Selasa, 13 September 2011

Elegi Konferensi Kebenaran Oleh Marsigit

Kebenaran:
Tidaklah mudah menyampaikan kebenaran. Aku telah menyaksikan para logos bertengkar memperebutkan kebenaran. Tetapi kelihatannya, tidak hanya para logos saja yang memperebutkan kebenaran, para mitos juga tidak kalah seru dalam memperebutkan kebenaran. Sedangkan aku masih menyaksikan bahwa para hati pun ternyata saling memperebutkan kebenaran. Maka aku berketetapan akan memanggil mereka semua untuk menyampaikan pikirannya masing-masing. Wahai para mitos, logos, dan hati, dengan ini aku mengundangmu semua untuk hadir pada acara konferensi kebenaran yang akan segera aku laksanakan. Silahkan masing-masing darimu menyampaikan kebenaranmu masing-masing.

Mitos:
Wahai kebenaran, janganlah engkau berlagak paling benar di hadapanku. Ketahuilah bahwa aku adalah mitos yang ada dan yang mungkin ada. Macam dan jumlahku adalah banyak tak terhingga. Aku meliputi semua yang ada dan yang mungkin ada. Maka pada saatnya satu atau beberapa dari kami juga akan datang menemuimu. Aku selalu berusaha menghalangi para logos menemukan kebenaran. Aku tidak ikhlas jika para logos itu menemukan kebenaran yang sebenarnya. Maka aku berusaha agar para logos itu berhenti dalam usahanya itu. Karena jika para logos masih berusaha mencari kebenaran itu maka mereka akan tetap menjadi logos. Aku ingin agar mereka pada akhirnya juga menjadi mitos-mitos sepertiku. Itulah sebenar-benar benar bagiku. Bagiku benar adalah jika para logos itu telah menjadi mitos. Sahabatku adalah para fatamorgana.

Logos:
Wahai kebenaran, terimakasih engkau telah memberi kesempatan kepadaku. Aku menyadari bahwa diriku itu banyak dan bermacam-macam. Aku meliputi semua yang ada dan yang mungkin ada. Maka pada saatnya satu atau beberapa dari kami juga akan datang menemuimu. Aku selalu berusaha menghindari bertemu dengan mitos. Aku benar-benar takut dengan perilaku mitos. Maka aku selalu berusaha agar aku bisa menemukan kebenaran yang sesungguhnya. Jika aku berhenti berusaha, maka para mitos telah mengancamku akan memangsaku semua. Itulah sebenar-benar benar bagiku. Bagiku benar adalah jika aku tetap berusaha mencari kebenaran.

Hati:
Wahai kebenaran, terimakasih engkau telah memberi kesempatan kepadaku. Aku adalah satu. Di dalam diriku yang satu itulah terdapat banyak. Maka aku meliputi semua yang ada dan yang mungkin ada. Maka pada saatnya satu atau beberapa dari kami juga akan datang menemuimu. Aku selalu berusaha membersihkan hatiku. Aku benar-benar takut dengan penyakitku. Penyakitku adalah kotoran-kotoranku. Aku selalu berusaha membersihkan kotoran-kotoran atau penyakit hatiku. Tetapi aku menyadari bahwa penyakit hatiku itu sangatlah banyak. Penyakit hatiku itu meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Salah satu penyakit hatiku adalah godaan seekor syaitan. Padahal aku juga tahu bahwa syaitan itu banyak sekali. Syaitan itu juga meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Tiadalah daya dan upayaku mengusir para syaitan itu dari hatiku, kecuali atas bantuan tuhanku Allah SWT. Amien. Itulah sebenar-benar benar bagiku, yaitu bagaimana aku atas pertolongan Tuhan ku, aku bisa selalu membersihkan hatiku dari penyakit-penyakit hatiku.

Korespondensi:
Wahai kebenaran, terimakasih engkau telah memberi kesempatan kepadaku. Aku adalah salah satu dari sekian banyak sifatmu. Aku adalah kebenaran fakta. Fungsiku adalah menghubungkan pikiran dengan dunia fakta. Aku dikatakan benar jika pikiranku sesuai faktanya. Bagiku dunia itu adalah kenyataan. Dia adalah fakta. Bagiku 2+3 adalah 5. Itu adalah sebenar-benar kebenaran korespondensi karena aku dapat mengambil 2 batu kemudian mengambil 3 lagi batu, kemudian aku menghitung banyaknya perolehan batuku itu. Maka aku menemukan fakta bahwa 2+3 sama dengan 5. Maka kebenaran adalah fakta. Padalah aku tahu fakta itu banyak sekali. Mereka itu meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Maka mereka dapat mengetahui kebenaranku dengan pengelihatannya, pendengarannya, dan panca inderanya. Maka para logos itu adalah teman-temanku.

Koherensi:
Wahai kebenaran, terimakasih engkau telah memberi kesempatan kepadaku. Aku adalah salah satu dari sekian banyak sifatmu. Aku adalah kebenaran koherensi. Aku berdomisili di dalam pikiran manusia. Fungsiku adalah menjaga konsistensi atau komitmen atau janji-jani atau kesepakatan. Bagiku benar adalah konsisten atau komit atau menjaga kesepakatan. Aku tidak harus sesuai dengan faktanya. Bagiku 2+ 3 adalah 5. Itu adalah kebenaran koherensi karena aku dapat membuktikannya. Aku juga dapat dikatak sebagai kebenaran logika atau kebenaran matematika. Maka kebenaran adalah konsisten atau komit atau menjaga kesepakatan. Maka aku itu meliputi semua konsistensi atau komitmen atau janji-jani atau kesepakatan dari yang ada dan yang mungkin ada. Mereka dapat mengetahui kebenaranku dengan menggunakan akal pikirannya dan logikanya. Maka para logos itu adalah teman-temanku.

Relatif:
Wahai kebenaran, terimakasih engkau telah memberi kesempatan kepadaku. Aku adalah salah satu dari sekian banyak sifatmu. Aku adalah kebenaran relatif. Fungsiku adalah melayani individu-individu atau kelompok-kelompok. Maka kebenaran relatif itu dapat berupa kebenaran individu atau kebenaran kelompok. Aku juga boleh engkau katakan sebagai kebenaran subyektif. Kebenaranku tergantung pada individu-individu, kelompok ataupun konteks-konteksnya. Aku tahu bahwa dirimu itu sangatlah banyak. Yang relatif itu meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Maka kebenaran relatif itu tergantung orang, pikirannya, persepsinya, perasaannya, tujuannya, budayanya, kebiasaanya, ..dst.

Absolut:
Wahai kebenaran, terimakasih engkau telah memberi kesempatan kepadaku. Aku adalah salah satu dari sekian banyak sifatmu. Aku adalah kebenaran absolut. Orang dapat mengatakan aku juga sebagai kebenaran keyakinan. Maka tempat tinggalku adalah dalam hatiku. Kebenaran absolut itu banyaknya adalah satu. Maka kebenaran absolut itu adalah satu untuk semua yang ada dan yang mungkin ada. Kebenaran absolut itulah kebenaran Allah SWT. Aku dapat menggapai kebenaran absolut itu hanya dengan hatiku atas pertolongan Nya.

Manfaat:
Wahai kebenaran, terimakasih engkau telah memberi kesempatan kepadaku. Aku adalah salah satu dari sekian banyak sifatmu. Aku adalah kebenaran manfaat. Aku tahu bahwa aku kurang dikenal dan aku juga tahu bahwa aku tidaklah populer. Tetapi sebagian orang telah menggunakanku. Aku juga di sebut sebagai kebenaran pragmatis atau utilitarian. Benar bagiku adalah jika membawa manfaat bagiku. Padahal aku tahu bahwa diriku itu sangat banyak. Maka benar begiku adalah manfaat dari yang ada dan yang mungkin ada.

Persepsi:
Wahai kebenaran, terimakasih engkau telah memberi kesempatan kepadaku. Aku adalah salah satu dari sekian banyak sifatmu. Aku adalah kebenaran persepsi. Sesuatu itu benar jika sesuai dengan persepsiku. Aku melihat hijau maka yang benar adalah hijau. Aku tahu bahwa diriku itu banyak sekali. Persepsiku itu meliputi persepsi tentang yang ada dan yang mungkin ada.

KUASA:
Wahai kebenaran, terimakasih engkau telah memberi kesempatan kepadaku. Aku adalah salah satu dari sekian banyak sifatmu. Aku adalah kebenaran kuasa. Sesuatu itu benar jika sesuai dengan kekuasaanku. Jika tidaklah sesuai dengan kuasaku maka sesuatu itu tidaklah dapat dikatakan sebagai benar. Padahal engkau tahu bahwa kuasaku itu bisa tentang yang ada dan yang mungkin ada. Maka kebenaran kekuasaan jumlahnya ada banyak sekali. Teman-temanku adalah kuasa-kuasa yang lain yang berada dibawah kekuasaanku. Barang siapa tidak sesuai dengan kuasaku maka tidaklah benar dia bagi diriku.
Posted by Dr. Marsigit, M.A at 1:29 AM

1 komentar:

  1. Assalamu'alikum Guru Pikiranku
    Komentar:
    Hakekat:
    Kebenaran mutlak hanyalah milik Tuhan Penguasa Jagat Raya, Dialah yang memiliki kebenaran yang hakiki. Dalam perkembangannya kebenaran yang diilhamkan pada manusia berkat akal, pikiran yang dianugerahkan Allah kepada manusia munculkan sekte-sekte kebenaran berdasarkan kemampuan logosnya untuk memahami percikan kebenaran yang diturunkan. Lahirlah kebenaran yang mengagungkan fakta/kenyataan, lahirlah kebenaran yang mengagungkan kesepakatan bersama, lahirlah kebenaran yang mengagungkan perasaan jika ada manfaat bagi dirinya itulah yang dianggap benar, lahirlah kebenaran berdasarkan persepsi kelompok atau perorangan, lahirlah kebenaran berdasarkan kekuasaan, semua itu benar jika kajiannya berdasarkan secuil logos yang diterima sesuai takaran pikirannya, manusia yang sadar tetap akan selalu member rasa hormat pada tuannya yaitu kebenaran hakiki (absolute) yang bersumber dari yang menciptakan kebenaran itu yaitu Allah SWT, bagaimanapun kebenaran yang diakui yang tidak berpatokan pada kebenaran Tuhan bagaikan orang buta yang bercerita tentang gajah, pada saat yang sama beberapa orang buta dilepas di kandang gajah hanya diberi waktu “sekejap” untuk menceritakan tentang gajah, sebagian ada yang percaya diri kembali ke posisi semula dengan bahasa yang meyakinkan dan dalil-dalil ilmiah dia bercerita, aku yakin gajah itu seperti ular karena dia pegang ekornya, aku yakin gajah seperti pohon kelapa karena dia pegang kakinya, …..sampai bahkan aku yakin gajah seperti rambut karena dia menyentuh bulu-bulunya, dan aku yakin gajah sangat bau karena dia terjatuh tersungkur di atas kotoran gajah. Begitulah manusia memandang kebenaran, apa yang disampaikan itu memang benar tapi baru bagian terkecil dari kebenaran yang sesungguhnya, itulah kebenaran Allah SWT.
    Metode;
    Perlu wawasan yang luas untuk memahami kebenaran, perlu sabar, ikhlas dan tulus mengakui ada kebenaran lain dari kebenaran yang kita yakini. Tanamkan keyakinan bahwa kebenaran yang kita yakini hanyalah bagian terkecil dari kebenaran yang ada. Perlu sadar bahwa kita bukanlah yang paling benar sehingga lambat laun kita juga bisa menghormati kebenaran lain. Dan hanya kebenaran Tuhan yang tidak pernah berubah.

    Manfaat:
    Kita akan selalu sadar sehingga setiap tutur kata, perilaku selalu tertata, terjaga dari kesombongan karena kita selalu merasa bagian dari kebenaran Tuhan. Selama itu bersumber dari kebenaran Tuhan, kita tetap harus mengakui karena kebenaran lain mungkin menggunakan cara pandang lain memahami kebenaran yang sebenarnya (Tuhan).

    BalasHapus