Rabu, 19 Oktober 2011

Elegi Menggapai Awal

Oleh Marsigit

Awal:
Siapa yang dapat menjawab pertanyaanku? Apakah awal itu?

Takdir
Bagiku “awal” adalah takdir. Tuhan telah menciptakan “awal” dari semua kehidupan ini.

Permulaan:
Bagiku awal adalah permulaan. Maka setiap awal adalah permulaan.

Awal:
Wahai permulaan, lalu apakah yang dimaksud dengan “permulaan”

Permulaan:
Bagiku “permulaan” adalah “awal”.

Awal:
Itulah yang disebut lingkaran syaitan. Engkau mendefinisikan “awal” dengan “permulaan” dan mendefinisikan “permulaan” dengan “awal”. Maka aku tidak mempercayaimu.

Tidak Ada:
Bagiku “awal” itu tidak ada. Apapun engkau sebut sebagai awal maka selalu ada hal atau peristiwa yang mendahului. Maka bagiku “awal” itu tidak ada.

Awal:
Wahai “tidak ada” bukankah engkau telah menyebut bahwa “awal” itu tidak ada. Maka itulah kesimpulanmu bahwa “awal” adalah “tidak ada”. Artinya engkau telah mengakui bahwa sebetulnya ada awal, yaitu “tidak ada”.

Tidak Ada:
Jika diriku yaitu “tidak ada” adalah awal bagaimana aku bisa menjelaskannya.

Awal:
Tanyakan saja kepada Immanuel Kant. Dia telah bisa membuktikan menggunakan bahasa sintetiknya bahwa “awal” dan “tidak ada awal” kedua-duannya benar atau kedua-duanya salah.

Ada:
Bagiku "awal" adalah "ada".

Awal:
Wahai "ada", jelaskan bahwa "awal" itu "ada".

Ada:
Itu adalah keyakinanku. Aku yakin bahwa "awal" itu "ada". Sekali yakin tetap yakin. Tidak hanya keyakinanku, tetapi itulah keimananku.

Awal:
Keyakinanmu sama juga dengan keyakinanku. Tetapi di sini aku tidak hanya memerlukan keyakinan, tetapi juga pemikiran. Maka jelaskan keyakinanmu itu pada kesempatan yang lainnya.

Definisi:
Bagiku awal adalah definisi. Maka segala ilmuku itu aku mulai dengan definisi.

Awal:
Berikan contohnya?

Definisi:
Kursi adalah tempat duduk.

Awal:
Wahai definisi, bagaimana engkau bisa mendefinisikan duduk?

Definisi:
Duduk adalah keadaan berada di atas kursi.

Awal:
Itulah yang disebut sebagai lingkaran syaitan. Engkau mendefinisikan “kursi” dengan “duduk”, kemudian mendefinisikan “duduk” dengan “kursi”. Maka engkau tidak dapat dipercaya. Artinya menurutku engkau itu bukan definisi.

Analitik:
Kenalkan aku adalah analitik. Menurutku "awal" adalah "pre-assumption"

Awal:
Apakah yang dimaksud "pre-assumtion"?

Analitik:
Pre-assumption adalah anggapan awal. Dia lebih awal dari definisi. Dia yang lazimnya sudah diketahui oleh banyak orang.

Awal:
Berikan contohnya?

Analitik:
Bagi percakapan sehari-hari maka aku tidak perlu mendefinisikan "kursi". Karena menurut anggapanku semua orang yang termasuk kategori wajar-wajar, atau orang pada umumnya telah mengetahui apa itu kursi.

Awal:
Apa peranan dalam membangun ilmu pengetahuan.

Analitik:
Pre-assumption disebut juga sebagai unsur-unsur primitif dalam setiap pengetahuan. Dia adalah unsur-unsur yang cukup hanya dianggap diketahui begitu saja dan tidak perlu ditanyakan.

Awal:
Contoh kongkritnya?

Analitik:
Dalam matematika misalnya, kita tidak perlu mendefinisikan apa yang disebut sebagai "anggota", "membilang", "bangun", "sama dengan", "urut", "definisi". Maka dalam percakapan sehari-hari juga kita tidak perlu mendefinisikan "adalah".

Pengalaman:
Kenalkan aku adalah pengalaman. Bagiku "awal" adalah "kesadaranku". Maka segala macam pengalamanku bermula dari "kesadaranku".

Sintetik:
Kenalkan aku adalah sintetik. Bagiku "awal" adalah "subyek". Subyek adalah segala-galanya. Jika tikad ada "subyek" maka tidak adalah "predikat". Jika tidak ada subyek dan predikat maka tidak ada sintetik.

Vitalitas:
Kenalkan aku adalah vitalitas. Vitalitas adalah fakta hidupku. Bagiku "awal" adalah "potensi". Tiadalah vitalitas diriku jika tidak ada potensi diriku.

Takdir, Permulaan, Tidak Ada, Definisi, Analitik, Pengalaman, Sintetik, Vitalitas:
Wahai awal, berikan penjelasan kepada diriku agar aku menjadi lebih terang?

Awal:
Perkenankanlah aku juga ingin menyampaikan pemikiranku. Bagiku "awal" adalah "kontradiksi". Aku sendiri bersifat kontradiktif. Jika aku katakan engkau bukan “awal” itu adalah kata-kataku yang tadi. Tetapi kata-kataku yang nanti mungkin berlainan. Karena aku ingin mengatakan bahwa engkau semua itu ternyata adalah “awal” jika aku definisikan bahwa “awal” adalah "keputusanmu". Amiin.

1 komentar:

  1. Assalamu’alaikum Guru Pikiranku
    Awal adalah takdir Tuhan, sebagai permulaan dari semua kehidupan. Setelah turun ke bumi “awal” memunculkan perdebatan bagi manusia untuk menunjukkan eksistensi sebagai makhluk Tuhan yang dikaruniai akal dan pikiran. Tapi harus disadari apa yang menjadi bahan perdebatan itu tidak lebih dari apa yang bisa dipikirkan dan yang ada dalam dimensi pikirannya. Ada “awal” dan “tidak ada awal” akan menjadi benar jika kita melihat dari sudut pandang yang berbeda. Tidaklah menjadi benar dan tidaklah menjadi salah apabila kita mengatakan bahwa “awal” itu ada atau tidak ada, karena “awal” yang kita bicarakan adalah “awal” yang ada dalam pikiran kita, begitupun “tidak ada awal” yang kita bicarakan adalah “tidak ada awal” yang ada dalam pikiran kita. Itulah yang menyebabkan “awal” itu menjadi kontradiksi, karena setiap orang memahami “awal” dari sudut yang berbeda. Seperti, Awal dipahami sebagai takdir, awal dipahami sebagai permulaan, bahkan awal dianggap tidak ada, dalam konteks analitik, “awal” adalah pre-assumption (anggapan dasar), “awal” muncul sebelum definisi; dalam konteks Pengalaman “awal” adalah kesadaran, dia muncul dalam kesadaran; dalam konteks sintetik, “awal” adalah subyek, dia membangun sintetik bersama predikat; dalam konteks vitalitas, “awal” adalah fakta hidup, “awal” adalah potensi, tidak akan ada vitalitas tanpa potensi diri.
    Semuanya bisalah dianggap benar, juga bisa dianggap salah, tergantung konteks mana kita bicara, tapi sebenarnya ”awal” itu kuasa Tuhan, Hakikat “awal” itu sendiri hanya Tuhan yang tahu, keyakinan kitalah yang bisa memutuskan. Jangan sampai perbedaan persepsi itu menghilangkan hakekat, metode, dan manfaat kita memahami tentang “awal” itu sendiri.

    BalasHapus