok-kelompok. Maka kebenaran relatif itu dapat berupa kebenaran individu atau kebenaran kelompok. Aku juga boleh engkau katakan sebagai kebenaran subyektif. Kebenaranku tergantung pada individu-individu, kelompok ataupun konteks-konteksnya. Aku tahu bahwa dirimu itu sangatlah banyak. Yang relatif itu meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Maka kebenaran relatif itu tergantung orang, pikirannya, persepsinya, perasaannya, tujuannya, budayanya, kebiasaanya, ..dst.

Absolut:
Wahai kebenaran, terimakasih engkau telah memberi kesempatan kepadaku. Aku adalah salah satu dari sekian banyak sifatmu. Aku adalah kebenaran absolut. Orang dapat mengatakan aku juga sebagai kebenaran keyakinan. Maka tempat tinggalku adalah dalam hatiku. Kebenaran absolut itu banyaknya adalah satu. Maka kebenaran absolut itu adalah satu untuk semua yang ada dan yang mungkin ada. Kebenaran absolut itulah kebenaran Allah SWT. Aku dapat menggapai kebenaran absolut itu hanya dengan hatiku atas pertolongan Nya.

Manfaat:
Wahai kebenaran, terimakasih engkau telah memberi kesempatan kepadaku. Aku adalah salah satu dari sekian banyak sifatmu. Aku adalah kebenaran manfaat. Aku tahu bahwa aku kurang dikenal dan aku juga tahu bahwa aku tidaklah populer. Tetapi sebagian orang telah menggunakanku. Aku juga di sebut sebagai kebenaran pragmatis atau utilitarian. Benar bagiku adalah jika membawa manfaat bagiku. Padahal aku tahu bahwa diriku itu sangat banyak. Maka benar begiku adalah manfaat dari yang ada dan yang mungkin ada.

Persepsi:
Wahai kebenaran, terimakasih engkau telah memberi kesempatan kepadaku. Aku adalah salah satu dari sekian banyak sifatmu. Aku adalah kebenaran persepsi. Sesuatu itu benar jika sesuai dengan persepsiku. Aku melihat hijau maka yang benar adalah hijau. Aku tahu bahwa diriku itu banyak sekali. Persepsiku itu meliputi persepsi tentang yang ada dan yang mungkin ada.

KUASA:
Wahai kebenaran, terimakasih engkau telah memberi kesempatan kepadaku. Aku adalah salah satu dari sekian banyak sifatmu. Aku adalah kebenaran kuasa. Sesuatu itu benar jika sesuai dengan kekuasaanku. Jika tidaklah sesuai dengan kuasaku maka sesuatu itu tidaklah dapat dikatakan sebagai benar. Padahal engkau tahu bahwa kuasaku itu bisa tentang yang ada dan yang mungkin ada. Maka kebenaran kekuasaan jumlahnya ada banyak sekali. Teman-temanku adalah kuasa-kuasa yang lain yang berada dibawah kekuasaanku. Barang siapa tidak sesuai dengan kuasaku maka tidaklah benar dia bagi diriku.
Posted by Dr. Marsigit, M.A at 1:29 AM

Elegi Konferensi Para Keliru Oleh Marsigit

Keliru:
Aku sedang berada dipersimpangan jalan. Aku dalam keadaan ragu-ragu antara harus berbicara atau diam saja. Tetapi aku melihat bahwa para anggotaku ternyata sama seperti saya. Mereka juga tampak mulai gelisah. Ternyata aku mengetahui sebabnya. Sebabnya adalah adanya konferensi yang baru saja diselenggarakan oleh para benar. Konferensi para benar telah mengusikku dan mengusik semua pengikutku, para keliru. Baiklah kalau begitu aku juga ingin mengadakan konferensi para keliru agar para anggotaku bisa mempresentasikan pemikirannya. Wahai para keliru, aku akan segera mengadakan konferensi. Maka dengan ini aku mengundang engkau semua untuk hadir. Silahkan aku memberi kesempatan kepada dirimu semua untuk menyampaikan pemikiranmu.

Kekeliruan generalisasi:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari enggotamu. Aku adalah kekeliruan generalisasi. Banyak orang-orang mengalami kekeliruan atau sengaja melakukan kekeliruan menggunakan generalisasi. Ketika aku bertemu dengan beberapa orang Indonesia dan ternyata mereka melakukan korupsi, maka aku mengambil generalisasi bahwa semua orang indonesia melakukan korupsi. Padahal kenyataannya tidaklah demikian. Itulah sebenar-benar aku, yaitu kekeliruan generalisasi. Maka kekeliruan generalisasi merupakan tempat persembunyianku. Aku akan selalu menggoda manusia baik mereka menyadari atau tidak, untuk melakukan kesalahan generalisasi. Itulah permohonanku kepadamu.

Kekeliruan spesifikasi:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan spesifikasi. Banyak orang melakukan kekeliruan spesifikasi baik sengaja ataupun tidak sengaja. Ketika aku mengatakan bahwa negara telah makmur, belum tentu si Suto atau si Noyo telah makmur. Ketika aku katakan bahwa organisasi telah maju, belum tentu anggota-anggotanya juga telah maju. Ketika aku katakan kelas kuliah ini telah sukses, belum tentu si Udin di dalamnya juga telah sukses. Itulah sebenar-benar kekeliruan spesifikasi, yaitu kekeliruan dimana oarng sengaja atau tidak sengaja keliru menganbil spesifikasi. Itulah temapt persembunyianku. Maka aku selalu berusaha untuk menggoda manusia agar mereka selalu melakukan kekeliruan spesifikasi. Itulah permohonanku kepadamu.

Kekeliruan arti karena sama bunyi :
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan arti karena sama bunyi . Banyak orang-orang mengalami kekeliruan atau sengaja melakukan kekeliruan menggunakan ku. Ketika aku bunyikan pengertian yang berbeda dengan hal-hal yang sama maka sebagian dari mereka mengalami kekeliruan. Mereka ternyata salah paham terhadap hal-hal yang aku bunyikan sama. Misal ketika aku berkata “bisa”, maka sebagian orang berpikir bahwa yang aku maksud adalah racun, padahal aku berkehendak mengatakan dapat. Maka “bisa” merupakan salah satu tempat persembunyianku. Itulah sebenar-benar diriku. Diriku adalah kekeliruan sama bunyi. Aku akan selalu menggoda manusia agar mereka selalu mengalami kekeliruan. Itulah permohonanku kepadamu.

Kekeliruan karena lupa:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan karena lupa. Banyak orang-orang mengalami kekeliruan karena lupa, atau sengaja melupakan sesuatu hal. Ketika aku tidak dapat menelponmu, itu karena aku lupa nomor HP mu. Maka lupa adalah tempat persembunyianku. Itulah sebenar-benar diriku. Aku akan selalu menggoda manusia agar selalu lupa. Itulah permohonanku.

Kekeliruan logika:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan logika. Banyak orang-orang mengalami kekeliruan logika, atau sengaja melakukan kekeliruan logika. Aku sebetulnya masihlah bermacam-macam bentukku. Kekeliruan logika itu meliputi kekeliruan deduksi, kekeliruan indukasi, kekeliruan mengurutkan, kekeliruan menjumlah, kekeliruan mengurangi, kekeliruan mengalikan, kekeliruan membagi, kekeliruan menghitung, kekeliruan menyimpulkan, kekeliruan memilih, kekeliruan mengambil keputusan dan kekeliruan matematika. Maka kekeliruan logika adalah tempat persembunyianku. Itulah sebenar-benar diriku. Aku akan selalu menggoda manusia agar selalu melakukan kekeliruan logika. Itulah permohonanku.

Kekeliruan persepsi:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan persepsi. Banyak orang-orang mengalami kekeliruan persepsi baik disengaja atau tidak. Ketika aku mengiyakan isi surat perjanjian ini, padahal terdapat kesalahan tanggal, bulan dan tahun, maka itu karena aku salah melihat. Ketahuilah bahwa diriku itu bermacam-macam. Kekeliruan persepsi itu meliputi kekeliruan melihat, kekeliruan mendengar, dan kekeliruan mempersepsi dengan panca indera. Maka kekeliruan persepsi adalah tempat persembunyianku. Itulah sebenar-benar diriku. Aku akan selalu menggoda manusia agar selalu melakukan kekeliruan persepsi. Itulah permohonanku.

Kekeliruan komitmen:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan komitmen. Banyak orang-orang mengalami kekeliruan komitmen baik disengaja atau tidak. Ketika aku telah berjanji kemudian aku mengingkarinya, maka itulah kekeliruan komitmen. Ketika aku berkomitmen kemudian aku tidak dapat memenuhi komitmenku maka itulah kekeliruan komitmen. Maka kekeliruan komitmen adalah rumahku. Itulah sebenar-benar diriku. Aku akan selalu menggoda manusia agar selalu melakukan kekeliruan komitmen. Itulah permohonanku.

Kekeliruan tindakan:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan tindakan. Banyak orang-orang mengalami kekeliruan tindakan baik disengaja atau tidak. Segala macam tindakan tak terpuji adalah kekeliruan tindakan. Ketahuilah bahwa tidak bertindak juga belum tentu bukan kekeliruan tindakan. Salah menunjuk adalah juga kekeliruan tindakan. Kekeliruan menulis, kekeliruan menyebut, dst adalah kekeliruan tindakan. Maka kekeliruan tindakan adalah rumahku. Itulah sebenar-benar diriku. Aku akan selalu menggoda manusia agar selalu melakukan kekeliruan tindakan. Itulah permohonanku.

Kekeliruan niat:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan niat. Banyak orang-orang mengalami kekeliruan niat baik disengaja atau tidak. Semua niat buruk adalah kekeliruan niat. Kekeliruan doa adalah juga kekeliruan niat. Kekeliruan misi, visi atau tujuan adalah kekeliruan niat. Maka kekeliruan niat adalah rumahku. Itulah sebenar-benar diriku. Aku akan selalu menggoda manusia agar selalu melakukan kekeliruan niat. Itulah permohonanku.

Kekeliruan metode:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan metode. Banyak orang-orang mengalami kekeliruan metode baik disengaja atau tidak. Diriku itu bermacam-macam misal kekeliruan metode langsung, tidak langsung, kuantitatif, kualitatif, menyelesaikan persoalan, dst. Itulah sebenar-benar diriku. Aku akan selalu menggoda manusia agar selalu melakukan kekeliruan metode. Itulah permohonanku.

Kekeliruan individu:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan individu. Banyak orang-orang mengalami kekeliruan individu baik disengaja atau tidak. Kekeliruan individu adalah kekeliruan diriku sendiri, dan tidak melibatkan orang lain. Maka kekeliruan individu adalah rumahku. Itulah sebenar-benar diriku. Aku akan selalu menggoda manusia agar selalu melakukan kekeliruan individu. Itulah permohonanku.

Kekeliruan kolektif:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan kolektif. Banyak orang-orang mengalami kekeliruan kolektif baik disengaja atau tidak. Kekeliruan kolektif adalah kekeliruan yang dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok orang. Maka kekeliruan kolektif adalah rumahku. Itulah sebenar-benar diriku. Aku akan selalu menggoda manusia agar selalu melakukan kekeliruan kolektif. Itulah permohonanku.

Kekeliruan sistemik:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan sistemik. Banyak kekeliruan sistemik terjadi baik disengaja atau tidak. Kekeliruan sistemik adalah kekeliruan yang dilakukan secara kelembagaan atau oleh institusi atau oleh negara. Membiarkan korupsi meraja lela adalah kekeliruan sistemik. Merambah hutan adalah kekeliruan sistemik. Tidak menyantuni rakyat miskin adalah kekeliruan sistemik. Maka kekeliruan sistemik adalah rumahku. Itulah sebenar-benar diriku. Aku akan selalu menggoda sistem-sistem atau institusi agar selalu melakukan kekeliruan sistemik. Itulah permohonanku.

Kekeliruan umum:
Wahai keliru, aku adalah salah satu dari anggotamu. Aku adalah kekeliruan umum. Banyak orang-orang mengalami mengalami kekeliruan umum baik disengaja atau tidak. Kekeliruan umum adalah kekeliruan yang umum terjadi. Kekeliruan umum sering juga disebut sebagai salah kaprah. Para koruptor, penjahat, pembunuh berdarah dingin ditayangkan di TV untuk diwawancara adalah kekeliruan umum, sehingga justeru mereka itu seakan menjadi pahlawan atau selebritis. Maka kekeliruan umum adalah rumahku. Itulah sebenar-benar diriku. Aku akan selalu menggoda manusia agar selalu melakukan kekeliruan kolektif. Itulah permohonanku.

Hati dan logos bersama-sama protes dan membuat perjanjian:
Wahai para keliru, baiklah aku telah mendengarkan presentasimu semua. Adalah hakmu untuk bicara untuk menunjukkan bahwa engkau itu memang benar-benar ada. Tetapi ketahuilah bahka sebenar-benar musuhmu adalah hati dan logosku. Maka jangan coba-coba menggoda para anggotaku semua selagi mereka itu selalu berikhtiar mencari kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dan jangan sekali kali engkau menggoda para anggotaku selagi mereka khusuk berdoa. Inilah perjanjianku terhadapmu semua. Dalam kesempatan ini aku ingin berpesan kepada para hati dan para logos, kenalilah dan ketahui sifat dan perilaku para keliru agar engkau selalu terhindar dari bujuk rayunya. Berikhtiarlah selalu seraya melantunkan doa-doa dalam hatimu. Niscaya Allah SWT akan selalu mendengar dan mengabulkan doa-doa kami. Amien.
Posted by Dr. Marsigit, M.A at 11:56 PM

Elegi Konferensi Para Beda Oleh Marsigit

Logos:
Ternyata urusanku itu tidak habis-habisnya. Satu persoalan dapat aku selesaikan, maka muncul persoalan yang lainnya. Sekarang aku menyaksikan fenomena lagi yang mungkin perlu kontribusiku untuk penyelesaiannya. Aku melihat sedang terjadi kegelisahan luar biasa dari para “BEDA”. Setelah aku cermati ternyata kegelisahan tersebut hampir erjadi di mana-mana. Oleh karena itu aku akan selenggarakan konferensi para beda. Wahai para beda, silahkan engkau presentasi karya-karyamu dalam konferensiku ini.

Ontologi Beda:
Wahai logos, terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepadaku untuk menyampaikan pikiran-pikiranku. Kenalkan, aku adalah ontologi beda. Ketahuilah bahwa aku adalah hakekat beda. Perbedaanku itu bersifat dalam sedalam-dalamnya dan luas seluas-luasnya. Tetapi banyak orang tidak menyadarinya bahkan mereka tidak mau tahu atau sengaja tidak mau tahu tentang diriku. Selama ini aku merasa telah di dholimi oleh banyak manusia. Orang-orang yang paling banyak mendholimi diriku justeru adalah orang-orang yang mempunyai kekusaaan, yaitu kekuasaan dalam arti sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Maka pada kesempatan ini aku ingin protes kepadamu. Tiadalah di dunia ini segala sesuati itu tidak berbeda. Dua orang kembar sekalipun, mereka adalah berbeda. Jikalaupun segala sesuatu tidak berbeda, maka bukankah mereka terlahir pada menit yang beda. Jika mereka toh terlahir pada menit yang tidak berbeda, maka begitu lahir mereka juga menempati ruang yang berbeda. Tidaklah mungkin mereka itu diletakkan semuanya di kiri, semuanya di kanan, semuanya di atas, semuanya di bawa. Begitu lahir mereka juga telah diperlakukan dengan berbeda. Mereka disentuh oleh tangan bidan yang berbeda. Tangan bidan itu meyentuh kedua bayi itu secara bergantian, atau jika waktunya sama maka tidaklah mungkin mereka menyentuhnya dengan kedia tangan kirinya secara bersamaan untuk kedua kembar tadi. Ini adalah hanya satu dari contoh yang aku berikan. Jadi sekali lagi, tiadakan sesuatu di dunia ini itu tidak berbeda. Ketahuilah aku mempunyai banyak anggotaku. Aku akan mempersilahkan para anggotaku untuk menghadap kepadamu semua, untuk melakukan protesnya masing-masing.

Waktu beda:
Wahai logos, terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepadaku untuk menyampaikan pikiran-pikiranku. Kenalkan, aku adalah waktu beda. Ketahuilah bahwa aku adalah hakekat waktu beda. Perbedaanku itu bersifat dalam sedalam-dalamnya dan luas seluas-luasnya. Tetapi banyak orang tidak menyadarinya bahkan mereka tidak mau tahu atau sengaja tidak mau tahu tentang diriku. Selama ini aku merasa telah di dholimi oleh banyak manusia. Orang-orang yang paling banyak mendholimi diriku justeru adalah orang-orang yang mempunyai kekusaaan, yaitu kekuasaan dalam arti sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Maka pada kesempatan ini aku ingin protes kepadamu. Tiadalah di dunia ini segala sesuatu itu tidak berbeda. Tiadalah waktu itu tidak berbeda. Waktu itu tidak dapat menempati dan mengulangi waktu sebelumnya. Jadi sekali lagi, tiadakan sesuatu di dunia ini itu tidak berbeda. Ketahuilah aku mempunyai banyak anggotaku. Aku akan mempersilahkan para anggotaku untuk menghadap kepadamu semua, untuk melakukan protesnya masing-masing.

Ruang beda:
Wahai logos, terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepadaku untuk menyampaikan pikiran-pikiranku. Kenalkan, aku adalah ruang beda. Ketahuilah bahwa aku adalah hakekat ruang beda. Perbedaanku itu bersifat dalam sedalam-dalamnya dan luas seluas-luasnya. Tetapi banyak orang tidak menyadarinya bahkan mereka tidak mau tahu atau sengaja tidak mau tahu tentang diriku. Selama ini aku merasa telah di dholimi oleh banyak manusia. Orang-orang yang paling banyak mendholimi diriku justeru adalah orang-orang yang mempunyai kekusaaan, yaitu kekuasaan dalam arti sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Maka pada kesempatan ini aku ingin protes kepadamu. Tiadalah di dunia ini segala sesuati itu tidak berbeda. Coba carikan dan tunjukkan kepadaku jika engkau mampu, apakah ada suatu ruang yang sama di dunia ini? Jika engkau menunjuk tempat tinggalmu sebagai suatu ruang yang sama, apakah engkau tidak menyadari bahwa ruangmu itu secara bersama-sama melakukan pergerakan relatif terhadap yang lebih besar, yaitu pergerakan bumi dan tata surya ini. Ini adalah hanya satu dari contoh yang aku berikan. Jadi sekali lagi, tiadakan sesuatu di dunia ini itu tidak berbeda. Ketahuilah aku mempunyai banyak anggotaku. Aku akan mempersilahkan para anggotaku untuk menghadap kepadamu semua, untuk melakukan protesnya masing-masing.

Bernasib beda:
Wahai logos, terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepadaku untuk menyampaikan pikiran-pikiranku. Kenalkan, aku adalah nasib beda. Ketahuilah bahwa aku adalah hakekat nasib beda. Perbedaanku itu bersifat dalam sedalam-dalamnya dan luas seluas-luasnya. Tetapi banyak orang tidak menyadarinya bahkan mereka tidak mau tahu atau sengaja tidak mau tahu tentang diriku. Selama ini aku merasa telah di dholimi oleh banyak manusia. Orang-orang yang paling banyak mendholimi diriku justeru adalah orang-orang yang mempunyai kekusaaan, yaitu kekuasaan dalam arti sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Maka pada kesempatan ini aku ingin protes kepadamu. Tiadalah di dunia ini segala sesuati itu tidak berbeda. Coba carikan dan tunjukkan kepadaku jika engkau mampu, apakah ada suatu nasib yang sama di dunia ini? Jika engkau dapat menunjuk suatu nasib sebagai suatu nasib yang sama, apakah engkau tidak menyadari bahwa nasibmu itu benar-benar tentang dirimu, padahal engkau tidak dapat menemukan dirimu yang lainnya. Ini adalah hanya satu dari contoh yang aku berikan. Jadi sekali lagi, tiadakan sesuatu di dunia ini itu tidak berbeda. Ketahuilah aku mempunyai banyak anggotaku. Aku akan mempersilahkan para anggotaku untuk menghadap kepadamu semua, untuk melakukan protesnya masing-masing.

Berpikir beda:
Wahai logos, terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepadaku untuk menyampaikan pikiran-pikiranku. Kenalkan, aku adalah berpikir beda. Ketahuilah bahwa aku adalah hakekat berpikir beda. Perbedaanku itu bersifat dalam sedalam-dalamnya dan luas seluas-luasnya. Tetapi banyak orang tidak menyadarinya bahkan mereka tidak mau tahu atau sengaja tidak mau tahu tentang diriku. Selama ini aku merasa telah di dholimi oleh banyak manusia. Orang-orang yang paling banyak mendholimi diriku justeru adalah orang-orang yang mempunyai kekusaaan, yaitu kekuasaan dalam arti sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Maka pada kesempatan ini aku ingin protes kepadamu. Tiadalah di dunia ini segala sesuati itu tidak berbeda. Coba carikan dan tunjukkan kepadaku jika engkau mampu, apakah ada suatu berpikir yang yang tidak beda di dunia ini? Jika engkau menunjuk dua orang berpikir sebagai suatu berpikir yang tidak berbeda, misalnya memikirkan “A”, dapatkah engkau membuktikannya bahwa kedua “A” yang dipikirkan itu tidaklah berbeda? Ini adalah hanya satu dari contoh yang aku berikan. Jadi sekali lagi, tiadakan sesuatu di dunia ini itu tidak berbeda. Ketahuilah aku mempunyai banyak anggotaku. Aku akan mempersilahkan para anggotaku untuk menghadap kepadamu semua, untuk melakukan protesnya masing-masing.

Berbicara beda:
Wahai logos, terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepadaku untuk menyampaikan pikiran-pikiranku. Kenalkan, aku adalah berbicara beda. Ketahuilah bahwa aku adalah hakekat berbicara beda. Perbedaanku itu bersifat dalam sedalam-dalamnya dan luas seluas-luasnya. Tetapi banyak orang tidak menyadarinya bahkan mereka tidak mau tahu atau sengaja tidak mau tahu tentang diriku. Selama ini aku merasa telah di dholimi oleh banyak manusia. Orang-orang yang paling banyak mendholimi diriku justeru adalah orang-orang yang mempunyai kekusaaan, yaitu kekuasaan dalam arti sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Maka pada kesempatan ini aku ingin protes kepadamu. Tiadalah di dunia ini segala sesuati itu tidak berbeda. Coba carikan dan tunjukkan kepadaku jika engkau mampu, apakah ada suatu berbicara yang yang tidak beda di dunia ini? Jika engkau menunjuk dua orang berbicara sebagai suatu berbicara yang tidak berbeda, misalnya berbicara tentang “A”, dapatkah engkau membuktikannya bahwa kedua pembicaraan tentang “A” yang dibicarakan itu tidaklah berbeda? Ini adalah hanya satu dari contoh yang aku berikan. Jadi sekali lagi, tiadakan sesuatu di dunia ini itu tidak berbeda. Ketahuilah aku mempunyai banyak anggotaku. Aku akan mempersilahkan para anggotaku untuk menghadap kepadamu semua, untuk melakukan protesnya masing-masing.

Berkarya beda:
Wahai logos, terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepadaku untuk menyampaikan pikiran-pikiranku. Kenalkan, aku adalah berkarya beda. Ketahuilah bahwa aku adalah hakekat berkaryabeda. Perbedaanku itu bersifat dalam sedalam-dalamnya dan luas seluas-luasnya. Tetapi banyak orang tidak menyadarinya bahkan mereka tidak mau tahu atau sengaja tidak mau tahu tentang diriku. Selama ini aku merasa telah di dholimi oleh banyak manusia. Orang-orang yang paling banyak mendholimi diriku justeru adalah orang-orang yang mempunyai kekusaaan, yaitu kekuasaan dalam arti sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Maka pada kesempatan ini aku ingin protes kepadamu. Tiadalah di dunia ini segala sesuatu itu tidak berbeda. Coba carikan dan tunjukkan kepadaku jika engkau mampu, apakah ada suatu berkarya yang yang tidak beda di dunia ini? Jika engkau menunjuk dua orang berkarya sebagai suatu berkarya yang tidak berbeda, misalnya berkarya tentang “A”, dapatkah engkau membuktikannya bahwa kedua berkarya tentang “A” yang berkarya itu tidaklah berbeda? Ini adalah hanya satu dari contoh yang aku berikan. Jadi sekali lagi, tiadakan sesuatu di dunia ini itu tidak berbeda. Ketahuilah aku mempunyai banyak anggotaku. Aku akan mempersilahkan para anggotaku untuk menghadap kepadamu semua, untuk melakukan protesnya masing-masing.

Berpenampilan beda:
Wahai logos, terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepadaku untuk menyampaikan pikiran-pikiranku. Kenalkan, aku adalah berpenampilan beda. Ketahuilah bahwa aku adalah hakekat berpenampilan beda. Perbedaanku itu bersifat dalam sedalam-dalamnya dan luas seluas-luasnya. Tetapi banyak orang tidak menyadarinya bahkan mereka tidak mau tahu atau sengaja tidak mau tahu tentang diriku. Selama ini aku merasa telah di dholimi oleh banyak manusia. Orang-orang yang paling banyak mendholimi diriku justeru adalah orang-orang yang mempunyai kekusaaan, yaitu kekuasaan dalam arti sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Maka pada kesempatan ini aku ingin protes kepadamu. Tiadalah di dunia ini segala sesuatu itu tidak berbeda. Coba carikan dan tunjukkan kepadaku jika engkau mampu, apakah ada dua orang berpenampilan tidak beda di dunia ini? Jika engkau menunjuk dua orang berpenampilan sebagai suatu berpenampilan yang tidak berbeda, misalnya berpenampilan tentang “A”, dapatkah engkau membuktikannya bahwa kedua berpenampilan tentang “A” yang berpenampilan itu tidaklah berbeda? Ini adalah hanya satu dari contoh yang aku berikan. Jadi sekali lagi, tiadakan sesuatu di dunia ini itu tidak berbeda. Ketahuilah aku mempunyai banyak anggotaku. Aku akan mempersilahkan para anggotaku untuk menghadap kepadamu semua, untuk melakukan protesnya masing-masing.

Beraktivitas beda:
Wahai logos, terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepadaku untuk menyampaikan pikiran-pikiranku. Kenalkan, aku adalah beraktivitas beda. Ketahuilah bahwa aku adalah hakekat beraktivitas beda. Perbedaanku itu bersifat dalam sedalam-dalamnya dan luas seluas-luasnya. Tetapi banyak orang tidak menyadarinya bahkan mereka tidak mau tahu atau sengaja tidak mau tahu tentang diriku. Selama ini aku merasa telah di dholimi oleh banyak manusia. Orang-orang yang paling banyak mendholimi diriku justeru adalah orang-orang yang mempunyai kekusaaan, yaitu kekuasaan dalam arti sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Maka pada kesempatan ini aku ingin protes kepadamu. Tiadalah di dunia ini segala sesuatu itu tidak berbeda. Coba carikan dan tunjukkan kepadaku jika engkau mampu, apakah ada dua orang beraktivitas tidak beda di dunia ini? Jika engkau menunjuk dua orang beraktivitas sebagai suatu beraktivitas yang tidak berbeda, misalnya beraktivitas tentang “A”, dapatkah engkau membuktikannya bahwa kedua beraktivitas tentang “A” yang beraktivitas itu tidaklah berbeda? Ini adalah hanya satu dari contoh yang aku berikan. Jadi sekali lagi, tiadakan sesuatu di dunia ini itu tidak berbeda. Ketahuilah aku mempunyai banyak anggotaku. Aku akan mempersilahkan para anggotaku untuk menghadap kepadamu semua, untuk melakukan protesnya masing-masing.

Berpakaian beda:
Wahai logos, terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepadaku untuk menyampaikan pikiran-pikiranku. Kenalkan, aku adalah berpakaian beda. Ketahuilah bahwa aku adalah hakekat berpakaian beda. Perbedaanku itu bersifat dalam sedalam-dalamnya dan luas seluas-luasnya. Tetapi banyak orang tidak menyadarinya bahkan mereka tidak mau tahu atau sengaja tidak mau tahu tentang diriku. Selama ini aku merasa telah di dholimi oleh banyak manusia. Orang-orang yang paling banyak mendholimi diriku justeru adalah orang-orang yang mempunyai kekusaaan, yaitu kekuasaan dalam arti sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Maka pada kesempatan ini aku ingin protes kepadamu. Tiadalah di dunia ini segala sesuatu itu tidak berbeda. Coba carikan dan tunjukkan kepadaku jika engkau mampu, apakah ada dua orang berpakaian tidak beda di dunia ini? Jika engkau menunjuk dua orang berpakaian sebagai suatu berpakaian yang tidak berbeda, misalnya berpakaian tentang “A”, dapatkah engkau membuktikannya bahwa kedua berpakaian tentang “A” yang berpakaian itu tidaklah berbeda? Ini adalah hanya satu dari contoh yang aku berikan. Jadi sekali lagi, tiadakan sesuatu di dunia ini itu tidak berbeda. Ketahuilah aku mempunyai banyak anggotaku. Aku akan mempersilahkan para anggotaku untuk menghadap kepadamu semua, untuk melakukan protesnya masing-masing.

Berperasaan beda:
Wahai logos, terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepadaku untuk menyampaikan pikiran-pikiranku. Kenalkan, aku adalah berpakaian beda. Ketahuilah bahwa aku adalah hakekat berperasaan beda. Perbedaanku itu bersifat dalam sedalam-dalamnya dan luas seluas-luasnya. Tetapi banyak orang tidak menyadarinya bahkan mereka tidak mau tahu atau sengaja tidak mau tahu tentang diriku. Selama ini aku merasa telah di dholimi oleh banyak manusia. Orang-orang yang paling banyak mendholimi diriku justeru adalah orang-orang yang mempunyai kekusaaan, yaitu kekuasaan dalam arti sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Maka pada kesempatan ini aku ingin protes kepadamu. Tiadalah di dunia ini segala sesuatu itu tidak berbeda. Coba carikan dan tunjukkan kepadaku jika engkau mampu, apakah ada dua orang berperasaan tidak beda di dunia ini? Jika engkau menunjuk dua orang berperasaan sebagai suatu berperasaan yang tidak berbeda, misalnya berperasaan tentang “A”, dapatkah engkau membuktikannya bahwa kedua berperasaan tentang “A” yang berperasaan itu tidaklah berbeda? Ini adalah hanya satu dari contoh yang aku berikan. Jadi sekali lagi, tiadakan sesuatu di dunia ini itu tidak berbeda. Ketahuilah aku mempunyai banyak anggotaku. Aku akan mempersilahkan para anggotaku untuk menghadap kepadamu semua, untuk melakukan protesnya masing-masing.

Orang tua berambut putih:
Baiklah wahai para beda, aku telah menghayati pemikiranmu semua. Itulah sebenar-benar beda, yaitu tidaklah ada di dunia ini sesuatu yang tidak berbeda. Maka aku ingin menyampaikan pesanku kepada para logos dan para kuasa untuk berhati-hatilah menjaga kuasamu. Para logos mempunyai kuasa untuk mengharapkan semua yang ada dan yang mungin ada sebagai tidak berbeda. Sedangkan para kuasa akan sangat tergoda menggunakan kekuasaannya untuk menjadikan dunia ini tidak berbeda, yaitu tidak berbeda dengan hidupnya dan kekuasaannya. Jika engkau betul-betul melaksanakan harapanmu itu maka serta merta engkau terancam oleh mitos-mitosmu sendiri. Sedangkan jika engkau betul-betul melaksanakan kegiatanmu berusaha membuat tidak beda maka engkau itulah sebenar-benar para mitos itu. Terutama hati-hatilah bagi para guru terhadap para siswa-siswanya. Tiadalah dua siswa di dunia itu yang tidak berbeda. Jika engkau para guru mengharapkan para siswa-siswamu untuk menjadi siswa-siswa yang tidak berbeda maka engkau terancam oleh mitos-mitosmu. Apalagi jika engkau para guru telah melakukan usaha-usaha atau ikhtiar-ikhtiar untuk mengusahakan agar para siswa-siswamu tidak berbeda, maka dengan ini aku proklamasikan bahwa engkau para guru tidak lain tidak bukan adalah mitos-mitos belaka yang siap menerkam dan menelan bulat-bulat para siswa-siswamu sebagai korbannya.
Posted by Dr. Marsigit, M.A at 2:34 PM

Elegi Perbincangan Bukan Benar dan Bukan Salah Oleh Marsigit

Bukan benar dan bukan salah:
Kami-kami ini adalah bukan benar dan bukan salah. Kami bukan benar tetapi kami juga bukan salah. Selama ini memang kami merasa terpinggirkan oleh hak istimewa yang diperoleh benar dan salah. Tetapi tidak apalah, kami juga ingin selalu menjaga silaturahim diantara bukan benar dan bukan salah. Setelah saya identifikasi, ternyata cukup banyak juga anggotaku itu.

Pertanyaan:
Wahai bukan benar dan bukan salah, aku adalah pertanyaan. Aneh pula jika ada orang mengatakan aku telah membuat pertanyaan yang benar atau pertanyaan yang salah. Padahal aku sekedar bertanya. Menurutku pertanyaanku itu tidaklah dapat dikatakan sebagai benar atau sebagai salah. Maka jelaslah kiranya bahwa aku termasuk satu diantara anggotamu. Maka aku juga ingin berpesan kepada para benar atau salah, janganlah engkau selalu berusaha mengajakku untuk menjadi anggotamu. Jangan pula engkau merasa risau dengan pertanyaan-pertanyaanku, karena pertanyaanku itu sesungguhnya bukanlah benar dan bukanlah salah.

Keadaan:
Wahai bukan benar dan bukan salah, aku adalah keadaan. Aneh pula jika ada orang mengatakan aku telah membuat keadaan yang benar atau keadaan yang salah. Padahal aku sekedar keadaan. Menurutku keadaanku itu tidaklah dapat dikatakan sebagai benar atau sebagai salah. Maka jelaslah kiranya bahwa aku termasuk satu diantara anggotamu. Maka aku juga ingin berpesan kepada para benar atau salah, janganlah engkau selalu berusaha mengajakku untuk menjadi anggotamu. Jangan pula engkau merasa risau dengan keadaan-keadaanku, karena keadaanku itu sesungguhnya bukanlah tentang keadaanbenar dan bukanlah tentang keadaan salah.

Waktu:
Wahai bukan benar dan bukan salah, aku adalah waktu. Aneh pula jika ada orang mengatakan aku telah membuat waktu yang benar atau waktu yang salah. Padahal aku sekedar waktu. Menurutku waktuku itu tidaklah dapat dikatakan sebagai benar atau sebagai salah. Maka jelaslah kiranya bahwa aku termasuk satu diantara bukan benar dan bukan salah. Maka aku juga ingin berpesan kepada para benar atau salah, janganlah engkau selalu berusaha mengajakku untuk menjadi anggotamu. Jangan pula engkau merasa risau dengan waktu-waktuku, karena waktuku itu sesungguhnya bukanlah tentang waktu benar dan bukanlah tentang waktu salah.

Ruang:
Wahai bukan benar dan bukan salah, aku adalah ruang. Aneh pula jika ada orang mengatakan aku telah membuat ruang yang benar atau ruang yang salah. Padahal aku sekedar ruang. Menurutku ruangku itu tidaklah dapat dikatakan sebagai benar atau sebagai salah. Maka jelaslah kiranya bahwa aku termasuk satu diantara bukan benar dan bukan salah. Maka aku juga ingin berpesan kepada para benar atau salah, janganlah engkau selalu berusaha mengajakku untuk menjadi anggotamu. Jangan pula engkau merasa risau dengan ruang-ruangku, karena ruangku itu sesungguhnya bukanlah tentang ruang benar dan bukanlah tentang ruang salah.

Persepsi:
Wahai bukan benar dan bukan salah, aku adalah persepsi. Aneh pula jika ada orang mengatakan aku telah membuat persepsi yang benar atau persepsi yang salah. Padahal aku sekedar persepsi. Menurutku persepsiku itu tidaklah dapat dikatakan sebagai benar atau sebagai salah. Maka jelaslah kiranya bahwa aku termasuk satu diantara bukan benar dan bukan salah. Maka aku juga ingin berpesan kepada para benar atau salah, janganlah engkau selalu berusaha mengajakku untuk menjadi anggotamu. Jangan pula engkau merasa risau dengan persepsi-persepsiku, karena persepsiku itu sesungguhnya bukanlah tentang persepsi benar dan bukanlah tentang persepsi salah.

Logika:
Wahai bukan benar dan bukan salah, aku adalah logika. Aneh pula jika ada orang mengatakan aku telah membuat logika yang benar atau logika yang salah. Padahal aku sekedar logika. Menurutku logika itu tidaklah dapat dikatakan sebagai benar atau sebagai salah. Maka jelaslah kiranya bahwa aku termasuk satu diantara bukan benar dan bukan salah. Maka aku juga ingin berpesan kepada para benar atau salah, janganlah engkau selalu berusaha mengajakku untuk menjadi anggotamu. Jangan pula engkau merasa risau dengan logika-logikaku, karena logika itu sesungguhnya bukanlah tentang logika benar dan bukanlah tentang logika salah.

Benar:
Wahai bukan benar dan bukan salah, aku adalah benar. Aneh pula jika ada orang mengatakan aku telah membuat benar yang benar atau benar yang salah. Padahal aku sekedar benar. Menurutku benar itu tidaklah dapat dikatakan sebagai benar atau sebagai salah. Maka jelaslah kiranya bahwa aku termasuk satu diantara bukan benar dan bukan salah. Maka aku juga ingin berpesan kepada para benar atau salah, janganlah engkau selalu berusaha mengajakku untuk menjadi anggotamu. Jangan pula engkau merasa risau dengan benar-benar, karena benar itu sesungguhnya bukanlah tentang benar benar dan bukanlah tentang benar salah.

Salah:
Wahai bukan benar dan bukan salah, aku adalah salah. Aneh pula jika ada orang mengatakan aku telah membuat salah yang benar atau benar yang salah. Padahal aku sekedar salah. Menurutku salah itu tidaklah dapat dikatakan sebagai benar atau sebagai salah. Maka jelaslah kiranya bahwa aku termasuk satu diantara bukan benar dan bukan salah. Maka aku juga ingin berpesan kepada para benar atau salah, janganlah engkau selalu berusaha mengajakku untuk menjadi anggotamu. Jangan pula engkau merasa risau dengan salah-salah, karena salah itu sesungguhnya bukanlah tentang salah benar dan bukanlah tentang salah salah.

Bukan benar:
Wahai bukan benar dan bukan salah, aku adalah bukan benar. Aneh pula jika ada orang mengatakan aku telah membuat bukan benar yang benar atau bukan benar yang salah. Padahal aku sekedar bukan benar. Menurutku bukan benar itu tidaklah dapat dikatakan sebagai benar atau sebagai salah. Maka jelaslah kiranya bahwa aku termasuk satu diantara bukan benar dan bukan salah. Maka aku juga ingin berpesan kepada para benar atau salah, janganlah engkau selalu berusaha mengajakku untuk menjadi anggotamu. Jangan pula engkau merasa risau dengan bukan benar-bukan benar, karena bukan benar itu sesungguhnya bukanlah tentang bukan benar benar dan bukanlah tentang bukan benar salah.

Bukan salah:
Wahai bukan benar dan bukan salah, aku adalah bukan salah. Aneh pula jika ada orang mengatakan aku telah membuat bukan salah yang benar atau bukan salah yang salah. Padahal aku sekedar bukan salah. Menurutku bukan salah itu tidaklah dapat dikatakan sebagai benar atau sebagai salah. Maka jelaslah kiranya bahwa aku termasuk satu diantara bukan benar dan bukan salah. Maka aku juga ingin berpesan kepada para benar atau salah, janganlah engkau selalu berusaha mengajakku untuk menjadi anggotamu. Jangan pula engkau merasa risau dengan bukan salah-bukan salah, karena bukan salah itu sesungguhnya bukanlah tentang bukan salah benar dan bukanlah tentang bukan salah salah.

Benar dan salah protes:
Wahai semuanya, sungguh lihai engkau mengelabuiku. Bagiku tiadalah ada di dunia ini yang tidak termasuk ke dalam benar atau salah. Aku tidak mempercayaimu. Ketidakpercayaanku terhadap dirimu, itu adalah pertanda bahwa engkau itu tidak benar. Wahai bukan benar dan bukan salah, kendalikanlah anggota-anggotamu itu, supaya tidak melampaui batas. Tetapi aku juga sedikit ragu apakah protesku ini benar atau salah?

Orang tua berambut putih:
Nantikan elegi berikutnya, mungkin akan ada jawaban dari para logos.
Posted by Dr. Marsigit, M.A at 10:17 AM

Elegi Perbincangan Para Tepat Oleh Marsigit

Para tepat:
Aku merasa dimana-mana terdapat perbedaan tentang tepat. Diantara para anggotaku sudah mulai transparan menampilkan egonya masing-masing, sehingga terjadi keresahan. Tidaklah salah bila sekali waktu aku juga ingin mengundang para anggotaku itu untuk secara transparan pula menyampaikan visi dan misinya tentang tepat. Silahkan.

Tepat waktu:
Aku adalah tepat waktu. Segala yang ada dan yang mungkin ada itu dikatakan tepat waktu jika keberadaannya yang ada dan yang mungkin ada sesuai dengan sifat-sifat waktu keberadaannya. Padahal aku tahu yang ada dan yang mungkin ada itu jumlahnya banyak terhingga, sedangkan waktu yang sesuai dengan keberadaannya itu juga banyaknya tak terhingga. Maka dapat aku katakan bahwa tepat waktu itu banyaknya tak berhingga. Setinggi-tinggi tepat waktu yang dipikirkan manusia itu adalah tepat waktu relatif. Maka sebenar-benar tepat waktu adalah tepat waktu absolut, itu hanyalah milik dan kuasa Tuhan.

Tepat ruang:
Aku adalah tepat ruang. Segala yang ada dan yang mungkin ada itu dikatakan tepat ruang jika keberadaannya yang ada dan yang mungkin ada sesuai dengan sifat-sifat ruang keberadaannya. Padahal aku tahu yang ada dan yang mungkin ada itu jumlahnya banyak terhingga, sedangkan ruang yang sesuai dengan keberadaannya itu juga banyaknya tak terhingga. Maka dapat aku katakan bahwa tepat ruang itu banyaknya tak berhingga. Setinggi-tinggi ruang yang dipikirkan manusia itu adalah tepat ruang relatif. Maka sebenar-benar tepat ruang adalah tepat ruang absolut, itu hanyalah milik dan kuasa Tuhan.

Tepat logos:
Aku adalah tepat logos. Segala yang ada dan yang mungkin ada itu dikatakan tepat logos jika keberadaannya yang ada dan yang mungkin ada sesuai dengan sifat-sifat logos keberadaannya. Padahal aku tahu yang ada dan yang mungkin ada itu jumlahnya banyak terhingga, sedangkan logos yang sesuai dengan keberadaannya itu juga banyaknya tak terhingga. Maka dapat aku katakan bahwa tepat logos itu banyaknya tak berhingga. Setinggi-tinggi tepat logos yang dipikirkan manusia itu adalah tepat logos relatif. Maka sebenar-benar tepat logos adalah tepat logos absolut, itu hanyalah milik dan kuasa Tuhan.

Tepat hati:
Aku adalah tepat hati. Segala yang ada dan yang mungkin ada itu dikatakan tepat hati jika keberadaannya yang ada dan yang mungkin ada sesuai dengan sifat-sifat hati keberadaannya. Padahal aku tahu yang ada dan yang mungkin ada itu jumlahnya banyak terhingga, sedangkan hati yang sesuai dengan keberadaannya itu juga banyaknya tak terhingga. Maka dapat aku katakan bahwa tepat hati itu banyaknya tak berhingga. Setinggi-tinggi tepat hati yang dipikirkan manusia itu adalah tepat hati relatif. Maka sebenar-benar tepat hati adalah tepat hati absolut, itu hanyalah milik dan kuasa Tuhan.

Tepat tindakan:
Aku adalah tepat tindakan. Segala yang ada dan yang mungkin ada itu dikatakan tepat tindakan jika keberadaannya yang ada dan yang mungkin ada sesuai dengan sifat-sifat tindakan keberadaannya. Padahal aku tahu yang ada dan yang mungkin ada itu jumlahnya banyak terhingga, sedangkan tindakan yang sesuai dengan keberadaannya itu juga banyaknya tak terhingga. Maka dapat aku katakan bahwa tepat tindakan itu banyaknya tak berhingga. Setinggi-tinggi tepat tindakan yang dipikirkan manusia itu adalah tepat tindakan relatif. Maka sebenar-benar tepat tindakan adalah tepat tindakan absolut, itu hanyalah milik dan kuasa Tuhan.

Tepat kesimpulan:
Aku adalah tepat kesimpulan. Segala yang ada dan yang mungkin ada itu dikatakan tepat kesimpulan jika keberadaannya yang ada dan yang mungkin ada sesuai dengan sifat-sifat kesimpulan keberadaannya. Padahal aku tahu yang ada dan yang mungkin ada itu jumlahnya banyak terhingga, sedangkan kesimpulan yang sesuai dengan keberadaannya itu juga banyaknya tak terhingga. Maka dapat aku katakan bahwa tepat kesimpulan itu banyaknya tak berhingga. Setinggi-tinggi tepat kesimpulan yang dipikirkan manusia itu adalah tepat kesimpulan relatif. Maka sebenar-benar tepat kesimpulan adalah tepat kesimpulan absolut, itu hanyalah milik dan kuasa Tuhan.

Tepat subyek:
Aku adalah tepat subyek. Segala yang ada dan yang mungkin ada itu dikatakan tepat subyek jika keberadaannya yang ada dan yang mungkin ada sesuai dengan sifat-sifat subyek keberadaannya. Padahal aku tahu yang ada dan yang mungkin ada itu jumlahnya banyak terhingga, sedangkan subyek yang sesuai dengan keberadaannya itu juga banyaknya tak terhingga. Maka dapat aku katakan bahwa tepat subyek itu banyaknya tak berhingga. Setinggi-tinggi tepat subyek yang dipikirkan manusia itu adalah tepat subyek relatif. Maka sebenar-benar tepat subyek adalah tepat subyek absolut, itu hanyalah milik dan kuasa Tuhan.

Tepat obyek:
Aku adalah tepat obyek. Segala yang ada dan yang mungkin ada itu dikatakan tepat obyek jika keberadaannya yang ada dan yang mungkin ada sesuai dengan sifat-sifat obyek keberadaannya. Padahal aku tahu yang ada dan yang mungkin ada itu jumlahnya banyak terhingga, sedangkan obyek yang sesuai dengan keberadaannya itu juga banyaknya tak terhingga. Maka dapat aku katakan bahwa tepat obyek itu banyaknya tak berhingga. Setinggi-tinggi tepat obyek yang dipikirkan manusia itu adalah tepat obyek relatif. Maka sebenar-benar tepat obyek adalah tepat obyek absolut, itu hanyalah milik dan kuasa Tuhan.

Tepat sifat:
Aku adalah tepat sifat. Segala yang ada dan yang mungkin ada itu dikatakan tepat sifat jika keberadaannya yang ada dan yang mungkin ada sesuai dengan sifat-sifat sifat keberadaannya. Padahal aku tahu yang ada dan yang mungkin ada itu jumlahnya banyak terhingga, sedangkan sifat yang sesuai dengan keberadaannya itu juga banyaknya tak terhingga. Maka dapat aku katakan bahwa tepat sifat itu banyaknya tak berhingga. Setinggi-tinggi tepat sifat yang dipikirkan manusia itu adalah tepat sifat relatif. Maka sebenar-benar tepat sifat adalah tepat sifat absolut, itu hanyalah milik dan kuasa Tuhan.

Tepat metode:
Aku adalah tepat metode. Segala yang ada dan yang mungkin ada itu dikatakan tepat metode jika keberadaannya yang ada dan yang mungkin ada sesuai dengan sifat-sifat metode keberadaannya. Padahal aku tahu yang ada dan yang mungkin ada itu jumlahnya banyak terhingga, sedangkan metode yang sesuai dengan keberadaannya itu juga banyaknya tak terhingga. Maka dapat aku katakan bahwa tepat metode itu banyaknya tak berhingga. Setinggi-tinggi tepat metode yang dipikirkan manusia itu adalah tepat metode relatif. Maka sebenar-benar tepat metode adalah tepat metode absolut, itu hanyalah milik dan kuasa Tuhan.

Tepat sasaran:
Aku adalah tepat sasaran. Segala yang ada dan yang mungkin ada itu dikatakan tepat sasaran jika keberadaannya yang ada dan yang mungkin ada sesuai dengan sifat-sifat sasaran keberadaannya. Padahal aku tahu yang ada dan yang mungkin ada itu jumlahnya banyak terhingga, sedangkan sasaran yang sesuai dengan keberadaannya itu juga banyaknya tak terhingga. Maka dapat aku katakan bahwa tepat sasaran itu banyaknya tak berhingga. Setinggi-tinggi tepat sasaran yang dipikirkan manusia itu adalah tepat sasaran relatif. Maka sebenar-benar tepat sasaran adalah tepat sasaran absolut, itu hanyalah milik dan kuasa Tuhan.

Tepat program:
Aku adalah tepat program. Segala yang ada dan yang mungkin ada itu dikatakan tepat program jika keberadaannya yang ada dan yang mungkin ada sesuai dengan sifat-sifat program keberadaannya. Padahal aku tahu yang ada dan yang mungkin ada itu jumlahnya banyak terhingga, sedangkan program yang sesuai dengan keberadaannya itu juga banyaknya tak terhingga. Maka dapat aku katakan bahwa tepat program itu banyaknya tak berhingga. Setinggi-tinggi tepat program yang dipikirkan manusia itu adalah tepat program relatif. Maka sebenar-benar tepat program adalah tepat program absolut, itu hanyalah milik dan kuasa Tuhan.

Tepat bicara:
Aku adalah tepat bicara. Segala yang ada dan yang mungkin ada itu dikatakan tepat bicara jika keberadaannya yang ada dan yang mungkin ada sesuai dengan sifat-sifat bicara keberadaannya. Padahal aku tahu yang ada dan yang mungkin ada itu jumlahnya banyak terhingga, sedangkan bicara yang sesuai dengan keberadaannya itu juga banyaknya tak terhingga. Maka dapat aku katakan bahwa tepat bicara itu banyaknya tak berhingga. Setinggi-tinggi tepat bicara yang dipikirkan manusia itu adalah tepat bicara relatif. Maka sebenar-benar tepat bicara adalah tepat bicara absolut, itu hanyalah milik dan kuasa Tuhan.

Tepat mendengar:
Aku adalah tepat mendengar. Segala yang ada dan yang mungkin ada itu dikatakan tepat mendengar jika keberadaannya yang ada dan yang mungkin ada sesuai dengan sifat-sifat mendengar keberadaannya. Padahal aku tahu yang ada dan yang mungkin ada itu jumlahnya banyak terhingga, sedangkan mendengar yang sesuai dengan keberadaannya itu juga banyaknya tak terhingga. Maka dapat aku katakan bahwa tepat mendengar itu banyaknya tak berhingga. Setinggi-tinggi tepat mendengar yang dipikirkan manusia itu adalah tepat mendengar relatif. Maka sebenar-benar tepat mendengar adalah tepat mendengar absolut, itu hanyalah milik dan kuasa Tuhan.

Tepat melihat:
Aku adalah tepat melihat. Segala yang ada dan yang mungkin ada itu dikatakan tepat melihat jika keberadaannya yang ada dan yang mungkin ada sesuai dengan sifat-sifat melihat keberadaannya. Padahal aku tahu yang ada dan yang mungkin ada itu jumlahnya banyak terhingga, sedangkan melihat yang sesuai dengan keberadaannya itu juga banyaknya tak terhingga. Maka dapat aku katakan bahwa tepat melihat itu banyaknya tak berhingga. Setinggi-tinggi tepat melihat yang dipikirkan manusia itu adalah tepat melihat relatif. Maka sebenar-benar tepat melihat adalah tepat melihat absolut, itu hanyalah milik dan kuasa Tuhan.

Tepat menulis:
Aku adalah tepat menulis. Segala yang ada dan yang mungkin ada itu dikatakan tepat menulis jika keberadaannya yang ada dan yang mungkin ada sesuai dengan sifat-sifat menulis keberadaannya. Padahal aku tahu yang ada dan yang mungkin ada itu jumlahnya banyak terhingga, sedangkan menulis yang sesuai dengan keberadaannya itu juga banyaknya tak terhingga. Maka dapat aku katakan bahwa tepat menulis itu banyaknya tak berhingga. Setinggi-tinggi tepat menulis yang dipikirkan manusia itu adalah tepat menulis relatif. Maka sebenar-benar tepat menulis adalah tepat menulis absolut, itu hanyalah milik dan kuasa Tuhan.

Tepat perintah:
Aku adalah tepat perintah. Segala yang ada dan yang mungkin ada itu dikatakan tepat perintah jika keberadaannya yang ada dan yang mungkin ada sesuai dengan sifat-sifat perintah keberadaannya. Padahal aku tahu yang ada dan yang mungkin ada itu jumlahnya banyak terhingga, sedangkan perintah yang sesuai dengan keberadaannya itu juga banyaknya tak terhingga. Maka dapat aku katakan bahwa tepat perintah itu banyaknya tak berhingga. Setinggi-tinggi tepat perintah yang dipikirkan manusia itu adalah tepat perintah relatif. Maka sebenar-benar tepat perintah adalah tepat perintah absolut, itu hanyalah milik dan kuasa Tuhan.

Tepat memilih:
Aku adalah tepat memilih. Segala yang ada dan yang mungkin ada itu dikatakan tepat memilih jika keberadaannya yang ada dan yang mungkin ada sesuai dengan sifat-sifat memilih keberadaannya. Padahal aku tahu yang ada dan yang mungkin ada itu jumlahnya banyak terhingga, sedangkan memilih yang sesuai dengan keberadaannya itu juga banyaknya tak terhingga. Maka dapat aku katakan bahwa tepat memilih itu banyaknya tak berhingga. Setinggi-tinggi tepat memilih yang dipikirkan manusia itu adalah tepat memilih relatif. Maka sebenar-benar tepat memilih adalah tepat memilih absolut, itu hanyalah milik dan kuasa Tuhan.
Posted by Dr. Marsigit, M.A at 11:47 AM