Minggu, 30 Oktober 2011

Elegi Menggapai Dasar Gunung Es

Oleh: Marsigit

Pelaut:
Dengan perahuku ini, aku sedang mengarungi laut. Anehnya, laut serasa tidak bertepi. Aku juga tidak melihat cakrawala. Aku tidak melihat pulau-pulau. Aku juga tidak melihat perahu lainnya. Tetapi di sana-sini aku melihat banyak puncak gunung es. Semakin aku cermati, semakin tampak banyak gunung-gunung es itu di laut. Aku penasaran. Maka aku ambil kaca pembesar. Subhanallah, ternyata di luar kesadaranku. Aku telah dikepung oleh gunung-gunung es tersebut, yang banyaknya tidak dapat aku hitung. Apa maknanya ini semua?

Orang tua berambut putih datang:
Maknanya adalah, kenalilah mereka satu persatu.

Pelaut:
Bagaimana aku bisa mengenalinya? Sedangkan aku hanya mengetahui puncaknya saja.

Orang tua berambut putih:
Tetap kenalilah mereka satu persatu puncaknya terlebih dulu, sebelum engkau mengenal yang lainnya. Untuk itu coba engkau sebutkan dari yang paling dekat dulu.

Pelaut:
Baiklah. Itu ada komunikasi. Itu ada malas. Itu ada bodoh. Itu ada rajin. Itu ada sukses. Itu ada kejam. Itu ada cantik. Itu ada tampan. Itu ada kaya. Itu ada miskin. Itu ada dosen. Itu ada guru. Itu ada mahasiswa. Itu ada siswa. itu ada lurah. Itu ada carik. Itu ada ilmu. Itu ada metode. Itu ada kualitatif. Itu ada hasil. Itu ada definisi. Itu ada matematika. Itu ada filsafat. Itu ada pendidikan. Itu ada kuliah. Itu ada makanan. Itu ada toko. Itu ada sosial. Itu ada budaya. Itu ada ontologi. Itu ada epistemologi. Itu ada tanggung jawab. Itu ada baik. Itu ada buruk. Itu ada benar. Itu ada salah. Itu ada hakekat. Itu ada spiritual. Itu ada materi. Itu ada hidup. Itu ada mati. Itu ada potensi. Itu ada fakta. Itu ada wadah. Itu ada isi. Itu ada harmoni. Itu ada doa. Itu ada iklhas. Itu ada kosong. Itu ada keputusan. Itu ada berpikir. Itu ada ruang. Itu ada waktu. Itu ada intuisi. Itu ada transenden. Itu ada rasional. Itu ada pengalaman. Wah...masih banyak lagi. Apakah aku masih perlu menyebutkannya? Apakah yang baru saja aku sebut semuanya itu adalah puncak-puncak gunung es?

Orang tua berambut putih:
Itulah sebenar-benar ilmumu, yaitu kemampuan untuk menyebutkannya. Dan betul itulah sebenar-benar puncak gunung es.

Pelaut:
Kemudian, apakah sebetulnya yang disebut puncak gunung es?

Orang tua berambut putih:
Setiap kata-katamu itulah sebenar-benar puncak gunung es.

Pelaut:
Kalau setiap kata-kataku adalah puncak gunung es, maka dimanakah ngarai-ngarai?. Dimanakah lembah-lembahnya? Dimanakah sungai-sungainya? Dimanakah tanaman-tanamannya? Dimanakah kampung-kampungnya? Dimanakah penghuninya? Dan, dimanakah magmanya?

Orang tua berambut putih:
Semua yang engkau tanyakan itu sebenar-benarnya adalah tersembunyi di bawah permukaan laut.

Pelaut:
Bagaimanakah aku bisa mengenali mereka semuanya.

Orang tua berambut putih:
Caranya adalah dengan menyelam ke bawah permukaan laut.

Pelaut:
Bagaimana aku bisa menyelam ke bawah permukaan laut?

Orang tua berambut putih:
Gunakan akal sehatmu. Gunakan pikiran kritismu. Gunakan pertanyaanmu. Gunakan pengetahunmu. Gunakan cerminmu. Kenalilah setiap wadah dan isinya. Kembangkan metode yang dinamis. Lihatlah dengan multi perspektif. Lakukan perbandingan-perbandingan. Temukan tesisnya. Produksilah anti-tesisnya. Lakukan sintesis. Buatlah hipotesis. Temukan kontradiksinya. Temukan penjelasannya. Temukan contohnya. Temukan deskripsinya. Temukan cabangnya. Temukan tokohnya. Temukan referensinya. Lakukan crosschek. Dengarkan kata-katanya. Temukan sumber-sumbernya. Temukan konsistensinya. Ujilah nilai kebenarannya. Temukan a priorinya. Temukan a posteriorinya. Temukan hakekatnya. Dan tetapkanlah hatimu sebagai kompasmu.

Pelaut:
Wahai orang tua berambut putih. Bukankah apa yang engkau sebutkan itu adalah puncak-puncak gunung. Karena itu semua adalah kata-katamu. Maka semua kata-katamu itulah sebenar-benar puncak gunung.

Orang tua berambut putih:
Ketahuilah bahwa jika engkau dekati suatu gunung itu, maka tiadalah suatu gunung yang hanya mempunyai satu puncak. Di lembah gunung terdapatlah puncak-puncaknya yang lebih kecil, demikian seterusnya.

Pelaut:
Jika aku ingin mengetahui tentang komunikasi, maka bagaimanakah caranya?

Orang tua berambut putih:
Gunakan akal sehatmu. Gunakan pikiran kritismu. Gunakan pertanyaanmu. Gunakan pengetahunmu. Gunakan cerminmu. Kenalilah setiap wadah dan isinya. Kembangkan metode yang dinamis. Lihatlah dengan multi perspektif. Lakukan perbandingan-perbandingan. Temukan tesisnya. Produksilah anti-tesisnya. Lakukan sintesis. Buatlah hipotesis. Temukan kontradiksinya. Temukan penjelasannya. Temukan contohnya. Temukan deskripsinya. Temukan cabangnya. Temukan tokohnya. Temukan referensinya. Lakukan crosschek. Dengarkan kata-katanya. Temukan sumber-sumbernya. Temukan konsistensinya. Ujilah nilai kebenarannya. Temukan a priorinya. Temukan a posteriorinya. Temukan hakekatnya. Dan tetapkanlah hatimu sebagai kompasmu.

Pelaut:
Jika aku ingin mengetahui apa yang ada di bawah puncak gunung kosong, bagaimanakah caranya?

Orang tua berambut putih:
Gunakan akal sehatmu. Gunakan pikiran kritismu. Gunakan pertanyaanmu. Gunakan pengetahunmu. Gunakan cerminmu. Kenalilah setiap wadah dan isinya. Kembangkan metode yang dinamis. Lihatlah dengan multi perspektif. Lakukan perbandingan-perbandingan. Temukan tesisnya. Produksilah anti-tesisnya. Lakukan sintesis. Buatlah hipotesis. Temukan kontradiksinya. Temukan penjelasannya. Temukan contohnya. Temukan deskripsinya. Temukan cabangnya. Temukan tokohnya. Temukan referensinya. Lakukan crosschek. Dengarkan kata-katanya. Temukan sumber-sumbernya. Temukan konsistensinya. Ujilah nilai kebenarannya. Temukan a priorinya. Temukan a posteriorinya. Temukan hakekatnya. Dan tetapkanlah hatimu sebagai kompasmu.

Pelaut:
Kenapa engkau ulang-ulang saja jawabanmu?

Orang tua berambut putih:
Inilah sebenar-benar kesaksianku. Bahwa sebenar-benar yang sedang engkau lakukan adalah sedang menggapai filsafat.

1 komentar:

  1. Assalamu’alaikum Guru Pikiranku
    Saya mencoba menterjemahkan “pelaut” itu adalah kita yang ingin menggapai ilmu, yang coba saya pahami ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Begitu banyak masalah yang ada dihadapan kita, sesuai profesi kita, semuanya membutuhkan pengetahuan yang cukup memadai untuk bisa mencarikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi. Sebagai apapun kita perlu cermat seberapa penting masalah itu untuk dibahas, seberapa besar dampaknya, perlu dipetakkan permaslahannya,
    Saya mengawali comment ini dengan mencoba membuat penyataan “ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia”. Yang kedua pernyataan filsuf (I. Kant) “bahwa kalau mau melihat dunia, tengoklah dalam pikiranmu”. Begitu banyak ilmu-ilmu bertebaran di sekitar kita, tidaklah mungkin semuanya kita bisa menjangkaunya. Tugas kita adalah melakukan intesi dan ekstensi terhadap ilmu-ilmu yang akan digunakan, yang menunjang profesi atau aktifitas kita. Kita harus mengenal betul ilmu- ilmu apa yang paling kita butuhkan saat ini, dan untuk saat-saat yang akan datang. Tidak sedikit apa yang kita pikirkan, apa yang kita katakan selama ini atau yang menjadi basic keilmuanselama ini hanyalah puncak dari “iceberg” itu sendiri tanpa kita tahu asal muasal ilmu itu. Kita perlu mengkaji ulang apa yang telah kita tahu, maksudnya kita tidak hanya mengenal kulitnya tapi juga mengenal apa yang ada dibalik kulit itu. Butuh kesadaran yang tinggi untuk memulai melakukan itu semua, karena apa yang kita tahu itu semuanya untuk membawa kemaslahatan buat diri kita bahkan orang lain, hatilah yang akan menyeleksi apakah ilmu-ilmu yang kita kaji sesuai dengan kebutuhan kita yang bisa membawa kemaslahatan itu. Kalau boleh saya contohkan “iceberg dalam pembelajaran FPB” untuk bisa sampai pada perhitungan FPB yang kita tahu selama ini (sebagai Puncak iceberg), maka tahapan-tahapan untuk mencapai perhitungan formal FPB lah (menjadi dasar gunung es itu), misalnya kegiatan diawali dengan siswa membagikan 20 permen rasa coklat dan 15 rasa buah-buahan kepada teman temannya secara adil, sampai akhirnya menemukan sendiri FPB dari 20 dan 15 itu.
    Seperti itu isyarat yang disampaikan elegy itu menurut pemahaman saya, semoga apa yang kita tahu selama ini benar-benar kita bisa menemukan tesisnya, memproduksi anti-tesisnya, melakukan sintesis, membuatlah hipotesis, menemukan kontradiksinya, menemukan penjelasannya, menemukan contohnya, menemukan deskripsinya, menemukan cabangnya, menemukan tokohnya, menemukan referensinya, melakukan crosscheck, mendengarkan kata-katanya, menemukan sumber-sumbernya. menemukan konsistensinya, menguji nilai kebenarannya, menemukan a priorinya, menemukan a posteriorinya, menemukan hakekatnya. Amin.

    BalasHapus