Selasa, 13 September 2011

Elegi Pemberontakan Para Logos Oleh Marsigit

Hati:
Aku sedang menyaksikan para logos mulai beraktivitas. Beberapa diantara mereka beraktivitas sesuai batas-batasnya, tetapi aku melihat sebagian diantara mereka mulai melampaui batas-batasnya. Aku ingin mengetahui apa sebetulnya yang terjadi pada logos-logos itu. Wahai para logos, apakah yang terjadi pada dirimu sehingga engkau kelihatan gelisah serta ada diantara engkau malah beraktivitas melampaui batas-batasmu.

Logos1:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya adalah dirimu. Maka engkaulah, yaitu engkau hati, sebenar-benar merupakan tantanganku. Aku merasa tertantang untuk mengetahui semua relung hatiku. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti hatiku. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Logos2:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya adalah irrasional. Maka irrasional adalah sebenar-benar merupakan tantanganku. Aku merasa tertantang untuk mengetahui semua yang irrasional, walaupun aku tahu bahwa irrasional itu tidak rasional. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti tentang irrasional. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Logos3:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya adalah ghaib. Maka ghaib adalah sebenar-benar merupakan tantanganku. Ketika aku menginginkan bertemu dengan ghaib maka dia itu tidak mau memunculkan diri. Padahal aku ingin mengetahui semuanya tentang yang ghaib itu.Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti yang ghaib. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Logos4:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya adalah mimpi. Maka engkaulah mimpi itulah sebenar-benar merupakan tantanganku. Aku ingin mengetahui semua mimpi. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti mimpiku. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Logos5:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya adalah awal. Maka awal sebenar-benar merupakan tantanganku. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti awal. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Logos6:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya adalah akhir. Maka akhir itulah sebenar-benar merupakan tantanganku. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti tentang akhir. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Logos7:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya jauh tak hingga. Maka jauh tak hingga merupakan tantanganku. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti tentang jauh tak hingga. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Logos8:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya dekat tak hingga. Maka dekat tak hingga merupakan tantanganku. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti dekat tak hingga. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Logos9:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya adalah diriku . Maka diriku merupakan tantanganku. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti tentang diriku sendiri. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Logos10:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya adalah noumena . Maka noumena merupakan tantanganku. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti tentang noumena. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.
Logos11:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya adalah dibalik penampakan. Maka dibalik penampakan merupakan tantanganku. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti tentang dibalik penampakan. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Logos 12:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya adalah nasib. Maka nasib merupakan tantanganku. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti tentang nasib. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Logos13:
Wahai hati, ketahuilah bahwa aku telah banyak berjuang. Perjuanganku itu tidak main-main. Aku telah berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos. Setelah aku berhasil mengalahkan banyak mitos-mitos, maka aku merasa energiku semakin kuat. Aku bahkan merasakan bahwa energiku itu melimpah. Tetapi aku masih mempunyai tantangan. Sedangkan tantanganku sebenarnya adalah arwah. Maka arwah merupakan tantanganku. Kenapa selama ini engkau membuat mitos bahwa aku itu tidak bisa mengerti tentang arwah. Itulah mengapa aku memberontak terhadapmu.

Hati:
Cukup...cukup. Wahai para logos. Rupa-rupanya engkau semua telah lancang terhadapku. Engkau telah menyalah gunakan kepercayaanku terhadapmu. Bahkan sebagian darimu telah melakukan hal-hal di luar batas-batasmu. Maka sebenar-benar dirimu semua aku kutuk. Terkutuklah engkau semua. Engkau semua sebenar-benarnya bukanlah logos. Engkau semua adalah mitos-mitos. Ketahuilah bahwa hatiku selalu waspada mengamati gerak-gerikmu. Engkau semua telah menjelma menjadi mitos, dikarenakan kesombonganmu akan gelarmu selama ini sebagai logos. Aku benar-benar menyesal telah memanjakanmu semua. Maka sekali lagi, tidak adalah logos-logos itu di hadapanku. Yang ada di hadapanku semua itu adalah mitos.mitos. Dengarkanlah wahai semua mitos-mitos, lihatlah diriku. Aku sekarang ini sedang marah besar terhadapmu semua. Dan sekaranglah saatnya aku harus mengambil sikap tegas terhadapmu. Maka enyahlah semua dari hadapanku. Aku tidak sudi bergaul dan berkomunikasi denganmu. Enyahlah...enyahlah segera.

Para mitos (jelmaan logos):
Wahaha..haha. Ketahuilah engkau yang mengaku sebagai hatiku. Kuman disebarang lautan tampak, sedangkan gajah di pelupuk mata tidaklah tampak. Aku juga tidak lagi mempercayaimu. Ketahuilah bahwa engkau juga telah membuktikan di hadapanku, bahwa engkau itu sebenarnya bukanlah hatiku yang sebenarnya. Dengan kemarahanmu itu, maka telah masuklah ke dalam dirimu seekor syaitan. Maka tiadalah dirimu itu, kecuali sebuah hati yang telah berubah menjadi seekor syaitan. Maka dengarkanlah wahai syaitan. “Dengarkanlah wahai syaitan, lihatlah diriku. Aku sekarang ini sedang marah besar terhadapmu semua. Dan sekaranglah saatnya aku harus mengambil sikap tegas terhadapmu. Maka enyahlah engkau dari hadapanku. Aku tidak sudi bergaul dan berkomunikasi denganmu. Enyahlah...enyahlah segera”.
Wahaha..haha. Kenapa engkau kelihatan pucat pasi, padahal kalimatku yang terakhir itu hanya pura-pura. Aku sebetulnya hanya menirukan gayamu saja. Maka munafiklah engkau syaitan. Wahai syaitan, ketahuilah bahwa tidaklah pada tempatnya bahwa syaitan itu bermusuhan dengan mitos-mitos. Menurutku, antara syaitan dengan mitos itu pastilah harus bekerja sama. Maka renungkanlah. Renungkanlah kembali sebelum engkau menyesal dikemudian hari.

Syaitan (jelmaan hati):
Wah ..maafkan wahai para mitos. Aku tidak menyangka kalau telah bertemu dengan sahabat sejatiku. Engkau para mitos itu adalah sahabat sejatiku. Maka tiadalah aku akan bertindak semena-mena terhadap dirimu itu. Sekali lagi maafkanlah.

Akar rumput:
Aku sedang menyaksikan kejadian luar biasa. Ada orang tengah sombongnya berjalan di muka bumi. Setelah aku amati, ternyata dia adalah para mitos dan sahabatnya, syaitan. Ya Tuhan, ampunilah diriku. Ampunilah dosa-dosa orang yang telah berbuat dhalim di muka dunia ini. Tiadalah daya upayaku, kecuali hanyalah diri Mu yang mampu menghancurkan syaitan-syaitan itu.

Syaitan dan mitos:
Oauit...kenapa kakiku ini. Aneh pula kakiku ini. Tidak ada sebab, kenapa kakiku kemasukkan duri. Ak lihat jalannya lurus dan bersih. Oauit...terasa sakit sekali. Wahai mitos, kenapa kaki kita kemasukkan duri dan dari mana duri itu?

Mitos:
Maafkanlah syaitan, aku sekarang bukan menjadi logos lagi. Aku telah engkau kutuk menjadi mitos. Maka aku tidak lagi bisa berpikir kritis. Maka maafkanlah aku. Karena aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu. Aku merasa malu sekali mengapa hanya persoalan sepele seperti ini aku tidak bisa memikirkan. Kenapa aku tidak tahu asal usul duri ini. Padahal sebelum engkau kutuk aku telah sesumbar dan menantang dan memberontak terhadap hati bahwa aku ingin menantang semuanya yang ada dan yang mungkin ada sampai batas pikiranku. Sekali lagi maafkan aku. Aku tidak akan mengulangi perbuatanku lagi. Aku betul-betul menyesal telah berbuat dholim di muka bumi ini. Maka wahai hatiku maafkanlah diriku.

Hati (setelah syaitan menghilang):
Iba rasa hatiku wahai saudaraku. Wahai engkau logos-logosku. Aku telah menyaksikan engkau telah kembali menghampiriku. Ingin menitikkan air mata rasanya diriku itu melihat engkau semua telah menyadari kesalahan-kesalahanmu. Demikian pula aku. Mohon maafkanlah diriku, karena aku juga telah terbawa emosi sehingga aku sempat dihampiri syaitan. Aku juga menyesal telah mengutukmu. Maka sebetul-betulnya hatiku adalah doaku, sedangkan hatiku itu adalah teman bagi logos-logosku yang mengetahui batas-batasnya. Marilah kita kembali menetapkan iman dan taqwa kita kepada Tuhan YME, dengan senantiasa selalu berdoa dan mohon ampun atas segala dosa-dosa kita. Semoga Tuhan mengabulkan semua doa-doa kami. Amien.

Orang tua berambut putih:
Aku telah menyaksikan semua kejadianmu itu. Aku ingin katakan bahwa aku tidak bisa berkata. Kalimat kontradiksiku itu merupakan lambang bagi kehadiranku, yaitu bahwa aku hadir walaupun tidak engkau panggil. Maka renungkanlah.
Posted by Dr. Marsigit, M.A at 1:28 AM

1 komentar:

  1. Assalamu’alaikum guru dari pikiranku:
    Hakekat:
    Manusia banyak yang mengagungkan ilmu (logos) yang dimiliknya, seolah-oleh dia lupa bahwa di atas langit pasti ada langit yang tanpa batas (infinite), orang yang sobong dengan eksistensi dirinya saat ini seolah-olah dapat melakukan apa saja dan tau apa saja, manusia seperti itu sbnarnya adalah golongan lupa diri dan tidak tau diri, padahal Tuhan mengilhamkan/menurunkan ilmu Nya didunia ini hanyalah bagian terkecil dari perbendaharaan ilmu Tuhan, Contoh terkecil 0 bagi nol, 1 bagi nol, logos pasti akan geleng-gelengkan kepala karena tidak bisa menjawabnya, apalagi menjangkau hati, ghaib, tak hingga, ruh, nasib, yang awal, akhir, semuanya melainkan hanyalah sdikit yang dilintaskan pada pikiran yang diterjemahkan oleh para logos.
    Metode:
    Manusia perlu merenung hakikat dirinya, datang dalam keadaan kosong dan pulang pun dalam keadaan kosong bagaikan urutan angka 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 dan berakhir dengan 1 dan 0, perlu adanya refleksi dan evaluasi diri, dan mempelajari ciptaan Tuhan yang telah diilhamkan dalam pikiran yang diterjemahkan oleh logos, contoh tafakkurlah di depan ada pohon mangga, ada pohon jambu, pohon nangka dan pohon lain disiram pake air keterbatasan dan berada pada tanah yang sama, bahkan diperlakukan sama, apa yang terjadi, setelah berbuah, masing-masing tidak pernah mengakui bahwa akulah yang paling enak dan manis, semua sudah diilhamkan rasa dan tidak ada yang boleh iri antara yang satu dengan yang lain, kecuali dia diperlakukan dengan di bawa pada lingkungan yang lain (stek dalam bahasa biologi) dimungkinkan aka nada rasa yg lain. Intinya perlu perenungan dan lihat lingkungan di mana kita berada (Ruang) dan kapan kita perlu terlihat (Waktu)
    Manfaat
    Kesadaran yang muncul akan semakin membuat kita semakin merendahkan diri di hadapan Tuhan yang telah mengilhamkan ilmu yang dibagi-bagi sesuai dengan takaran logos dan akhirnya tersungkur sujud kepada Tuhan seraya mengucapkan “terima kasih Tuhan dengan yang Engkau ilhamkan sehingga dengan ilmu ini diriku bisa menjelajah dunia nyatamu, dan bisa mengenalmu lewat ciptaanMu.

    BalasHapus