Selasa, 27 September 2011

Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 18: Apakah Mat Kontradiktif (Tanggapan utk Ibu Kriswianti)

Oleh Marsigit

Dear Ibu Kriswianti,

Terimakasih telah menanggapi tulisan saya. Saya membetulkan bu, yang mengatakan 3+4=7 itu kontradiksi itu saya, bukan Pak Wono. Tetapi klaim saya itu tidak bisa hanya dibaca sepotong-potong; itu harus dibaca secara menyeluruh dari Bagian Satu sd Bagian Tujuh.

Kelihatannya Ibu terpaku untuk memandang Makna Matematika hanya dari satu titik tertentu; padahal masih sangat banyak pandangan tentang matematika yang lain, yang bersifat lebih mendasar, lebih hakiki dan lebih luas.

Obyek Matematika bersifat abstrak untuk Logicist-Formalist-Foundationalist. Bertumpu pada kesepakatan itu untuk membangun definisinya atau sistemnya; tetapi tiadalah kesepakatan itu menjadi prioritas bagi Sistem Matematika yang satu dengan yang lainnya. Lebih luas, yang terjadi justeru lebih banyak perbedaan pendapat diantara para mathematical philosopher.

Berpikir pola deduktif itu juga untuk Logicist-Formalist-Foundationalist. Memiliki simbol yang kosong dari arti maksudnya adalah terbebas dari ruang dan waktu. Konsisten pada sistemnya itulah pikiran dan karya kaum Logicists.

Jika notions-notions itu datang begitu saja tanpa ada penjelasan maka itulah yang namanya MITOS dalam matematika.

Jika para mathematicians gagal menjelaskan maka semua karakteristik yang ibu sebutkan itu bisa dianggap hanya sebagai MITOS belaka. Oleh karena itu jika ibu bisa memberikan tanggapan atas tanggapan saya ini, itu sangat diharapkan sebagai usaha bersama kita untuk sama-sama memikirkan matematika tidak hanya sebagai MITOS tetapi sebagai LOGOS.

1 komentar:

  1. Assalamu’alikum Guru Pikiranku
    Diskusi ini perlu dipahami sebagai proses pembelajaran dan pendewasaan berpikir. Ajaran kaum Logicist-Formalist-Foundationalist selama ini yang kita anut tidaklah salah karena dia konsisten pada system yang dibangun bersama atas dasar kesepakatan. Tidak apa-apa kita juga mendalaminya (intense) dan memperluas pemahaman (ekstensi), yang menjadi kekhawatiran adalah semakin kita mendalami dan memperluas pemahaman yang dibangun oleh kaum Logicist-Formalist-Foundationalist kita terjebak ke dalam kekakuan berpikir sampai kita bertemu dengan MITOS_MITOS matematika karena keterbatasan berpikir kita yang seharusnya kita menjadikannya LOGOS, padahal perjalanan hidup kita selalu menempati ruang dan waktu yang lain. Sampai suatu saat saya bertanya pada profesorku “Apakah setiap lingkaran itu bundar”, beliau tersentak dan mengatakan bacalah dan pahamilah dulu apa yang kamu tanyakan.
    Elegi ini menawarkan kepada para Logicist-Formalist-Foundationalist untuk tidak aneh dan asing melakukan pembenahan dalam berikir, tanpa melupakan matematika yang menjadi LOGOS walaupun masih ada partisi-partisinya yang masih menjadi MITOS.

    BalasHapus