Minggu, 09 Oktober 2011

Elegi Menggapai Dimensi

Oleh : Marsigit

Batu:
Jika boleh aku ingin menyampaikan isi hati dan pikiranku. Isi hati dan pikiranku akan aku sampaikan kepada siapapun, didengar ataupun tidak didengar. Mengapa? Karena selama ini aku mengalami berbagai macam peristiwa, tetapi aku belum pernah memberitahukan kepada siapapun. Selama ini aku mengalami berbagai macam ketidak adilan. Aku mengalami penderitaan. Aku mengalami perakuan buruk. Aku mengalami pelecehan. Aku mengalami penderitaan yang luar biasa. Aku dipukul. Aku dibelah. Aku dipecah. Aku dihancurkan. Aku diledakkan. Aku diserap. Aku disedot oleh akar-akar. Aku ditumbuhi rumput-rumput. Aku disiram air. Aku dijemur di bawah terik matahari. Dan seterusnya. Aku hanya ingin mengetahui apakah nasib yang sama juga dialami oleh tumbuh-tumbuhan. Wahai tumbuh-tumbuhan, apakah engkau mendengar ceritaku ini? Jika engkau mendengar, apakah engkau juga mengalami hal yang sama denganku?

Tumbuh-tumbuhan:
Wahai batu. Sebenar-benar yang terjadi adalah bahwa saya mendengan semua ceritamu. Aku juga mempunyai bermacam-macam pengalaman. Tetapi pengalamanku sedikit berbeda denganmu. Aku juga mengalami berbagai macam ketidak adilan. Aku mengalami penderitaan. Aku mengalami perakuan buruk. Aku mengalami pelecehan. Aku mengalami penderitaan yang luar biasa. Aku dipukul. Aku dibelah. Aku dipecah. Aku dihancurkan. Aku diledakkan. Aku diserap. Aku disedot oleh akar-akar. Aku ditumbuhi rumput-rumput. Aku disiram air. Aku dijemur di bawah terik matahari. Bahkan aku pernah dipotong, tetapi aku tumbuh kembali.

Batu:
Lalu apakah pengalamanmu yang berbeda dengan pengalamanku?

Tumbuh-tumbuhan:
Walaupun aku mengalami penderitaan hampir sama denganmu, tetapi setidaknya aku pernah andil sebagai sebab penderitaanmu. Bukankah engkau ingat ketika akarku menancap padamu. Goyangan tubuhku telah menentukan apakah engkau berhak memperoleh sinar atau tidak. Aku juga pernah roboh dan menimpa dirimu. Aku juga pernah digunakan orang untuk memukulmu. Aku bisa tumbuh dari kecil menjadi besar, sementara engkau tidak. Aku bisa berbuah sementara engkau tidak. Masih banyak lagi yang belum aku sebutkan. Itulah semua pengalamanku yang berbeda denganmu.

Batu:
Tidak adil. Wahai tumbuh-tumbuhan, mengapa engkau bisa melakukan yang lebih banyak dari diriku. Bahkan engkau bisa menyakiti diriku. Mengapa engkau seakan juga bisa menentukan nasib diriku? Bolehkah aku menirumu? Kalau perlu aku ingin membalas perlakuan burukmu terhadapku.

Tumbuh-tumbuhan:
Itulah sebenar-benar diriku. Dimensi diriku adalah setingkat lebih tinggi dari dimensi dirimu. Itulah kodratku dan juga kodratmu. Aku tidak tahu apakah doa-doaku dan juga doa-doamu dapat merubah nasib kita? Tunggulah batu, aku melihat ada seekor binatang hinggap pada diriku. Saya akan bertanya kepada binatang apakah mereka mempunyai pengalaman yang sama dengan kita atau tidak. Wahai binatang apakah engkau mendengarkan percakapanku dengan batu tadi? Jika engkau mendengarkan, apakah engkau juga dapat menceritakan pengalamanmu?

Binatang:
Wahai batu dan tumbuh-tumbuhan. Sebenar-benar yang terjadi adalah aku mendengar semua percakapanmu berdua. Aku juga mempunyai pengalaman, tetapi pengalamanku agak berbeda dengan pengalamanmu berdua. Aku tidak banyak mengalami penderitaan. Aku tidak mengalami berbagai macam ketidak adilan. Aku tidak mengalami banyak penderitaan. Aku tidak banyak mengalami perakuan buruk. Aku tidak banyak mengalami pelecehan. Aku tidak banyak mengalami penderitaan yang luar biasa. Aku tidak banyak dipukul. Aku tidak dibelah. Aku tidak dipecah. Aku tidak dihancurkan. Aku tidak diledakkan. Aku tidak diserap. Aku tidak disedot oleh akar-akar. Aku tidak ditumbuhi rumput-rumput. Aku tidak disiram air. Aku tidak dijemur di bawah terik matahari. Tetapi aku selalu dikejar-kejar pemburu. Aku pernah ditembak. Aku pernah dipisahkan dari keluargaku. Namun pengalamn buruk itu tidak seberapa dibanding dengan pengalaman manisku. Aku mempunyai banyak pengalaman manis dan menyenangkan. Aku sering memukul engkau wahai batu dan tanaman. Aku sering menginjak-injak engkau wahai batu dan tanaman. Aku sering mengotori engkau wahai batu dan tanaman. Akulah yang sering memakan buahmu wahai tanaman. Akulah yang sering memakan daun mudamu wahai tanaman. Au juga pernah merobohkanmu. Aku juga pernah menggunakan engkau tanaman untuk memukul engkau batu. Aku gunakan engkau tanaman untuk ayunan permainanku. Aku gunakan engkau batu, untuk loncatan. Aku juga pernah memecahkanmu wahai batu. Aku bisa berlaku apa saja terhadapmu berdua.

Batu dan tumbuh-tumbuhan bersama-sama menjawab:
Tidak adil. Wahai binatang, mengapa engkau bisa melakukan yang lebih banyak dari diriku berdua. Bahkan engkau bisa menyakiti diriku berdua. Mengapa engkau seakan juga bisa menentukan nasibku berdua? Bolehkah aku berdua menirumu? Kalau perlu aku berdua ingin membalas perlakuan burukmu terhadapku.

Binatang:
Itulah sebenar-benar diriku. Dimensi diriku adalah setingkat lebih tinggi dari dimensi tumbuh-tumbuhan. Dan dua tingkat lebih tinggi dari dimensi batu. Itulah kodratku dan juga kodratmu. Aku tidak tahu apakah doa-doaku dan juga doa-doamu dapat merubah nasib kita? Tetapi tunggulah. Kelihatannya ada orang lewat. Aku ingin bertanya kepada orang itu. Wahai manusia apakah engkau mendengarkan percakapanku dengan batu dan tumbuh-tumbuhan tadi? Jika engkau mendengarkan, apakah engkau juga dapat menceritakan pengalamanmu?

Manusia :
Wahai batu, tumbuh-tumbuhan dan binatang. Sebenar-benar yang terjadi adalah aku mendengar semua percakapanmu bertiga. Aku juga mempunyai pengalaman, tetapi pengalamanku sangat berbeda dengan pengalamanmu bertiga. Aku mengalami penderitaan, tetapi penderitaanku tidak seperti penderitaanmu bertiga. Aku mengalami berbagai macam ketidak adilan, tetapi bukan ketidak adilan seperti yang engkau alami. Aku mengalami banyak penderitaan, tatapi bukan penderitaan seperti yang engkau alami. Aku banyak mengalami perakuan buruk, tetapi tidak seperti perlakuan buruk yang engkau alami. Aku juga mengalami pelecehan, tetapi bukan pelecehan seperti yang engkau alami. Aku aku juga pernah dipukul. Tetapi aku tidak pernah dibelah. Aku tidak pernah dipecah. Aku tidak pernah dihancurkan. Aku tidak pernah diledakkan. Aku tidak pernah disedot oleh akar-akar. Aku tidak ditumbuhi rumput-rumput. Aku tidak disiram air. Aku tidak dijemur di bawah terik matahari. Tetapi ketahuilah bahwa aku gunakan batu dan batang tanaman untuk menangkap engkau wahai binatang. Aku jadikan engkau wahai tumbuhan dan binatang sebagai makananku. Maka aku bisa berlaku apa saja terhadapmu bertiga.

Batu, tumbuh-tumbuhan dan binatang bersama-sama menjawab:
Tidak adil. Wahai manusia, mengapa engkau bisa melakukan yang lebih banyak dari diriku bertiga. Bahkan engkau bisa menyakiti diriku bertiga. Mengapa engkau seakan juga bisa menentukan nasibku bertiga? Bolehkah aku bertiga menirumu? Kalau perlu aku bertiga ingin membalas perlakuan burukmu terhadapku.

Manusia:
Itulah sebenar-benar diriku. Dimensi diriku adalah lebih tinggi dari dimensi dirimu semua. Itulah kodratku dan juga kodratmu. Aku tidak tahu apakah doa-doaku dan juga doa-doamu dapat merubah nasib kita? Tetapi tunggulah. Kelihatannya ada orang yang berbeda denganku lewat. Aku ingin bertanya kepada orang itu. Wahai saudaraku siapakah engkau? Apakah engkau mendengarkan percakapanku dengan batu, tumbuh-tumbuhan dan binatang ini? Jika engkau mendengarkan, apakah engkau juga dapat menceritakan pengalamanmu?

Manusia berilmu:
Wahai batu, tumbuh-tumbuhan, binatang dan saudaraku. Sebenar-benar yang terjadi adalah aku mendengar semua percakapanmu berempat. Aku juga mempunyai pengalaman, tetapi pengalamanku sangat berbeda dengan pengalamanmu berempat. Aku mengalami penderitaan, tetapi penderitaanku tidak seperti penderitaanmu berempat. Aku mengalami berbagai macam ketidak adilan, tetapi bukan ketidak adilan seperti yang engkau alami. Aku mengalami banyak penderitaan, tatapi bukan penderitaan seperti yang engkau alami. Aku banyak mengalami perakuan buruk, tetapi tidak seperti perlakuan buruk yang engkau alami. Aku juga mengalami pelecehan, tetapi bukan pelecehan seperti yang engkau alami. Aku aku juga pernah dipukul. Tetapi aku tidak pernah dibelah. Aku tidak pernah dipecah. Aku tidak pernah dihancurkan. Aku tidak pernah diledakkan. Aku tidak pernah disedot oleh akar-akar. Aku tidak ditumbuhi rumput-rumput. Aku tidak disiram air. Aku tidak dijemur di bawah terik matahari. Tetapi ketahuilah bahwa aku gunakan batu dan batang tanaman untuk menangkap engkau wahai binatang. Aku jadikan engkau wahai tumbuhan dan binatang sebagai makananku. Maka aku bisa berlaku apa saja terhadapmu bertiga. Wahai saudaraku sesama manusia, aku juga pernah meninggalkanmu sendirian. Aku pernah tidak memberimu hakmu. Aku sering menyuruhmu. Aku selalu mengaturmu. Aku membayar gajimu. Aku sering tak peduli denganmu. Aku sering tidak mendengarkan ucapan dan usulmu. Aku sering bepergian sedangkan engkau aku suruh untuk menjaga di sini. Aku punya banyak teman sedangkan engkau tidak punya teman. Aku punya banyak hiburan sedangkan engkau tidak. Aku punya banyak pengalaman sedangkan engkau tidak. Aku punya banyak keterampilan sedangkan engkau tidak. Aku selalu mengetahui dimana, kapan, kemana, dengan siapa dirimu itu. Seangkan engkau tidak mengetahuiku. Maka sebenar-benar diriku adalah dapat menentukan dirimu semua.

Batu, tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia yang pertama tadi bersama-sama menjawab:
Tidak adil. Mengapa engkau bisa melakukan yang lebih banyak dari diriku berempat?. Bahkan engkau bisa menyakiti diriku berempat. Mengapa engkau seakan juga bisa menentukan nasibku berempat? Bolehkah aku berempat menirumu? Kalau perlu aku berempat ingin membalas perlakuan burukmu terhadapku.

Manusia berilmu:
Itulah sebenar-benar diriku. Dimensi diriku adalah lebih tinggi dari dimensi dirimu semua. Itulah kodratku dan juga kodratmu. Aku tidak tahu apakah doa-doaku dan juga doa-doamu dapat merubah nasib kita? Tetapi inilah kesaksianku. Bahwa untuk engkau saudaraku manusia, maka ikhtiarmu juga merupakan kodratmu. Itulah sebenar-benar keunggulan manusia dari batu, tumbuhan dan binatang. Jika engkau berusaha, maka dimensimu dapat meningkat setara dengan dimensiku, yaitu menjadi orang yang berilmu. Tetapi tunggulah. Kelihatannya ada orang yang berbeda denganku lewat. Aku ingin bertanya kepada orang itu. Wahai saudaraku siapakah engkau? Apakah engkau mendengarkan percakapanku dengan batu, tumbuh-tumbuhan dan binatang ini? Jika engkau mendengarkan, apakah engkau juga dapat menceritakan pengalamanmu?

Manusia bernurani dan berilmu:
Wahai batu, tumbuh-tumbuhan, binatang dan saudaraku-saudaraku. Sebenar-benar yang terjadi adalah aku mendengar semua percakapanmu semua. Aku juga mempunyai pengalaman, tetapi pengalamanku sangat berbeda dengan pengalamanmu semua. Aku mengalami penderitaan, tetapi penderitaanku tidak seperti penderitaanmu semua. Aku mengalami berbagai macam ketidak adilan, tetapi bukan ketidak adilan seperti yang engkau alami. Aku mengalami banyak penderitaan, tatapi bukan penderitaan seperti yang engkau alami. Aku banyak mengalami perakuan buruk, tetapi tidak seperti perlakuan buruk yang engkau alami. Aku juga mengalami pelecehan, tetapi bukan pelecehan seperti yang engkau alami. Aku aku juga pernah dipukul. Tetapi aku tidak pernah dibelah. Aku tidak pernah dipecah. Aku tidak pernah dihancurkan. Aku tidak pernah diledakkan. Aku tidak pernah disedot oleh akar-akar. Aku tidak ditumbuhi rumput-rumput. Aku tidak disiram air. Aku tidak dijemur di bawah terik matahari. Tetapi ketahuilah bahwa aku gunakan batu dan batang tanaman untuk menangkap engkau wahai binatang. Aku jadikan engkau wahai tumbuhan dan binatang sebagai makananku, selama itu diijinkan oleh Tuhanku. Maka aku berusaha hidup seimbang dan harmonis. Wahai saudaraku sesama manusia, aku juga pernah meninggalkanmu sendirian, tetapi semata karena aku ingin berdoa dan menuntut ilmu. Aku berusaha jangan sampai tidak memberimu hakmu. Aku berusaha menyuruhmu sesuatu fungsi dan tugasmu. Aku mengaturmu itu memang karena amanah yang diberikan kepadaku. Aku berusaha membayar gajimu dengan tepat. Aku selalu berusaha memperdulikanmu. Aku selalu berusaha mendengarkan ucapan dan usulmu. Jika aku sering bepergian sedangkan engkau aku suruh untuk menjaga di sini, itu adalah semata-mata karena perbedaan tugas kita masing-masing. Aku punya banyak teman dan aku anggap engkau juga teman-temanku. Aku punya banyak hiburan tetapi semata-mata untuk mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Tuhan. Aku punya banyak pengalaman tetapi aku berusaha menggunakannya untuk kemaslahatan umat. Aku mengajak kepada saudara-saudaraku marilah selalu menuntut ilmu baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat, agar kita bisa meningkatkan dimensi kita. Setinggi tinggi dimensi adalah dimensi absolut, yaitu dimensi Tuhan YME. Aku berusaha selalu melantunkan doa-doaku. Doa-doaku itu adalah untuk semuanya. Ya Tuhan limpahkanlah karunia dan hidayah Mu bagi hamba-hambamu ini. Amien.

1 komentar:

  1. Assalamu’alaikum Guru Pikiranku
    Aspek Ontologi
    Tuhan yang berada pada dimensi absolute, sudah mencanangkan pada setiap makhluk ciptaannya sudah diilhamkan BASIC KNOWLEDGE disertai AKAL PIKIRAN dan SENCE yang semuanya ditempatkan pada dimensinya masing-masing. Makhluk TUHAN yang benar-benar bisa memaksimalkan daya pikir, dia akan secara maksimal menikmati ruang dan waktu yang telah dianugerahkan kepadanya, bagi makhluk yang enggan beripikir, nihil perasaan akan menemui kesulitan dan statusnya akan lebih rendah dari makhluk yang tidak diilhamkan pengetahuan, akal, dan perasaan. Batu memang dari sananya menjadi batu, pohon memang dari sananya menjadi batu, burung memang dari sananya menjadi burung, dan akan berakhir sebagai batu, tumbuhan dan burung. Tapi manusia akan lebih terhina pada saat tidak bisa menggunakan BASIC KNOWLEDGE, AKAL PIKIRAN, dan SENCE secara baik, sehingga hiduppun akan berakhir dihinakan bahkan lebih rendah dari batu, tumbuhan, dan binatang. Dengan demikian batu, tumbuhan dan binatangpun akan bisa meminta diri untuk bisa menggantikan posisi manusia yang notabene diilhami BASIC KNOWLEDGE, AKAL PIKIRAN dan SENCE tapi tidak dipergunakan dengan maksimal bahkan mengumbar kezholiman, ketidakadilan, dan seabrek perilaku buruk lainnya.
    Aspek Epistimologi
    Sadar diri terhadap ruang dan waktu itu kata kuncinya, kelemahan & kekurangan yang tampak harusnya bisa dibakar untuk menjadi energi yang yang bisa membangkitkan semangat untuk memperbaiki diri. Bertindaklah secara maksimal sesuai dengan kadar dimensi keilmuan yang dimiliki, dan terus mencari celah untuk melakukan intense dan ekstensi utnuk mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, sehingga dimensi diri semakin meningkat.
    Aspek Aksiologi
    Dengan terus meningkatkan kemampuan diri lewat pengalaman-pengalaman dan menambah wawasan akan sangat membantu dalam meningkatkan dimensi diri (kualitas pribadi).
    Semoga TUHAN mengilhamkan SYUKUR di hati ini atas kepercayaan-Nya menunjuk kita sebagai manusia, semoga kita tidak mengecewakan dan tidak menyia-nyiakan kepercayaan itu, semoga kita menjadi hamba yang selalu optimis memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas diri.

    BalasHapus